Pemuda berusia 24 tahun itu sedang berada di taman yang ada di sungai Han. Ia menatap ke arah sungai dengan tatapannya yang kosong. Hatinya terasa berat sekali. Jungkook sebenarnya tidak ingin sendirian, tapi karena ponselnya lupa tak dibawa, akhirnya ia hanya bisa menghela napas. Ia biarkan kesendirian menemaninya saat ini.
Perlahan-lahan, suasana taman yang temaram menjadi terang. Lampu yang ada di sana mulai menyala satu persatu. Orang-orang yang datang ke tempat itu pun semakin lama semakin ramai.
Jungkook sedang mengamati orang-orang yang berlalu-lalang saat ia merasakan dari lubang hidung sebelah kirinya terasa ada cairan yang mengalir. Ia menyentuh hidungnya menggunakan punggung jari telunjuk tangan kirinya. Terlihat warna merah di sana.
Pemuda bergigi kelinci itu segera menutupi hidungnya menggunakan telapak tangan kirinya lalu berlari menuju ke arah mobilnya. Ia segera mengambil beberapa lembar tisu yang ada di dashboard untuk menutupi dan mengelap hidungnya.
Selama beberapa menit ia melakukan itu. Mengusap darah yang keluar dari hidungnya hingga berhenti. Setelah darahnya benar-benar berhenti, pemuda itu menghela napas sambil menyandarkan tubuhnya di jok mobil. Ia memejamkan kedua matanya, merasakan debaran jantungnya yang tiba-tiba menjadi semakin cepat. Setelah itu ia segera menyalakan mobilnya dan melajukannya menuju ke rumah.
•••
Kim Family Mansion
Sehun segera berlari menuju tempat parkir saat ia mendengar suara mobil memasuki halaman rumah. Saat ia tiba di sana, ia melihat salah seorang pegawai sedang membukakan pintu mobil dan membiarkan Jungkook keluar.
Jungkook melihat Sehun menghampirinya. Begitu asistennya itu berada di hadapannya, pemuda berusia 24 tahun itu segera meletakkan kepalanya di dada sang asisten.
"Syukurlah kau baik-baik saja, Jungkook-ah. Aku panik setengah mati saat kau pergi tanpa membawa ponselmu." Ujar Sehun sambil memegangi bahu Jungkook. Pemuda itu hanya mengangguk.
"Mianhae, Hyung." Kata Jungkook lirih. Sehun mendesah pelan. Ia segera merangkul bahu bungsu keluarga Kim itu dan memapahnya memasuki rumah.
"Adeul?" Panggil Seung Heon ketika putra bungsunya terlihat memasuki rumah. Ia segera berdiri dan mendekati putranya di ikuti oleh Ji Hye.
"Appa! Eomma!" Desis Jungkook saat kedua orang tuanya berada di hadapannya.
"Neo gwaenchana?" Tanya Ji Hye lembut sambil memegangi wajah Jungkook dengan kedua tangannya. Jungkook mengangguk.
"Nan gwaenchana, Eomma." Jawab pemuda itu lirih sambil tersenyum.
"Ya sudah. Kembalilah ke kamarmu. Beristirahatlah! Biar Sehun yang mengurus semua kebutuhanmu." Seru Seung Heon sambil menyentuh pipi kiri putranya. Jungkook mengangguk. Dengan bantuan Sehun, Jungkook segera menuju ke kamarnya di lantai dua. Tapi saat ia dan Sehun sampai di anak tangga ke lima, ia melihat Seokjin dan Jimin tengah menunggunya di depan kamar.
Jungkook diam saja. Ia tidak ingin bertemu dengan kedua kakaknya, jadi ia langsung memasuki kamar tanpa menoleh sedikitpun. Ia bahkan tak menyahut meskipun mereka memanggilnya. Sehun yang memahami situasi Jungkook segera menutup pintu kamar pemuda itu. Ia abaikan tatapan memohon yang ditunjukkan oleh Seokjin dan Jimin.
"Jangan biarkan Hyungdeul masuk, Hyung! Aku tidak ingin bertemu dengan mereka." Kata Jungkook sambil merebahkan diri di tempat tidur. Sehun hanya tersenyum. Pemuda itu segera menutup semua korden di kamar Jungkook.
"Kau harus mandi dulu, Jungkook-ah!" Seru Sehun sambil menoleh. Tapi pemuda berusia 27 tahun itu mendapati tuan mudanya sudah tertidur lelap. Mungkin kali ini ia biarkan saja Jungkook tidur tanpa mengganti pakaiannya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hyeongje
FanficKetika seorang Kim Jungkook tidak punya pilihan! Hubungan Jungkook dengan kedua kakaknya bisa dibilang cukup baik. Baik Seokjin maupun Jimin, keduanya begitu menyayangi dirinya. Hanya saja ... menyaksikan kebencian antara si sulung dan kakak keduany...