Pasar Tradisional

84 34 208
                                        

Suara riuh penjual di pasar meramaikan suasana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Suara riuh penjual di pasar meramaikan suasana. Transaksi jual beli terjadi di setiap gerai yang tertata cukup rapih. Gio berjalan memperhatikan kertas belanja yang harus ia beli. Gio harus membantu Ibu Ana untuk memenuhi kebutuhan mereka.

"Ikan Tongkolnya, Dek." Seorang pedagang menawarkan barang dagangan pada Gio.

Gio terkejut kaki Gio tak sengaja menginjak genangan air yang ada di depan "Astagfirullah," ucap Gio.

"Kamu mau belanja apa? sini saya bantu." Sambil menggerus sirih di mulut, Ibu Sayur menawarkan bantuan.

"Gak usah, Bu. Terimakasih banyak." Gio membersihkan celana yang terkena cipratan air, dengan posisi ruku tangan mengibas-ngibas celana.

Seorang gadis berdiri tepat di hadapan Gio. "Bu, ada cumi-cumi?" tanya gadis itu.

"Ada, ini silahkan di pilih yang mana." Ibu sayur menunjuk dagangannya sambil memainkan lidi yang di ujung dari lidi itu terikat tali plastik be-rumbai.

Mata Gio melihat kaki seorang gadis. Perlahan naik memperhatikan dari ujung kaki sampai ke wajah.

Dia? wanita ini yang ada di mimpiku tadi. Batin Gio.

"Wangi bunga melati," ucap Gio.

"Nona, ini wangi tubuhmu?" tanya Gio pada gadis di hadapannya, yang sedang memilih cumi-cumi.

Gadis itu hanya tersenyum. Gio yang melihat senyumannya terdiam tanpa ada sepatah kata terucap dari mulutnya.

Gadis itu berlalu pergi melewati Gio. Hanya menyisakan aroma tubuh yang membuat Gio menarik nafas panjang.

Dua orang berbadan tegap dengan kumis tebal, membenturkan bahu mereka berdua ke bahu Gio, melewati Gio, menyadarkan diri Gio dari pesona gadis itu.

"Kali ini aku tidak bermimpi." Gio mengejar gadis itu, "Itu dia. Gadis dalam mimpiku."

Ketika Gio hendak mendekatinya, Gio di hadang dua orang berbadan tegap. "Kau mau kemana?" ucap salah satu dari mereka.

Gadis itu menoleh ke arah Gio dan kedua orang itu. Salah satu dari dua orang berbadan tegap melihat gadis itu menatap ke arah mereka. Ia memukul pundak temennya dan merangkul Gio perlahan membalikkan badan lalu pergi membawa Gio.

"Aku mau diba--" Mulut Gio di tutup dengan tangan dari pria yang merangkul lehernya. Mereka membawa Gio pergi keluar pasar.

Ketika sampai di pintu keluar pasar dua orang itu mendorong Gio sampai tersungkur. Seorang wanita melihat kejadian itu, ia berlari menolong Gio.

"Kamu gak apa-apa?" ucap wanita yang menolong Gio.

"Gio, namaku Gio."

"Goblok. Orang nanya apa di jawab apa!"

Wanita itu berdiri, berteriak, meneriaki dua orang berbadan tegap itu. "Eh!! bujang, sini kelen!"

Kedua orang itu menoleh melihat wanita itu. Ketika sudah melihat mereka berlari pergi tanpa jejak yang tertinggal.

"Kenapa mereka lari?" tanya Gio. Wanita itu pergi meninggalkan Gio.

"Eh!! tomboy, aku bicara sama mu!"

Wanita itu berlari ke arah Gio, melancarkan terjangan kaki yang mengarah ke kelamin Gio.

"Aduh, senep." Mata Gio seperti ingin keluar dari tempatnya merasakan kenikmatan dari kaki wanita itu.

"Namaku Kalara. Kau ingat baik-baik."

"Baik, akan aku ingat. Ajarin aku berkelahi," ucap Gio.

"Besok datang ke sungai Gara-gara jam 00.00 WIB." Kalara berlari meninggalkan Gio.

"Ta-tapi, itu tengah malam, woi! Malah malam Jum'at lagi." Gio menghela napas panjang, lalu melanjutkan mencari belanjaan.

***

POV GIO


Aku di hamparan rumput  mengelilingi, dengan air tenang kehijauan, pohon rimbun membuat bayangan pada air danau. Langit melukis warna yang indah, guratan merah dan biru menutupi mentari senja.

Aku sang penikmat cahaya merasakan keindahannya. Aku duduk bersila, kopi rokok jadi teman untuk menenangkan diri dari hiruk-pikuk dunia.

Pikiranku, terbayang gadis yang ada dalam mimpiku yang muncul tak sengaja di pasar tradisional. Oh Nona engkau mempesona siapakah gerangan dirimu?


Tak lama berselang gadis itu bejalan di sampingku. Mendekatkan diri ke pinggir danau, memercikan air pada wajahnya. Ketika ia membalikkan badan ke arahku. Mataku melihat bidadari dikala senja, di pinggir danau yang tenang.

Aku berlari menghampirinya, ku sentuh tangannya memastikan bahwa dia nyata. "Lepaskan. Kamu siapa?" ucapnya.

"Engkau bidadari ku." Sebuah dialog spontan keluar dari mulutku. "Nona siapakah dirimu?" tanya aku padanya.

"Aku? Sandya," ucapnya. Ia berjalan menjauh dariku.

"Aku Gio. Boleh aku berkenalan denganmu?"

Ia menoleh padaku. Memberikan senyuman lalu menjatuhkan perlahan senyumnya, "Aku tidak akan bisa kenal denganmu. Banyak hal yang akan terjadi padamu, bahkan keluargamu."

Aku hanya bisa terdiam mendengar perkataannya. Ia pun pergi dari pandanganku. Menyisakan keheranan untukku.

POV GIO OFF

Sandyakala
Jum'at, 25 Juni 2021
@Putra_Ayara

SandyakalaJum'at, 25 Juni 2021@Putra_Ayara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SandyakalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang