BAB 5: SITI NURBAYA, TERNYATA

1.7K 221 51
                                    

SELAMAT MEMBACA

***

Berkali-kali Nares melirik ke arah meja yang ada di hadapannya. Suasana kelas sangat hening pagi ini. Karena kuis dadakan yang dia adakan.

Dia memang tidak memberitahukan sebelumnya kalau di pertemuan selanjutnya akan ada kuis, dia sengaja melakukannya. Tujuannya agar mahasiswanya selalu siap dan berlajar lebih dulu sebelum masuk kedalam kelasnya.

Matanya menyapu kesegala penjuru kelas. Tiba-tiba netranya menangkap sesosok mungil di antara para mahasiswanya yang bertubuh besar. Gadis kecil dengan jilbab hitamnya, yang tengah fokus dengan selembar kertas di hadapannya.

Mahasiswi yang berhasil membuatnya naik darah di setiap pertemuan mereka. Sikap kurang ajarnya dan terkesan tidak takutnya selalu berhasil memancing tensi Nares.

"Waktunya habis, silahkan di kumpulkan ..."

Terdengar helaan dari banyak mahasiswa. Nares tau jika pasti tidak ada yang belajar semalam. Sehingga 5 soal kuisnya tidak dapat di selesaikan dalam waktu 20 menit.

Setelah perwakilan kelas mengumpulkan semua kertas kuis. Nares langsung berdiri, tangannya membawa satu spidol. Dia berjalan di depan papan tulis, pandangannya fokus mengamati para mahasiswanya pagi itu.

"Ada yang berhasil menjawab semua pertanyaan tadi?"

Nares mengedarkan pandangannya lagi, berharap ada mahasiswanya yang mengangkat tangannya. Tapi ternyata tidak ada satupun dari semua mahasiswa yang hadir yang mengangkat tangan.

Nares menghela nafasnya dengan pelan. Dia merasa prihatin dengan kondisi kelasnya, entah dirinya yang salah dalam menerapkan system belajar atau memang mahasiswa sekarang yang begitu apatis terhadap pelajaran. Bahkan sudah di jelaskan saja masih tetap tidak faham.

"Ada yang bisa menjawab pertanyaan nomor satu tadi?" tanya Nares lagi.

Kelas tetap hening, tidak ada satupun mahasiswa yang bersuara. Tentu saja hal tersebut berhasil membuat suasana hati Nares sedikit kesal. Dia merasa tidak di hargai sebagai dosen.

Apa soalnya terlalu susah sampai-sampai tidak ada satupun yang bisa menjawab. Seingatnya pertanyaan nomor satu itu sangat mudah dan merupakan pertanyaan dasar.

"Coba Mas kamu yang gondrong, baju hitam." Akhirnya Nares menunjuk salah satu mahasiswanya untuk menjawab.

"Saya Pak?" tanya mahasiswa yang tadi dia tunjuk.

"Iya, silahkan berdiri..." jawab Nares.

"Saya Dendy Laksa Nim 142200095 izin menjawab Pak. Tingkatan batubara dari yang terendah hingga yang tertinggi adalah lignit, subbituminous, bituminous..."

Mahasiswa bernama Dendy itu menjeda jawabannya. Kelas kembali hening ...

"Lalu apa?" tanya Nares lagi.

"Maaf Pak, saya lupa yang kualitas tertinggi namanya apa," ucapnya dengan pelan.

"Silahkan duduk ..." ucap Nares pada pemuda bernama Dendy itu.

Meski kurang puas dengan jawaban dari Dendy namun Nares sudah mencukupkannya. Tidak ada gunanya memaksa kalau memang sudah lupa atau bahkan tidak tau.

"Ada yang bisa sebutkan, nama batubara dengan kualitas terbaik itu apa?"

Lagi-lagi kelas kembali hening. Tidak ada yang bersuara, saking heningnya yang terdengar hanyalah detik jam.

Namun tiba-tiba di tengah keheningan sebuah suara terdengar.

"Althracite Pak..." sahut seseorang tiba-tiba.

Nares langsung melihat siapa yang menjawab. Ternyata gadis itu, mahasiswi yang selalu terlibat masalah dengannya yang menjawab.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 19, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dosen Kikir Vs Mahasiswa BatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang