GEOGRAFI

782 81 125
                                    

Kelahiran seorang bayi, adalah suatu anugerah bagi para orang tua. Siapa yang nggak pengen punya anak? Lihat gimana bahagianya Aldrian sama Zela, ketika buah hati mereka udah di depan mata.

Zela masih lemas, karena melahirkan juga butuh tenaga extra. Beda sama Aldrian yang lagi loncat-loncat gendong salah satu bayinya. Ya nggak sih, bercanda. Aldrian masih cukup punya akal sehat untuk nggak bunuh anaknya.

"Sayang, lihat deh. Cekung cakep banget mirip aku," ucapnya girang sambil mengecup dahi anak perempuannya.

"Sembarangan! Jangan nama-in aneh-aneh gitu deh. Nanti otak anak kita nggak bisa di revisi bodohnya."

Zela mengelus pipi anak laki-lakinya dengan lembut. Mengecup halus tangan mungil itu, lalu tersenyum. "Kok bayinya merah ya, Mi?" Tanya Aldrian pinter.

"Ya masa' pink? Spesies kamu itu namanya!"

"Sayangg, Mami kamu jahat ya? Gimana kalau kita cari yang baru?"

Belum sempat Zela mau mengutarakan kekesalannya, Aldrian langsung mengecup keningnya gemas. Membuat Zela tersenyum lagi, oleh tingkah suami bodohnya ini.

"Zelaa!!!!" Teriak Dani sambil masuk ke ruangan Zela. Dia bawa beberapa kantong yang masih menjadi misteri isinya.

"Berisik! Anak gue nangis ntar," kesal Zela.

"Haiii si kembar malang yang lahir dari rahim emak tidak berakhlak. Om bawain burger buat kalian!" Dani mendekati anak yang di gendong Aldrian. Kemudian dia menautkan alisnya bingung.

"Kenapa lo?" Tanya Aldrian penasaran.

"Mereka kok mirip lo sih?"

Aldrian mau menonjok Dani rasanya. Kebodohannya sudah terakreditasi A+ oleh dunia.

"Iyalah, anak gue, bibit gue! Kalau lo yang nanam, tapi mukanya mirip gue, itu baru kudu di pertanyakan!"

"Nggak mau lah nanam di Zela, ntar anaknya terkontaminasi jiwa rentenir."

Zela melotot. Ditatapnya Dani yang bahkan menahan tawa bersama Aldrian. "Bagus! Gue pecat lo jadi sepupu!"

"Sebenernya gue juga gamau jadi sepupu lo. Tapi takdir berkata lain. Harusnya lo bangga punya sepupu yang bisa di andalin kayak gue, Zel. Udah ganteng, mapan, pinter bangunan, dan mengurus perabotan dengan memunculkan kerusakan!"

Aldrian memukul kepala Dani sambil tertawa mengejek. Bisa-bisanya Dani bangga sama kecerobohannya. "Kalau lo punya istri kayak temennya Skala, abis penghargaan lo di potong sama dia."

Spontan Zela menodongkan pisau yang ada di mejanya. "Anak gue baru lahir, pembicaraan lo berdua udah melarat kemana-mana! Mau mati?" Ancem Zela.

Spontan, Aldrian sama Dani mundur karena kaget. Dani mendekatkan bibirnya di telinga Aldrian agar nggak di dengar oleh Zela. "Istri lo kenapa si? Kekurangan duit?"

"Kekurangan akhlak, Dan."

"Telinga gue masih berfungsi sampai 1 meter. Kedengeran! Udahlah, minta di nikahin lagi aja gue, capek!"

Aldrian langsung mendekati Zela sambil memelas. "Nggak sayang, nggak. Dani genit ih tadi. Masa katanya mau ngajak aku kawin lari." Aldrian melancarkan aksinya, yang mana Dani cuman bisa pasrah aja sama pemfitnahan ini.

UDAH HALAL -ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang