Dream

2.7K 250 45
                                    


"APA ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"APA ini?"

Sambil berdiri, tuan Wang menaruh kertas ke atas mejanya dengan setengah menggebrak meja. Gerakan itu memberi tahu putra di hadapannya bahwa sang ayah sedang marah. Namun, pemuda itu tak peduli.

"Formulir cita-citaku," Wang Yibo menjawab santai. "Berdasarkan itu, sekolah akan mencarikan universitas yang cocok untukku nantinya."

"Jangan bercanda!" bentak tuan Wang. "Menjadi seorang idol?! Apa kau sedang bermimpi!"

Yibo menggaruk lubang telinganya. "Suara ayah terlalu keras." Keluhnya. "Lagipula itu memang mimpiku. Sejak kecil aku selalu ingin menjadi seorang idola. Ayah juga tahu itu, bukan?"

Tuan Wang duduk kembali di kursi kerjanya. "Itu karena kau masih kecil, jadi, ayah membiarkannya." Nada suaranya merendah menandakan emosinya sudah surut. "Tapi sekarang lain, ayah ingin kau meneruskan bisnis ini."

Yibo mengangkat bahu, "Aku mengerti. Tapi aku sungguh tidak berminat untuk menjalani bisnis, ayah. Aku ingin menjadi seorang idol!"

"Apa bagusnya menjadi idol? Tampil di televisi dengan dandanan norak dan bergaya tidak jelas untuk menarik perhatian penggemar. Aku tidak setuju!" tegas tuan Wang. "Kau harus kuliah bisnis dan melanjutkan usaha keluarga kita. Lupakan soal menjadi idol!"

"Ayah!" Suara Yibo meninggi. "Aku tidak tertarik pada bisnis. Tolong mengertilah. Aku hanya ingin menjadi idol!"

"Tidak!"

Yibo membuang napas kasar. "Baiklah, aku tak peduli ayah setuju atau tidak. Tapi formulir itu sudah kuisi, jadi bisakah kau tanda-tangani saja. Karena besok aku harus menyerahkan kepada wali kelas."

"Kecuali kau mengisi untuk kuliah di bisnis, baru akan ku tanda-tangani," putus sang ayah.

Sang putra mendesah panjang sembari memasukkan kedua tangan ke dalam saku celananya. "Ayah, aku sudah besar. Aku sudah tahu apa yang kuinginkan, tidak bisakah kau hanya mendukungku saja?"

"Lalu bisnis keluarga ini? Apa kau tak memikirkannya?"

"Aku tahu aku bisa hidup sampai sekarang berkat bisnis ini, tapi aku benar-benar tidak tertarik untuk meneruskannya, ayah. Tindakanmu ini sama saja mengekangku."

Sebelah alis tuan Wang terangkat. "Aku mengekangmu?"

"Benar!" jawab Yibo tanpa ragu. "Ayah memaksaku untuk melakukan apa yang tidak kusukai, bukankah itu artinya kau mengekangku dan tidak memberiku kebebasan untuk memilih masa depanku sendiri?" gusarnya. "Ayah, aku ini manusia, bukan robot. Dan aku sudah besar. Aku ingin memiliki jalanku sendiri."

Tuan Wang terlihat berpikir. Lalu menyilangkan tangannya di depan dada seraya menyandarkan punggungnya pada kursi. "Hmm, memiliki jalanmu sendiri, ya ...." gumamnya pelan, "Apa kau tahu setiap jalan yang ditempuh untuk mengejar impian itu tidaklah mudah?"

JULIET WANG [Yizhan] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang