BAB 3: MAMPUS

1.1K 163 5
                                    


SELAMAT MEMBACA 

*** 

Fia berdiri dan meregangkan ototnya sedikit setelah duduk semalaman suntuk untuk menulis hukuman yang di berikan dosennya. Akhirnya setelah mencari berbagai sumber yang relevan dan membaca beberapa buku dalam semalam Fia berhasil menyelesaikan tugasnya. Dari mulai jam 11 malam sampai pagi.

Dia melirik jam di tangannya, ternyata sudah setengah 6 pagi. Dia diam sebentar untuk mengumpulkan niatan untuk mandi. Lebih baik segera mandi dan pergi kekampus dari pada tidur yang pasti akan membuatnya terlambat lagi. Karena tugasnya harus dia kumpulkan sebelum jam mata kuliah pertama yaitu jam 8.

***

"Piye kampus Mas? Betah ngajar?" (Gimana kampus Mas, Betah ngajar)

Romo menanyakan kegiatan baru putranya sebagai pengajar. Awalnya Romo bingung kenapa putranya yang sudah mapan dengan pekerjaan justru memilih mengajar sebagai dosen. Namun apapun alasannya, Romo Surya akan selalu mendukung apapun yang akan di lakukan anak-anaknya. Baik terhadap Ambalika maupun Nares Romo Surya selalu berusaha adil. Selama apa yang di lakukan putra putri nya adalah hal yang positif, terutama bagi Nares. Romo tidak akan menentang profesi baru putranya selama itu tidak akan mengganggu pekerjaan sebelumnya. Karena Romo sudah mempercayakan seluruh usahanya kepada anak laki-lakinya itu.

"Betah Romo..." jawab Nares.

"Jangan galak-galak Mas jadi Dosen kasihan nanti mahasiswamu takut lagi..." Bunda muncul dari arah dapur sambil membawa dua cangkir teh di tangannya.

"Mboten galak Bun, tapi kalau mahasiswa nya perlu didikan ya di didik to." Nares menjawab ucapan Bundanya dengan sedikit bercanda.

"Wes pokok e nek arep ngopo-ngopo iku bayangno awakmu sing dadi mahasiwa. Bunda kelingan jaman sekolah mbiyen, enek guru sing galak e pol, Bunda iki nesu-nesu noke gur batin. Dadi nek awakmu iku mengko galak-galak, iku mahasiswa mu Bunda yakin nesu-nesu ning batin nyumpah e kowe sing elek-elek..." (Sudah pokoknya kalau mau ngapa-ngapain bayangkan dirimu yang jadi mahasiswanya. Bunda ingat jaman sekolah dulu, ada guru yang galak, Bunda ini marah-marah tapi cuma di dalam hati. Jadi kalau kamu nanti galak-galak, itu mahasiswamu Bunda yakin ya marah-marah di dalam hati nyumpahin kamu yang jelek-jelek.)

Nares hanya tersenyum mendengar petuah pagi Bundannya. Tiba-tiba dia teringat kejadian kemarin, dia jadi bertanya-tanya apa dia terlalu galak dan keras terhadap mahasiswa kemarin. Apa hukumannya terlalu berlebihan...

Tapi di sisi lain hatinya, Nares membenarkan sendiri akan tindakannya. Dia meyakinkan dirinya sendiri kalau dia tidak akan menyalahgunakan kedudukannya sebagai dosen untuk menindas mahasiswanya. Dia hanya akan tegas pada mahasiswa yang memang perlu di tegasi.

"Ayo cepat makannya, nanti terlambat..."

Lamunan Nares buyar saat mendengar ucapan Bunda.

***
Nares masuk kedalam kelas dengan tenang, tangannya membawa satu buku dan juga laptop untuk mengajar. Saat dirinya masuk tiba-tiba jelas yang awalnya ricuk seketika hening. Dia mengamati sekilas mahasiswa nya yang sudah ada di kelas.

Kelasnya pagi ini sedikit lebih banyak dari yang kemarin, karena dia mengajar di kampus yang hanya terfokus pada jurusan teknik dan teknik yang ada di kampusnya adalah teknik di mana mayoritas di minati oleh laki-laki jadi tidak heran jika mahasiswa di kelasnya hampir seluruhnya laki-laki. Hanya ada beberapa mahasiswi perempuan di sana, namun karena jumlahnya terlalu sedikit bahkan keberadaannya hampir tidak terlihat.

Nares sekilas melihat buku absen yang dia bawa, bahkan dia melihat banyak mahasiswa dengan NIM tahun tua yang mengulang.

"Selamat pagi semua..." salam Nares sebagai pembuka.

Dosen Kikir Vs Mahasiswa BatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang