Bab 8 (Misi)

11 2 0
                                    

Dr.Max baru tersadar dipagi ini, dia terbangun dengan kondisi yang menyiksa semua perasaannya ditambah bekas jaitan luka itu membuat dirinya semakin tersiksa. Masih terbaring kaku dengan lantai kotor dipenuhi kerikil dan debu, sekedar untuk dudukpun masih nampak belum mampu.

Di kota mati bekas peluru terasa panas menyerang tubuhnya, dia meringis menahan rasa ketidaksanggupan memegang luka agar sedikit meredam rasa sakit. Matanya menutup paksa bersamaan dengan nafas yang belum teratur.

"Arghhhhh.. Arghhhh...." ucapnya dengan berusaha menahan perih.

Hujan semalam membuat kota ini terlihat membaik tidak seburuk suasana kemarin. Mentaripun mulai menghangatkan kondisi kota dan mengintip pelan diantara dinding dan jendela. Dr. Max yang masih meringis perlahan memaksakan kondisinya untuk duduk menyandar ditembok bangunan kumuh itu.

Max sudah terlihat membaik, nafasnya sudah stabil seperti biasanya tapi rasa sakit itu masih belum redam. Dia belum sadar bahwa max hidup dalam kesunyian kota brisbane karena Prof.Reyther yang mendadak hilang membuat bangunan ini semakin sepi. Perlahan dalam beberapa waktu, matanya mulai sedikit membuka menatap area sekitar.

Dia tertuju pada naskah kuno yang membuat dirinya mengingat kejadian kemarin.

"Astaga Professor!." Sontaknya dengan panik.
Ingatannya membuat Max bergerak bangkit tapi luka bekas peluru menghentikan refleknya itu.

"Aw.. aw.. Aw!." Ucapnya menahan rasa sakit. Dengan kondisi seperti itu, dia hanya bisa duduk menyandar kedinding belum bisa berdiri tegak. Nampak disebelah kirinya tas pinggang Prof tergeletak diatas lantai, hal ini yang membuat max paham dengan kejadian kemarin.

"Ternyata Prof yg membawaku kesini dan mungkin juga menyelamatkanku." Pikirnya dalam pandangan kosong.

Max merasa heran, keberadaan Prof tidak terlihat hanya ada buku kuno dan tas pinggangnya, padahal mobil holden yang mereka tumpangi terbakar tapi mengapa buku itu tidak hangus terlelap api.

Tubuhnya mencoba bangkit mendekati tas pinggang milik Prof dan mencoba melihat kondisi kota disudut jendela.

"Mungkinkah Prof pergi mencari bantuan?." Masih dalam pikirannya yg bertanya. Dia mencoba menunggu kedatangan Prof tetapi sampai berjam-jam bahkan sampai larut sore Prof tidak terlihat keberadaannya.

Senja sudah nampak terlihat ditepi timur kota ini, dia masih berdiri menghadap jendela menatap suasana kota dengan harapan Prof segera kembali disini.

Sedangkan buku kuno yang masih tergeletak begitu saja memberikan kejadian aneh, cahaya merah mendadak keluar mewarnai sampul buku. Dr.Max belum sadar dengan hal aneh itu, dia masih bergulat dengan rasa cemasnya.

Semakin larut kota brisbane mulai tenggelam bersama jingga, saat kondisi mulai gelap ada suara aneh yang menganggu Max dibangunan itu.

"Arg... Arghhh." Terdengar seperti suara monster, Max yang nampak cemas berpaling kearah suara itu berasal. Dia terkejut saat berbalik arah, dibelakangnya tidak ada siapapun hanya buku kuno dengan ruangan kosong yang mulai terlihat gelap.

"Hahhhhh (Menghela nafas), ah mungkin hanya halusinasiku saja." ucapnya dengan datar sambil memalingkan pandangannya ke jendela. Tetapi tidak lama dari itu, suara serupa kembali membuat Max terkejut.

Bola mata bergerak tak teratur, menghela nafas lebih dalam. Max mulai merasa takut menelan ludah dan bersigap melihat ke berbagai arah tapi masih tetap sama hanya ada ruangan kosong dengan buku tua tapi tidak lama dari itu buku tua mengeluarkan cahaya merah, rasa takut Max sudah mengalir jauh bersama tubuhnya. Kaki kokoh mendadak mati rasa, terhenti beberapa lama.

Reyther AndrushaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang