Kacau, pestanya benar-benar kacau.
Setelah lampu gantung ruangan jatuh, dan seseorang terjebak dibawahnya. Semua tamu yang hadir mulai membubarkan diri secara tidak teratur, mereka semua panik ketika darah merah yang segar sedikit mengintip dari bawah lampu gantung yang sudah tidak terbentuk itu.
Pihak keamanan sudah mengamankan area jatuhnyaa lampu gantung dari jangkauan orang-orang sampai polisi datang, mereka juga sedang menunggu tenaga medis untuk datang.
"Astaga" dita menutup matanya ketika dia bisa melihat darah yang mengalir itu, memang tidak terlalu terlihat jelas karna letaknya benar-benar berada dibawah lampu gantung nya.
"Siapa korban itu?" Denise bertanya pada managernya yang baru saja datang, bergabung dengan mereka semua dipojok ruangan.
"Salah satu sutradara film" Denise mengangguk paham setelah mendengar jawaban itu, hal yang selanjutnya mereka lakukan hanya diam sembari menunggu dengan sabar para polisi dan juga tenaga medis yang baru saja dihubungi untuk datang ke lokasi.
Didepan sana sudah pasti terdapat banyak para media yang menunggu, mereka datang cepat sekali, padahal mereka tidak diizinkan untuk masuk.
Untuk saat ini, dita, denise, jinny, soodam dan léa tidak bisa melakukan apapun selain menunggu. Jika mereka keluar sekarang, maka para awak media pasti akan mengerumuni mobil mereka.
"Aku semakin menyesal karna datang kemari" denise bergumam malas, tidak perlu menjaga image nya lagi. Karna saat ini mood nya sedang tidak baik, dia lelah melihat kekacauan yang terjadi.
"Kacau" dita bergumam kecil, merasa pesta perayaan yang ditunggunya ini jadi tidak berarti lagi. Kekacauan yang terjadi benar-benar menghancurkan segalanya, pesta yang seharusnya berjalan meriah ini pun bahkan berhenti sebelum dimulai.
"Sudah kubilang aku tidak ingin datang, sekarang lihat apa yang terjadi?" Soodam mendelik kesal kearah sang manager, managernya itu hanya menghela nafas jengah karna terus dihadiahi tatapan sinis dari artisnya.
"Sebenarnya kenapa kita harus datang kemari? Kalau sejak awal pesta ini dibuat untuk formalitas semata, seharusnya tidak masalahkan kalau kita tidak bisa datang?" Soodam menyuarakan pendapatnya, mood nya buruk sekali sejak terpaksa datang ke pesta ini. Ditambah seluruh kekacauan yang terjadi sekarang, dia benar-benar tidak akan terima jika kejadian hari ini berdampak buruk untuk karirnya nanti.
"Aku juga tidak mengerti, tapi aku mengkhawatirkan teror berbasis sms itu. Apakah kita akan turut disalahkan jika kasus ini naik ke pengadilan?" jinny akhirnya berbicara setelah lama hanya diam memperhatikan, dia sejak tadi mengkhawatirkan hal ini.
Pikirannya tidak tenang, awalnya dia bahagia karna film nya sukses besar, tapi kenapa harus ada kasus semacam ini?
"Kita tidak salah, jadi untuk apa kita disalahkan? Ingat ya kita hanya aktris, yang hanya berakting. Kita sama sekali tidak turut serta dalam penulisan naskah filmnya, jadi kita tidak perlu merasa bertanggungjawab" Soodam berucap dengan sinis, dia tak mau hal-hal semacam itu ikut menganggu pikirannya juga.
Dia hanya ingin membangun karir yang baik sebelum masa pensiunnya nanti, dan dia tidak akan pernah membiarkan masalah film nya ini menghalangi laju kesuksesan karirnya.
"Apakah di luar sana ada banyak wartawan?" pertanyaan léa membuat soodam, dita, jinny dan denise menoleh. Mereka langsung diam ketika melihat produser film mereka itu sudah berdiri tak jauh dari mereka , sejak tadi.
"Ada banyak, kalian tidak bisa pulang dulu. Maaf ya" produser film itu membungkuk, meminta maaf pada kelima aktris yang diundang nya. Dua diantara mereka bahkan tidak sungkan sungkan menunjukan wajah tidak sukanya, jelas saja mereka merasa dirugikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret 2
Mystery / Thriller(ini lanjutan dari cerita "the secret" loh ya, jadi untuk yang mau baca cerita ini harap baca cerita pertamanya dulu) Sesuatu hal yang tidak direncanakan memang terkadang tiba-tiba saja terjadi. Tapi, apakah mungkin hal seperti ini tidak direncana...