Part 27

22 8 1
                                    


"Jangan pernah percaya sama orang, karena itu hanya akan mengundang kekecewaan."

-Karan-

--

     Waktu sudah menunjukkan pukul 06.50 WIB. Seorang gadis baru saja sampai di sekolahnya. 10 menit lagi bel sekolah akan berbunyi. Mungkin dewi fortuna kali ini sedang berpihak padanya, sehingga ia tak perlu dihukum karena telat masuk. Seseorang yang ia kenal terlihat sudah berada di depan pintu kelasnya. Sahabat satu-satunya yang gadis itu miliki. Violla. Violla melambaikan tangan ke arahnya. 

"Tadi OSIS ada nyariin lo, Bel." Ucap Violla memberitahu bahwa ada yang mencarinya.

"Oh iya? Ada apa?" Ucap Ibel yang tidak tahu ada tujuan apa OSIS mencarinya.

"Mana gue tau. Katanya lo disuruh ke ruang OSIS." Ucap Violla.

"Kapan?" Tanya Ibel.

"Istirahat katanya. Yaudah yuk masuk. Jangan halangin jalan orang mulu." Ucap Violla sambil tertawa.

"Yee orang elo yang halangin jalan gue." Ucap Ibel yang juga ikut tertawa. Lalu mereka masuk ke dalam kelas masing-masing.

     Pembelajaran di kelas berjalan dengan lancar dan hikmat. Kenapa tidak, karena guru yang saat ini mengajar merupakan guru yang sangat ditakuti oleh murid-murid disini. Guru yang tidak segan-segan memberi nilai 0 di rapor. Kenapa bisa ada yang mendapat nilai 0? Guru ini tidak akan memberikan nilai 0 jika murid-muridnya tidak berulah ketika pembelajaran beliau sedang berlangsung. Berulah yang dimaksud disini yaitu tidak boleh ada suara kecuali jika ada yang ingin bertanya, bertanya pun ada waktunya. Hal sepele namun berakibat fatal jika dilakukan. Ya, seperti itulah sistem belajar dari guru ini. Hingga semua murid tiba-tiba menjadi sangat pendiam dan memperhatikan dengan hikmat ketika guru ini sedang mengajar. 

     Tak terasa bel istirahat sudah berbunyi. Seperti biasa anak-anak di kelas langsung berhamburan ke kantin setelah guru yang tadi mengajar di kelas keluar. Berbeda dengan Ibel, ia bersiap untuk pergi ke ruang OSIS, seperti apa yang dikatakan oleh Violla. Koridor dan lapangan mulai dipadati oleh siswa-siswi. Ia harus melewati lapangan dan juga beberapa koridor untuk sampai di ruang OSIS. Dari kejauhan terpampang jelas plang ruang OSIS di depan pintunya. Baru saja ia akan masuk ke ruang OSIS, tiba-tiba seseorang juga ikut masuk ke dalam. Laki-laki itu adalah Karan. Ibel mengernyitkan dahinya.

"Lo juga disuruh kesini?" Ucap Ibel dengan penasaran. Namun, hanya dijawab dengan anggukan. Ibel menyadari perubahan laki-laki itu. Ia sangat menyesal bertemu Kalila tadi pagi. Harusnya ia bertemu Kalila siang atau sore setelah pulang sekolah. Agar Kalila dapat menjelaskan semuanya yang telah terjadi di masa lalu. Sayangnya pagi tadi Kalila belum sempat menceritakan semuanya karena waktu sudah menunjukkan 06.30 WIB. Ternyata waktu setengah jam tidak cukup untuk menyelesaikan cerita mereka. Dan ia harus segera pergi agar tidak terlambat masuk sekolah.

     Kini mereka sudah berada dihadapan ketua OSIS di SMAnya. Kebetulan mereka seangkatan jadi tidak perlu terlalu formal. Ketua OSIS tersebut merupakan teman sekelas laki-laki yang tengah ada di samping kanannya. Ibel mengetahui ini karena ia pernah melihat Aldi, ketua osis itu, keluar dari kelasnya Karan dengan beberapa teman yang memang di kelas itu.

"Sorry nih gue ganggu jam istirahat kalian."  Ucap Aldi memecahkan keheningan di antara mereka.

"Ga apa-apa kok. Jadi ada apa?" Ucap Ibel to the point.

"Jadi gini, Key. OSIS dapat info dari Pak Heri kalau kalian sedang membuat sebuah karya untuk mengikuti seleksi tahap kedua olimpiade fisika tingkat Nasional." Ucap Aldi yang hanya dijawab anggukan oleh Ibel. Berbeda dengan Karan.

FAR [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang