Tidak! Masalahnya belum selesai.
"Bagaimana?" jinny menoleh kearah managernya yang sibuk berjalan kesana kemari untuk menghubungi seseorang yang akan membuatkannya laporan khusus penanganan kasus yang dirahasiakan. Mereka perlu melakukan itu karna jinny bukanlah orang biasa, dan kasus teror ini juga terlalu sensitif dikalangan masyarakat.
Semua menganggap kasus ini telah selesai, target nya pun sudah berubah. Membuat laporan secara terbuka bukanlah pilihan yang bagus, sebagai publik figur dia tidak bisa melakukannya.
"Mereka akan mengusut kembali kasus ini, menangani masalahmu secara terpisah, mengintograsi pelaku diluar laporan resmi. Juga mencari tahu asal nomor ponsel yang menghubungimu itu" jinny mengangguk paham, untuk saat ini dia tak mau menyentuh ponselnya dulu. Ponsel itu akan menjadi barang bukti nanti, jadi lebih baik jinny memakai ponselnya yang lain saja.
"Coba tanyakan pada aktris yang lain, apakah mereka mendapatkan teror yang sama? Aku bisa berdiskusi dengan para manager mereka jika hal yang menimpamu terjadi juga pada mereka" Jinny mengangguk paham, tidak perlu bertanya lagi karna dia tidak sebodoh itu untuk tidak tau siapa aktris yang managernya maksud.
"Mulailah hubungi mereka, aku akan pergi sebentar menemui kepala pimpinan" Jinny mengangguk lagi, tangannya mengambil ponsel lain ditasnya lalu mulai menghubungi teman sesama aktrisnya dalam film kolaborasi mereka.
*
*"Ada telfon untukmu" Dita menerima ponselnya itu, di dekatkanlah telinganya pada ponselnya sendiri.
"Oh, Hai?" jarang-jarang Jinny menghubunginya seperti sekarang ini, biasanya mereka hanya saling bertukar kabar dan cerita melalui pesan.
"Hai, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" ada keraguan dari nada suara itu, Dita sangat menyadarinya. Sebelumnya, Jinny bukanlah orang yang seperti ini. meskipun terkadang mereka merasa canggung, tetap saja Jinny hampir tidak pernah ragu-ragu dalam bertanya.
Ini pertama kalinya Dita mendengar Jinny ragu-ragu dalam bertanya, terlebih lagi bertanya padanya. Karna hubungan pertamanan mereka bisa dibilang sudah cukup dekat sekarang.
"Silahkan saja, ada apa memangnya?" ada jeda yang sangat lama setelah pertanyaannya, Dita sampai melihat layar ponselnya dulu untuk memastikan apakah telfonya masih tersambung atau tidak. Dan ternyata masih tersambung, Jinny hanya tidak bicara.
"Jinny?" karna tak kunjung mendapatkan jawaban, Dita pun memilih memanggil nama perempuan itu. Jinny terdengar menghela nafas setalahnya, sebenarnya dia kenapa? Itulah pertanyaan yang sejak tadi Dita pikirkan.
"Aku sedikit takut untuk menanyakan hal ini padamu" tentu, Jinny tidak tau apakah Dita mendapatkan teror yang sama dengannya atau tidak. Jika Dita tidak mendapatkan teror seperti dirinya, bukankah pertanyaannya ini hanya jadi terdengar seperti menakuti Dita?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret 2
Mystery / Thriller(ini lanjutan dari cerita "the secret" loh ya, jadi untuk yang mau baca cerita ini harap baca cerita pertamanya dulu) Sesuatu hal yang tidak direncanakan memang terkadang tiba-tiba saja terjadi. Tapi, apakah mungkin hal seperti ini tidak direncana...