Be My Mom
Hotel berbintang terlihat menjulang tinggi, kaca-kaca besar menjadi dinding bangunan itu, bersinar memantulkan cahaya pagi. Pagi ini, Hinata berada di kamar, mata bulannya menghadap ke arah luar jendela, tampak jelas tubuhnya yang dilapisi dress santai berwarna kuning. Tangannya ia lipat di bagian dada, sorot matanya seakan kosong menerawang ke arah luar.
Pagi ini, ia hanya sendiri, karena Gaara mulai sibuk menghadiri acara yang telah di susun oleh Tn. Namikaze. Hari pertama, Gaara mulai mengikuti meeting dengan para rekan kerja.
Sebenarnya Gaara tak tega membiarkan Hinata di kamar sendirian. Tapi mau tak mau karena acara meetingnya juga penting. Membawa Hinata ke Shanghai sudah menjadi rencana Gaara dari awal karena ia ingin di temani oleh Hinata selama perjalanan bisnisnya di sana, mungkin bukan hanya itu saja. Pria itu ingin hubungan keduanya semakin erat satu sama lain. Mengingat pria itu berencana akan menikah Hinata tahun depan.Mungkin membiarkan Hinata sendiri, akan membuat wanita itu terbiasa dengan aktifitas Gaara. Menghadiri meeting penting, pergi perjalanan bisnis, atau lembur kerja yang tak kenal waktu. Ya, Hinata harus terbiasa dengan hal itu sebelum menjadi istri Sabaku Gaara.
Namun Hinata cukup bersyukur karena pagi ini, Gaara meninggalkannya sendiri. Apalagi ia masih teringat akan pertemuannya bersama Sasuke, semalam.
Kalimat Sasuke masih terngiang dalam pikirannya.
Haruskah ia bertemu dengan Keisuke? Putranya?
Flashback on
Di dalam kamar inap, seorang wanita terlihat menimang-nimang bayinya. Hingga sebuah gesekan pintu membuat fokusnya teralih. Di sana, berdiri seorang pria.
"Wah, melahirkan seorang Uchiha?" Sarkas pria itu berjalan mendekat ke arah ranjang.
"Bukankah sudah ku peringatkan Imouto ku, untuk tak mengabaikan ucapkan ku?" Lanjut pria itu.
Sedangkan sang wanita semakin erat mendekap bayinya.
"Yah, mungkin kau hanya menganggapnya sebuah ancaman yang tak berarti. Tapi biar ku perlihatkan apa yang terjadi setelah kau melawan ucapanku." Pria itu mengeluarkan ponselnya dari saku celana.
"Tousan.." suara lirih wanita itu terdengar, ketika melihat ayahnya bersimbah darah tergeletak di atas lantai.
Suara dengusan terdengar ketika melihat ekspresi adik sepupunya. "Kau pikir Hiashi mengalami kecelakaan? Jatuh dari tangga? Tentu saja bukan..
..karena aku yang mendorong kursi rodanya hingga...
..syuuuu sampai ke lantai dasar." Lanjut pria itu dengan wajah bahagia berhasil menyelakai pamannya sendiri.
"Aku tak yakin nyawa nya tertolong, tapi kau tak perlu khawatir karena suruhanku sudah membawanya ke rumah sakit."
Wajah Hinata nampak penuh amarah, namun ia menahan teriakannya karena tak ingin membuat putranya terganggu.
"Tapi semuanya belum cukup, aku bisa saja melakukannya pada orang-orang yang kau cintai."
"Hiashi.. Sasuke... atau." Lirikan mata pria itu beralih ke arah bayi yang di gendong oleh Hinata, "Bayimu?"