Pagi yang hampa masih dirasakan oleh Pria dengan mimik muka dingin yang kini sedang menyetir mobilnya kearah yang Ia sendiri pun masih asing dengan tempat tujuannya. Mungkin tempat yang ditujunya itu berada diujung dunia. Entahlah, karena pada kenyataannya Pria itu sudah menyusuri jalan dua jam lamanya, namun masih tak kunjung sampai juga.
Bugh
“Sialan!”
Lontaran kasar keluar dari mulut tipis nan Indah Pria itu sembari memukul kemudinya. Matanya menatap kearah jalanan dengan sorot yang amat tajam. Hati nya dipenuhi dengan perasaan bosan dan juga muak. Persetan dengan pekerjaanya ini, Ia hanya ingin menikmati waktunya untuk bersantai dengan hanya tidur sepanjang hari dirumahnya yang nyaman itu. Bajingan sekali dengan tugas yang Mamanya berikan kepada Pria itu.
Kenapa Ia harus mengawasi Pembangunan pesantren tempat Mamanya menjadi donatur ditempat itu. Kenapa tidak Mamanya saja yang mengawasinya sendiri? Tak puaskah dengan tumpukan pekerjaan kantor yang Mamanya telah berikan kepadanya? Tugas kantor yang harus Pria itu selesaikan dan kuasai dengan alasa bahwa Ia adalah penerus Perusahaan satu-satunya. Tak bisakah Ia diberikan waktu senggang walau hanya sedikit saja? Keluh Pria itu dalam hatinya.
Nada dering handphone berbunyi. Itu dari Mamanya, sosok yang saat ini menjadi sumber kedongkolan hatinya itu. Jari Pria itu menggeser tombol warna hijau diponselnya dengan perasaan kesal yang di tahan.
“ Raiden,” Suara dari ujung sana langsung didengar oleh Telinga pria itu.
Ya, Raiden. Nama dari Pria berwajah dingin itu. Seorang Ahli waris dari keluarga Alexander. Keluarga yang cukup disegani dikalangan sosial kelas atas. Ia merupakan seorang anak tunggal dari seorang ibu yang membuat dirinya sibuk saat ini.
“Raiden Jovan Alexander, Kamu dengerin Mama, kan? Kenapa diam saja!” ujar suara dengan nada menekan dari Mamanya di sana.
“Hm, ada apa Ma?” Jawan Raiden dengan nada malasnya.
“Kamu Sudah sampai sana? Ingat dengan hal-hal apa saja yang......”
Dan ceramahan Panjang pun dimulai. Raiden hanya memberikan jawaban singkat dengan Ya, Tidak, dan Juga gumaman saja sebagai respon atas apa yang diucapkan orang tuanya tersebut. Apa lagi jika bukan ceramah yang berisi segala perintah yang harus dilakukan oleh Raiden di pesantren nanti.
Hingga beberapa menit berlalu, dan sesi telfonan itupun berakhir. Raiden melempar Handphonenya ke samping kemudi, dengan perasaan kesal yang belum surut sedikitpun.
Raiden sebenarnya mengetahui tujuan tugas ini. Bahwa Mamanya hanya ingin agar Ia memberikan sedikit ruang untuk dirinya berpergian, dari pada terus saja terperangkap diruang kantor yang kadang kalanya, Raiden Akui selalu membuat dirinya terdiam dan mengingat masa lalunya. Masa lalu yang sangat pahit bagi Pria itu.
Raina..
Ya, Wanita itu, sosok yang menjadi sebab patah hatinya. Hari dimana Raiden ingin melamar wanita itu secara diam-diam dan melalui kejutan hancur seketika, karena Ia menyaksikan Peristiwa tak terduga dan benar-benar diluar dugaannya.
Saat itu, Raiden menyaksikan secara langsung mantan kekasihnya sedang memadu kasih dengan pria lain di balkon hotel yang Ia pesan atas permintaan Wanita yang dia Cintai itu. Niat hati Raiden ingin memberikan sedikit hadiah kecil untuk Raina agar wanitanya itu bisa menghabiskan waktunya sendiri tanpa dirinya dihotel yang Ia pesankan. Tapi, ternyata Raina memiliki tujuan tersendiri.
Raina tak menunjukkan raut penyesalan sama sekali saat itu, wanita itu terlihat senang ketika Raiden akhirnya mengetahui hal yang Ia lakukan selama ini. Seperti memang itu lah yang Raina tunggu-tunggu. Amarah mengepung hati dan pikiran Raiden kala itu, Ia bertanya kepada Raina, apa yang kurang dari dirinya? Tidakkah cukup hanya Raiden yang ada disisi wanita itu?

KAMU SEDANG MEMBACA
RESILIUNT (Revisi)
No FicciónRaiden yang memendam kekesalan akan kekasihnya yang ternyata telah menduakannya dengan pria lain, akhirnya menerima permintaan mamanya untuk pergi kesebuah desa terpencil untuk mengawasi pembangunan pesantren yang didanai oleh Bundanya tersebut. Nam...