PROLOG

18.2K 1.1K 11
                                    

Assalaamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh

Selamat membaca lillahi ta'ala versi baru para readers

****


Ceklek

Pintu kamar ber-cat putih itu terbuka, dan hal yang pertama kali Gus Hafidz lihat adalah seorang perempuan yang beberapa jam lalu ia halalkan itu tengah duduk dengan anggun menghadap meja rias.

"Assalaamu'alaikum," ucap Gus Hafidz.

"Waalaikumussalam," Hasna berbalik menjawab salam yang terucap dari bibir laki-laki yang baru saja memasuki kamarnya.

Ah, Rasanya Hasna tak percaya bahwa laki-laki yang ada di hadapannya kini sudah menjadi suaminya.

Gus Hafidz mendekati Hasna, ia sedikit berjongkok merendahkan tubuhnya dengan sang istri. Jari jemari mungil itu saling bertaut dan gemetar, terlihat kentara sekali bahwa Hasna gugup dengan posisi sedekat ini.

Tangan yang terasa gemetar dan berkeringat dingin itu kini tenggelam dalam genggaman tangan besar milik Gus Hafidz. Keduanya merasakan perasaan aneh yang cukup menggetarkan hati nya.

"Hasna," ucap Gus Hafidz.

"I-iya Gus." Jawab Hasna, sangat pelan.

"Sekarang saya suami-mu, boleh tidak saya melihat-

"Ah tidak-tidak lupakan saja permintaan saya barusan." Gus Hafidz tidak melanjutkan ucapannya melihat reaksi tubuh Hasna yang gugup gemetar, ia pun mencoba untuk memahami dan menunggu sampai istrinya siap.

Hasna gelagapan, ia mengerti apa yang Gus Hafidz inginkan. Ia tidak boleh menolak, pikir Hasna. Selagi permintaan suaminya itu baik maka lakukanlah yang dimana jatuhnya akan menjadi ladang pahala untuk dirinya.

"Eee Gus, silahkan aku mengijinkanmu karena sekarang kamu suamiku." Hasna meraih tangan Gus Hafidz, meletakkan di kepalanya yang tertutup hijab itu.

Laki-laki itu tersenyum kecil, perlahan tangan besar nya mencabut jarum yang tersemat di bawah dagu istrinya, hijab itu merosot pelan di susul dengan ciput nya yang ikut jatuh ke pangkuan Gus Hafidz.

Senyum manis terbit di bibir Gus Hafidz, melihat begitu cantik dan harumnya Surai panjang berwarna kemerahan milik istrinya. Sungguh begitu sempurnanya bidadari ciptaan mu ya Allah.

"Istriku, janganlah menunduk ketika berhadapan dengan suami-mu, saya tidak mau melihat mahkota mu jatuh." Dengan jari telunjuk nya Gus Hafidz dapat menyentuh dagu Hasna agar dapat menatap nya.

Refleks Hasna mengalungkan kedua tangannya ke leher Gus Hafidz, ketika Gus Hafidz dengan cepat membawanya duduk di tepi kasur lalu mendudukkan sang istri di pangkuannya.

Cup

Cup

Hasna memejamkan mata, hatinya menghangat merasakan kecupan dan usapan penuh kelembutan dari kekasih halalnya.

"Ya Allah, jadikanlah istriku termasuk istri yang shalihah yang senantiasa menolong pada urusan dunia dan akhirat ku, serta jadikanlah kami orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah ajaran Nabi-mu"


****

Wassalam





Lillahi ta'alaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang