Gue terus memandanginya yang sedang asyik bercerita.
"Terus ya, Ka, dia itu perhatian banget deh.. Tiap hari nanyain gue udah makan atau belum, udah ngerjain PR atau belum.. Duh. Pokoknya Kak Radit is the best lah!"
"Udah ceritanya?" gue menatapnya bosan.
"Ih! Lo kok gitu sih sama gue? Sebagai sahabat gue, lo harusnya turut seneng dong," cewek sebelah gue ini menaikkan nadanya satu oktaf.
"For what?"
"Y-ya... Ya karena gue udah dapet gebetan baru.. Jadi kan gue gak perlu ngikutin lo kemana-mana lagi, Ka."
"Oh." jawab gue singkat lalu kembali menyalin PR fisika yang tak kunjung selesai.
"Ih! Parah banget sih.. Masa cuma 'oh' doang. Gak seru nih," cewek di samping gue kembali memanyunkan bibirnya.
"Jelek lo."
"Bodo!" jawabnya singkat kemudian pergi keluar kelas.
Terus aja friendzone sampe mampus. Ck.
***
Bel pulang berdentang, menandakan usainya sekolah pada hari ini. Siswa-siswi di kelas sebelas IPA-3 memekik kegirangan tanpa suara, tak terkecuali gadis di sebelah gue ini.
Dengan terburu-buru, ia memasukkan semua alat tulis ke dalam tas melupakan tempat pensil yang masih tergeletak di atas meja.
Gue raih tempat pensil itu menggetok kepalanya.
"Duh! Sakit tau," jawabnya ketus seraya merebut tempat pensil itu dari tangan gue.
Oh, rupanya dia masih marah.
"Ngapain sih lo buru-buru?"
"Suka-suka gue dong!"
"Dih. Gara-gara tadi aja marah," gue berusaha mencari topik pembicaraan.
"Enggak. Siapa bilang?" jawab Raiska namun enggan menatap mata gue.
"Kalo gak marah kenapa gak mau ngeliat gue, hm?" Gue merebahkan kepala di atas meja dengan bertopang pada tangan, mendongakkan kepala sedikit agar dapat melihat wajahnya. Wajahnya sedang merengut lucu, ekspresi ini selalu muncul ketika gue menatapnya intens.
Damn! Kenapa harus ada orang selucu ini?
Ingin rasanya gue mengeluarkan handphone lalu memotretnya. Tetapi situasi saat ini sepertinya tidak memungkinkan.
Raiska balas menatap gue, "udah dibales nih tatapannya, puas?"
"Belum. Itu belum ikhlas." Gue menggeleng keras. Kemudian ia membesarkan kedua bola matanya, seolah-olah membentuknya menjadi puppy eyes kemudian mendekatkan wajahnya ke arah gue.
Thump.
Thump.
Thump.
Sial. Kenapa jantung gue gak bisa diajak kompromi, sih. Ck. Kaya cewek aja sih gue, di deketin dikit langsung salting.
Sepersekian detik berikutnya, Raiska sudah menarik kembali wajahnya, "udah puas Raka Adiperwira?". Gue menyeringai, "banget."
Gue tegakkan posisi badan gue seperti semula kemudian gue tahan lengannya yang akan beranjak pergi.
"Mau kemana sih? Buru-buru amat?" gue melihat Raiska senyum-senyum lucu.
Duh. Mikirin siapa sih, mb?
"Mau jalan dong sama Kak Radit!" ucapnya dengan bangga membuat gue melotot tidak percaya. Kemudian hening sesaat.
"Hey! Raka. Ka.." Raiska melambai-lambaikan tangannya tepat di depan muka gue membuat gue mengerjapkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best-Friend [zone]
Teen FictionGue, Raka Adiperwira. Gue cuma salah satu dari most wanted boys di sekolah tercinta gue, SMA Trianisda. Dibalik semua itu, gue punya masalah yang sangat penting. OWSHIT I'M FRIENDZONED. And this is my story.