Terdengar suara pintu dibuka. Gue yang tengah mengobrol bersama Tiara pun menengok ke arah sumber suara.
"WIH! TIARA? KAPAN PULANG? KOK GAK BILANG-BILANG, SIH?" Raiska langsung menyerbu adiknya dengan pelukan.
"Lah, lo-nya juga kemana, Kak. Tadinya tuh gue udah di sekolah Kak Raiska, eh, tapi lo gak ada. Gue malah ketemu sama Kak Raka. Kemana, sih, lo? Biasanya juga pulang sore bareng Kak Raka."
"Gue abis jalan dong sama Kak Radit! Sorry ya, Ra. Salah lo juga sih, gak bilang-bilang mau dateng," raut muka Raiska menjadi cerah setelah mengucapkan itu.
Gue yang sedari tadi hanya melihat mereka mengobrol kemudian berdeham.
"Wah, Raka! Udah lama ya elo gak ke sini," ujarnya kaget seolah-olah baru teringat sesuatu yang penting.
"Telat lo," balas gue singkat.
"Yee, gitu doang ngambek. Kan gue fokus ke Tiara jadi baru sadar elo ada di sini," cewek lucu ini melakukan pembelaan.
"Terserah lo."
"Ah Raka gak seru lo," ujar Raiska dan dengan santainya ia duduk di sebelah gue kemudian merangkul gue dengan tangan kirinya yang bebas.
Stay calm, Raka.
Shit.
"Eh iya, gimana tadi, Kak?" Tiara membuka percakapan.
"Ha? Gimana apanya?" Cewek di sebelah gue ini pura-pura tidak mengerti, tetapi semburat merah tercetak jelas di pipinya. Gue mencubit pipinya sekilas.
"Ya tadi sama Kak Radit, ngapain aja?" tanya Tiara kepo.
"Gue-"
"Apa?" tanya Tiara tidak sabar.
"Gue ditembak tadi, pas lagi di café dan kita jadian," ucap Raiska tanpa menghilangkan senyum malunya bahkan semburat merah enggan menghilang dari wajahnya.
Gue terdiam.
Tidak tahu harus berbuat apa.
Gue sudah kalah telak.
Gue melihat ke arah Tiara. Ia terlihat turut senang dengan status baru kakaknya itu. Ketika ia menatap gue balik, raut mukanya berubah menjadi raut prihatin.
What?! Apa-apaan, nih?
Belum selesai gue mengomel, Tiara sudah berkata tanpa suara, "yang sabar ya, Kak."
Wah, parah. Jangan-jangan dia tahu lagi. Kacau!
Gue harus tanya, nih.
"Ra, sini deh. Gue mau ngomong bentar," ujar gue yang sudah beranjak dari sofa.
"Ngapain, hih?" ucapnya malas.
"Bentar doang, elah," gue memberi sedikit kode.
"Apaan sih kalian? Kok jadi pada rahasia-rahasiaan gini, sih?" Raiska ikut dalam pembicaraan. Bahaya!
"Yee... Kepo aja sih," gue menoyor kepalanya.
Gue langsung menarik Tiara ke halaman belakang, tercetak jelas di wajahnya ia tampak tidak senang.
"Tau darimana lo?"
"Ha? Tau darimana apanya?"
"Gue suka sama Raiska," ucap gue nyaris berbisik.
"Ya ampun! Gue kira apa," sesaat ia tersenyum lebar karena pernyataan gue.
"Heh! Gue gak butuh senyuman lo, ya."
"He-llo! Kak Raka yang ganteng tapi bego. Semua orang juga tau lo suka sama Raiska. Keliatan banget anjir, Kak." Sontak karena pernyataan dia gue syok bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Best-Friend [zone]
Teen FictionGue, Raka Adiperwira. Gue cuma salah satu dari most wanted boys di sekolah tercinta gue, SMA Trianisda. Dibalik semua itu, gue punya masalah yang sangat penting. OWSHIT I'M FRIENDZONED. And this is my story.