Privasi

40 5 2
                                    

Tok Tok Tok
Leo mengetuk pintu kamar Ara. Semenjak kejadian tadi sore, Ara sama sekali tidak keluar dari kamarnya. Hal itu membuat Leo dan para pelayan khawatir, apalagi Ara sekarang mengunci pintu kamarnya.

"Ra?" Panggil Leo dari luar kamar Ara.

"Are you ok?" Sambung Leo. Namun tidak ada jawaban sama sekali dari Ara.

Leo mencoba memutar kenop pintu kamar Ara, cowok itu sedang memastikan apakah pintu kamar adiknya ini benar-benar dikunci atau tidak. Dan ya, Ara benar-benar mengunci kamarnya.

"Ra, buka dulu. Lo belom makan malam Ra. Ini udah jam 9 lho" kata Leo mengingatkan.

"Den, bibi takut disalahin sama Tuan Besar kalau Non Ara gak makan malam." Ucap Bi Yanti, pengasuh sekaligus salah satu pelayan yang paling dekat dengan Ara dan Leo.

Leo pun bingung apa yang harus ia lakukan. Bi Yanti sudah seperti seorang ibu bagi Leo. Ia tak mau Bi Yanti sampai kena semprot gara-gara dia ataupun Ara.

"Ra, buka dulu sebentar. Bentar aja, cuma gue doang kok yang masuk, janji deh." Ucap Leo mencoba membujuk Ara agar membuka pintu kamarnya.

"Ra, buk-"

Prang
Suara pecahan kaca terdengar dari dalam kamar Ara. Sontak itu membuat Bi Yanti dan Leo terkejut.

"RA, LO KENAPA?!" Suara Leo sedikit kencang membuat para pelayan dan Rion terkejut mendengar suara Leo dari lantai dua.

Rion langsung bergegas naik ke atas bersama beberapa pelayan rumah itu. Sekarang Rion dapat melihat Leo yang sedang memutar kenop pintu kamar Ara.

"Ada apa?" Tanya Rion kepada Bi Yanti.

"A-anu Tuan Muda, Non Ara dari tadi gak keluar kamar. Pintunya juga di kunci terus ada suara pecahan kaca di dalam." Jelas Bi Yanti dengan raut wajah khawatir.

Rion membulatkan matanya mendengar penjelasan Bi Yanti tadi. Untuk pertama kalinya Ara mengunci pintu kamarnya.

"Clara, kamu di dalam kan?" Tanya Rion sambil mengetuk-ngetuk pintu kamar Ara.

"RA BUKA PINTUNYA!" Leo mengeluarkan suara kencangnya lagi.

"Ara ayo buka pintunya, jangan bikin kita khawatir." Kata Rion yang mencoba membujuk adiknya ini.

Prang
Lagi-lagi suara kaca yang jatuh lalu pecah terdengar dari dalam. Seluruh pelayan ikut panik mendengar suara itu.

"RA TOLONG JANGAN GINI!" Leo mencoba untuk membendung air matanya agar tidak terjatuh. Ia benar-benar tak mau hal buruk menimpa Ara.

"Le-leo, sh-sakith.." terdengar suara rintihan Ara dari dalam. Walaupun suara itu tidak terlalu nyaring, tapi kakak-kakaknya dan para pelayan dapat mendengarnya.

Debuk
Terdengar seperti suara sesuatu yang jatuh. Suara bak benda besar yang tumbang ke lantai.

"LO GAKPAPA KAN RA? RA JAWAB RA? ITU SUARA APA? LO KENAPA?!" Leo benar-benar frustasi sekarang.

Rion langsung menggedor pintu kamar Ara dengan kencang. Benar-benar kencang. Jika pintu itu terbuat dari plastik seperti pintu kamar mandi mungil akan retak.

Brakkk
Rion mendobrak pintu kamar Ara secara terpaksa. Mau tidak mau pintu kamar Ara harus rusak di tangannya.

Leo dan Rion langsung masuk ke dalam kamar itu. Mereka dapat melihat dengan jelas, kondisi kamar itu sangat berantakan. Banyak sekali pil obat penenang milik Ara yang berserakan di meja riasnya.

Serpihan gelas kaca pun berserakan di lantai kamar Ara. Ada sedikit bercak darah juga di lantai. Dan Ara, Ara tergeletak di lantai bersama pecahan gelas-gelas itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luka (L)Ara [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang