Kim Minju menguap lebar ketika rasa kantuk menyerangnya. Baginya suara dosen yang mengajar seperti alunan musik penghantar tidur. Gadis itu melirik jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Tak terasa mata kuliah ini hampir selesai.
"Baik, sampai disini dulu pembelajaran hari ini. Jangan lupa tugas yang tadi dikumpulkan paling lambat hari Sabtu minggu ini. Sampai jumpa minggu depan. Selamat Siang."
"Siang, Bu." ucap para mahasiswa serentak.
Minju meregangkan otot-ototnya. Duduk selama kurang lebih dua jam membuat punggungnya terasa sakit. Setelah dirasa membaik, ia lalu memasukkan buku catatannya ke dalam tas.
"Lo langsung pulang?" tanya Lia sembari menutup kotak pensilnya.
"Hm, hari ini Pak Haris kosong kan?"
Lia mengangguk sebagai respon dari pertanyaan Minju.
"Balik sama siapa, Lia?"
Rencananya Minju mau bareng sama Lia. Karena hari ini kakaknya gak bisa jemput.
"Bareng Soobin, dia bawa mobil hari ini. Kenapa mau bareng?"
Minju menyengir lebar menampilkan gigi putihnya yang rapi. Tanpa ia beritahu Lia pasti tau isi kepalanya.
"Hehehe boleh ya?" tanya Minju sambil memegang tangan Lia bahkan ia sampai menampilkan muka memelas agar Lia luluh.
"Iya, iya kayak sama siapa aja lo. Tapi nanti mampir ke toko buku dulu ya? Adiknya Soobin besok ulang tahun, gue mau kasih kado novel."
Minju mengacungkan jempolnya, "Iya gapapa, Lia."
Saat mereka berdua berjalan mendekati pintu kelas, seseorang menyapa Minju. Seseorang yang kemarin malam bertemu dengannya di pesta ulang tahun Shuhua, ya Jaemin.
"Hai." sapa Jaemin pada Minju sembari memberikan senyuman terbaiknya.
Minju tersenyum kaku. Padahal baru tadi pagi ia dan Lia membicarakan laki-laki ini tetapi sekarang sosoknya sudah berdiri di hadapannya.
"Eh, ada mantan. Apa kabar?" ucap Jeno memperlihatkn muka tengilnya saat melihat Lia.
Lia memasang muka juteknya lalu membenarkan letak kacamatanya. "Ngapain kesini?!"
Minju memperhatikan Jeno dari ujung rambut sampai ujung kaki, 'Oh ini yang namanya Jeno?' batin Minju.
"Wuss santai bos, ini nganter Jaemin katanya mau ketemu calon pujaan hati." Jeno menunjuk Jaemin menggunakan dagunya lalu tersenyum remeh.
Mendengar hal itu membuat Jaemin malu. Ia ingin menyumpal mulut sahabatnya itu menggunakan kaos kaki Haechan yang sudah dipastikan baunya sangat busuk. Alih alih membalas perkataan Jeno, ia kembali mengajak Minju berbicara.
"Mau balik?" tanya Jaemin
Minju mengangguk, "Iya, bareng Lia."
"Oh enggak kok, Min. Gue balik bareng Soobin dia bawa motor. Mending lu anter pulang Minju. Kasian dia gak ada yang jemput."
Barusan Minju gak salah denger kan? Bukannya beberapa menit lalu Lia bilang mereka bisa pulang bareng, tapi sekarang?
"Lho tadi kata—." belum sempat Minju selesai bicara, tubuhnya didorong oleh Lia untuk lebih mendekat ke Jaemin.
"Udah sana balik bareng Jaemin."
Lia menghampiri Jeno lalu memegang lengannya. "Buruan Jen."
"Lah kok jadi gue?!" sungut Jeno tak terima sekaligus bingung.
"Udah ayo!!" Lia kabur sambil menyeret Jeno dan pergi meninggalkan mereka berdua.
"Ayo gue anter." ucap Jaemin lalu berjalan keluar mendahului Minju.
Minju hanya bisa pasrah, kemudian ia berjalan mengikuti Jaemin.
***
"Makasih ya udah nganterin aku pulang. Maaf aku jadi ngerepotin kamu." ucap Minju sembari melepas seatbelt ketika mobil Jaemin sudah berhenti di depan pekarangan rumahnya.
"Gak ngerepotin, santai aja."
"Kalo gitu aku pamit ya." Minju ingin membuka pintu mobil tetapi ketika suara Jaemin terdengar ia mengurungkan niatnya.
"Eh, boleh minta nomer lo?" tanya Jaemin sambil memegang tangan Minju.
Minju melihat tangannya di pegang reflek membeku di tempat. Ia memandangi tangannya intens.
"Sorry, gue lancang." sesal Jaemin lalu melepas tangan Minju ketika menyadari raut wajah gadis itu terlihat tidak nyaman.
"Gapapa, sini mana hape kamu."
Jaemin menyerahkan ponselnya, kemudian memberikannya kepada Minju. Minju mulai mengetikkan beberapa angka, lalu ia menekan tombol panggilan. Panggilan itu langsung tersambung ke ponsel Minju.
Minju mematikan panggilan lalu menyerahkan ponsel itu pada pemiliknya.
"Thanks." Jaemin tersenyum sambil menatap Minju.
"Kalo gitu aku duluan." Minju membuka pintu mobil Jaemin. Sambil tersenyum kelima jarinya melambaikan tangan lalu berlalu masuk ke dalam rumah.
Di dalam mobil, Jaemin menatap pintu rumah Minju dalam diam. Senyuman miring terlihat di sudut bibirnya. Ia menyadari satu hal.
Bahwa ia semakin dekat dengan kemenangan.
***
Bersambung...Makasih untuk kalian yang udah mau baca ceritaku ini. See u in next chapter❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Still With You | Jaeminju
Fanfikce(18+) (ON GOING) "Perpisahan adalah puncaknya pertemuan. Langkah selanjutnya ialah tentang merelakan"