Bab 7 (Strategi Melarikan Diri)

26 7 7
                                    

Suara peluru membuatku semakin tegang, tuan muda yang terlihat lelah tetap sigap melihat kondisi sekitar membaca arah musuh untuk tetap waspada. Nafasku yang tak beraturan mencuri perhatian tuan muda.

“Hei, bagaimana dengan kondisimu?.” Bisik tuan muda

“Aku tidak apa-apa.” Ucapku

Pandangan tuan muda memalingkan wajahnya ke arah lain, dengan memegang pistol yang mungkin tersisa beberapa peluru. Kembali suaranya yang tegas terdengar.

“Namamu Rey kan?.” Dengan memainkan pistol yang ada di tangannya.

“Iya, namaku Rey.”

“Kau masih kesal dengan perlakuanku kepada si Arman tadi?.” Tanya tuan muda kepadaku.

Aku yang mendengar pertanyaannya hanya terdiam tidak menanggapi hal itu karena siapa yang tidak kesal dengan sikap bajingan yang dilakukannya.

Tuan muda yang sibuk dengan pistolnya kembali memulai obrolan, suasana disini hampir mulai gelap. Ditambah posisi kita terpojok hanya bisa bersembunyi sampai waktu yang aman. Dia pun duduk menghadapku, semula dalam kondisi yang tegang kini terlihat tenang dengan wajah datar memulai kembali obrolan kecil.

“Maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk menyakiti si Arman. Hanya saja dia tidak paham dengan kondisi perusahaan sekarang, meskipun dia terlihat tua tapi, kesuksesan perusahaan ayah ada ditangannya.” Ucapnya dengan sedikit menggerutu.

“Kalaupun kesuksesan itu ada ditangan kakek, pastinya kakek menolak bukan?!.” Timpaku dengan nada sedikit kesal.

“Apa maksudmu anak kecil?.”

“Kakek tidak sebodoh itu paman dan tidak mungkin untuk selalu di manfaatkan dengan misi kotor perusahaan ayahmu!.” Jelasku yang semakin kesal menanggapinya.

Dia mengangguk paham tanpa mengatakan apapun kepadaku, jelas ini membuatku semakin tidak mengerti.

“Lupakan tentang itu, kenapa paman mambawaku?.” Tanyaku kembali.

“Pentingkah untukku menjawab pertanyaanmu itu?.”

Mendengar pertanyaan itu aku semakin kesal, wajahku memaling dari obrolan ini. Sementara Tuan Muda disibukkan dengan pistol yang ada di genggamannya. Semua takdir ini membuatku tidak mengerti, ikut bersamanya pun hanya masuk dalam situasi yang semakin sulit.

Aku perlu mencari tentang kebenaran kelahiranku, apakah takdir ini akan menuntunku? mungkin ini salah satu cara dalam mencari kebenaran tentang silsilah keturunanku. Batinku berbicara demikian, kehidupanku mungkin akan semakin rumit ditambah pelarian ini menantang nyawaku.

Mataku terhenti menatap lamunan dan berbisik didalam hati, tuan muda yang sibuk dengan pistolnya kembali menarik perhatian.

“Hey?!.” Ucapnya dengan tegas.

Mendengar panggilannya sontak membuatku kembali terkejut, sikapku membuatnya kembali bertanya.

“Apa yang kau pikirkan anak kecil?.”

“Aku hanya tidak mengerti dengan kehidupanku, apa urusanmu paman membawaku pergi?.” Tanyaku kembali dengan tegas.

“HAHahaha .. masih mempertanyakan itu? Baiklah, kalua menurutmu ini penting aku akan menjelaskannya.” Jawab tuan muda

Tuan muda mulai menghela nafas, aku yang menatapnya menunggu penjelasannya. Suara tegasnya pun terdengar dengan lebih santai.

“Kamu anak yang berbakat Rey, aku tidak tau si Arman mempunyai cucu setauku dia hanya penyendiri dari kehidupannya dulu. Ternyata dia mempunyai anak berbakat seperti mu! Mungkin, kamu akan berguna jika kamu ikut bersamaku. Aku yakin Arman tidak akan semudah itu menolak ajakanku untuk perusahaan  meskipun aku saja  tidak tau misi sebenarnya dari perusahaan ayahku. Aku hanya menjalankan wasiatnya, untuk menagih janji ke kakekmu itu. Karena dia yang tau dari setiap proses perusahaan, dulu kakekmu adalah tangan kanan ayahku, dia di ajarkan oleh ayah untuk mengelola perusahaan. Jujur, aku pun tidak tertarik meneruskan perusahaan ayah tapi, ini sudah menjadi wasiat dan seharusnya Arman yang meneruskan jejak ayahku berhubung dia lari dari tanggung jawab saat itu. Perusahaan menjadi tidak stabil, ayah jatuh sakit dan meninggal dengan diagnosa serangan jantung. Dan ini alasan kenapa kamu ikut, kamu berhak tau dan Arman ingin kamu menjalani perjalanan dewasa diluar lingkunganmu. Sebelum pergi, saat kamu bersiap-siap tadi Arman menjelaskan tentang kamu dan meminta agar aku tetap menjadikannya seorang anak bukan seorang budak.” Jelasnya dengan obrolan Panjang.

Reyther AndrushaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang