Jam 00.00 WIB

58 16 90
                                        

Bagaimana rasanya jikalau kita bertemu dengan orang yang menyebalkan. Apakah kita menghindari atau malah tertantang untuk mendekatinya.

Tengah malam di jembatan.

_____________________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

_____________________________________

'Allahuakbar, Allahuakbar, Allahuakbar.' Setelah sholat magrib suara zikir imam masih terdengar. Mesjid berwarna hijau, dipenuhi ukiran kaligrafi keemasan di setiap dinding. Gio keluar dari dalam mesjid setelah selesai berdoa untuk diri sendiri.

Gio menggaruk kepala, merubah posisi peci di kepalanya. "Sendalku. Mana sendalku?" Gio memperhatikan setiap sendal di hadapannya. "Oh ini dia."

Ketika Gio ingin memakai sendal, seorang gadis menarik kerah jubah biru muda Gio. Membuat Gio sedikit tertarik kebelakang. "Sendalku ini!" kata gadis itu.

"Eh! Kamu yang di pasar tradisional tadi, 'kan?" Gio memakai sendal sebelah kiri sedangkan gadis itu sebelah kanan.

"Iya, aku Kalara. Wanita yang kamu bilang tomboy."

Blam! ... tulang kering Gio di tunjang oleh kalara. "kau kemesjid hanya ingin maling sendal?" tanya Kalara.

Gio meringis nyeri di kaki. "Matamu picek. Jelas-jelas ini sendalku!" Gio mengangkat kaki yang sakit, mengusap bagian yang nyeri.

Blam! Kalara menginjak kaki Gio yang satu lagi di bagian ibu jari. "Sini berikan sedalku!" ucapnya.

"ADUH!" Sepontan kaki Gio yang di angkat jatuh menginjak kaki Kalara.

"Aduh, sakit," ucap Kalara. "Kau ingin main sepak-sepakan ya!" Merekapun bermain injak-menginjak, sepak-menyepak kaki satu sama lain.

"Astagfirullah. Nah, nah lah nah. Ngalah aku sama cewek." Gio melepas sendal di kaki kirinya.

"Nah gitu dong. Kan cakep pulang nyeker." Kalara memakai sendal nya. "Ingat nanti jam 00.00 WIB, di sungai."

"Kamu serius?" tanya Gio.

"Ada terlihat wajahku becanda? kamu bilang mau belajar beladiri. Nanti malam waktu yang pas," ucap Kalara.

"Aku gak tau sungainya di mana. Aku kan baru pindah ke desa ini," ucap Gio.

"Nih aku kasih tau. Kau keluar dari Gg mesjid nih. Abis itu belok kiri, terus mentok ada simpang tiga, ambil kanan. Terus ada jembatan. Nah di jembatan itu kita ketemu." Kalara membalikan badan dan berjalan pulang.

"Tu-tunggu." Gio menggaruk kepalanya. "Alamak. Di tinggalnya lagi."

Jam 00.00 embun menyelimuti malam. Sorotan lampu dari motor menerangi jalan yang gelap. Penerangan jalan di Desa cukup minim. Lampu jalan hanya di buat seadanya.

"Brerrr, dingin banget." Gio menggigil kedinginan. "Bisa-bisanya aku nurutin mau perempuan tomboy itu."

Setelah sampai di simpang tiga Gio menurunkan kecepatan motor dan berhenti sejenak "Kalara bilang simpang tiga belok kanan." Gumam Gio. "Berarti arah sana. Oke gas ...!" Gio ngegas motor dengan kencang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang