Abby sempat menyesal ketika ia terlanjur mengatakan bahwa ia akan dirumah saja, Kelvin pergi dengan wajah kesal namun pria itu tidak memaksanya ikut.
Apa yang sedang pria itu lakukan ? Mengapa setiap saat gadis bernama Andrea itu menghubunginya ia selalu cepat pergi untuk menemuinya ? apakah gadis itu penting baginya ?
Pertanyaan-pertanyaan itu membuatnya sedikit penasaran namun akan lebih baik jika ia tidak peduli.
Lagipula siapa Kelvin ?
Abby melambaikan tangannya ketika ia melihat Diandra sampai di kafe itu, Diandra melangkah mendekatinya "Aku tidak tahu mencarimu kemana saat kulihat apartemenmu kosong dan tetanggamu mengatakan bahwa kau pergi begitu saja" ujar Diandra pelan.
"Maafkan aku, keadaannya mendesak" Abby tersenyum dengan wajah waspada, menunggu Diandra mengatakan sesuatu untuk mulai mengintrogasinya.
"Ada apa ? lalu apa yang membuatmu diberitakan dengan pengusaha muda itu ?" dan Abby tahu bahwa Diandra akan segera menyerbunya dengan pertanyaan itu.
Abby tersenyum lagi "berikan aku kesempatan untuk bicara..."
"Hmm, baiklah..."
Lalu cerita itu mengalir dari mulut Abby, dengan perasaan merasa bersalah sekaligus bodoh ia menunduk. Diandra tahu, ini keadaan yang benar-benar mendesak karena pria itu menggunakan kesempatan dalam kesempitan ini dengan begitu cerdik. Ia memanfaatkan keadaan Abby yang begitu membutuhkan pekerjaan. Kalau brengsek apalagi namanya ?
"Lalu dia pernah menyentuhmu ?"
"Tidak..." jawab Abby dengan cepat. Diandra mengangguk-angguk sendiri, begitu percaya dengan jawaban sahabatnya yang tentu saja berbohong. Abby tentu tahu jika ia tidak boleh mengatakannya pada Diandra, tidak sekarang karena Diandra pasti akan marah besar ketika Abby mengatakan bahwa dirinya pernah tidur seranjang dengan pria asing itu.
Diandra menatapnya tajam "Lalu apakah dia pernah bersikap tidak sopan padamu ?" tanyanya lagi. Abby segera menggeleng "Tidak, dia selalu sopan padaku. Kecuali keadaan mendesak"
"Seperti apa keadaan mendesak ?"
"Ya, ia ingin aku terlihat sebagai kekasihnya dan dia bersikap selayaknya seorang kekasih padaku" jelas Abby dengan terbata. Diandra menganga "Menyentuhmu ?"
"Tentu saja..." jawab Abby pelan "Tapi jika keadaan mendesak, hanya itu saja" lanjut Abby dengan waspada. Diandra menatap matanya dengan tajam, seolah menyelidik dan itu membuat Abby merasa serba salah.
"Lalu, apakah kau menyukainya ?" tiba-tiba pertanyaan itu membuat Abby mengerutkan dahinya. Apakah ini pertanyaan yang begitu penting ?
"Mengapa aku harus menyukainya ?"
Diandra terkekeh lalu menyesap teh hangatnya dan kembali berbicara "Semua gadis yang melihat Kelvin pasti akan jatuh cinta, pria itu sempurna! Dan bagiku dia sangat tampan"
"Benarkah ?" Abby membesarkan bola matanya. Diandra yang begitu cuek dengan pria bisa merasakan hal seperti itu ketika tahu wajah Kelvin ?
Diandra mendengus "Kau bodoh atau buta ? Tentu saja, kau tidak berpikir bahwa kau akan jatuh cinta padanya jika kalian sering bersamanya ?"
"Aku bisa profesional, tenanglah..." jawab Abby yang sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri. Jika masalahnya hanya ketampanan, Abby akan kuat namun jika sikap Kelvin maka runtuhlah semua pertahannya.
"Tidak masalah, asal pria itu tidak menyakitimu. Lagipula aku tidak pernah mendengar kabar miring tentangnya. Kecuali tentang Joshua, kakak tirinya yang begitu terkenal sebagai playboy itu" ujar Diandra lalu kembali tertawa renyah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAP 2 (The Second Journey Of 'My Adult Partner')
RomansaMy Adult Partner 1 & 2 akan ditulis ulang secara lengkap (tanpa pemotongan) di akun https://rstnwrstories.blogspot.com See you guys ^^