Bagian 2

283 17 3
                                    

Kilas masa lalu terbayang di benak Raiden, bermain dengan runut disetiap sudut pikirannya. Wajah ketakutan di ruangan belakang sekolah, wajah sendu dan pasrah yang memohon pertanggung jawaban dari nya, dan terakhir wajah dengan lebam parah perempuan bernama Zea karena hajar Raiden adalah yang terakhir Pria itu ingat. Mengapa Ia melupakan peristiwa itu dalam hidupnya ? kenapa Raiden melupakan bahwa semua kilasan masa lalu itu pernah menjadi bagian dalam hidupnya.

 
Raiden melihat dengan lekat dan sarat akan keterkejutan yang masih menguasai kesadarannya, Kepada  wanita dengan hijab panjang yang sedang berjalan kearah anak bernama Nuha. Lengkungan senyum tulus terpatri pada bibir wanita itu.

 
Raiden masih terpaku pada Zea, perempuan yang pernah singgah di masa lalunya. Berbagai pertanyaan beterbangan dibenak Raiden. Dan belum satu pun dari pertanyaannya itu menemukan jawabannya.

 
Apa yang wanita itu lakukan disini?

 
Bagaimana bisa wanita itu berada disini?

 
Penampilan Zea sudah sangat berubah total dari dirinya yang dulu, Wanita itu sekarang berkerudung, sama seperti Mamanya. Walau kerudungnya yang dipakai wanita itu lebih panjang dari kerudung yang mamanya kenakan.

" Bunda.. "

 
Nuha berlari kearah Zea dan langsung memeluk erat wanita itu.  Dan  tentu Zea membalas pelukan itu dan mencium kepala Nuha. Terpancar sekali kasih sayang yang begitu besar dari Zea kepada Nuha.

 
Zea melepas pelukannya dan mensejajarkan dirinya dengan tinggi Nuha. Wanita itu menggenggam Tangan mungil anaknya dan meletakkan tangan mungil itu di pipi kirimnya Zea. Wanita itu  menggenggam tangan mungil itu seakan tak ada lagi sentuhan yang Zea inginkan selain dari tangan anaknya itu.

 
Bunda? Anak itu memanggil Zea dengan Bunda? Jadi, Ia adalah anak dari Wanita itu?

 
Setelah menyaksikan apa yang sejak tadi Raiden lihat, muncul pertanyaan baru di pikirannya. Ada satu pertanyaan yang ingin Raiden segera tau jawabannya. Dan Raiden tau pada siapa Ia harus bertanya.

“ Pak kyai. Anak yang bernama Nuha tadi, siapa kedua orang tuanya?” Tanya Raiden kepada Kyai dengan nada  yang dibuat senormal mungkin seakan Ia tak mengalami guncangan psikis apapun.

 
“ Ia anak dari salah satu pengurus disini, nak Rai. Ustadzah Zea namanya. Tapi, beliau tidak pernah menceritakan tentang ayah dari anak itu. Sejak awal, Ustadzah Zea datang kesini sebagai ibu tunggal. Saya tidak ingin menanyakan lebih lanjut mengenai hal itu, Saya menerima ustadzah Zea karena beliau wanita yang baik. Ia hanya ingin mengabdikan hidupnya untuk agamanya, dan saya memberikan kesempatan itu di pesantren ini.” Ujar Kyai panjang lebar. Mendengar itu, Raiden mengatupkan rahang bibirnya dan genggaman jari tangannya menguat.

 
“ Ibunya seorang Janda?” Tanya Raiden memastikan kembali.

 
Pak kyai hanya tersenyum dengan lembut seraya menggelengkan kepalanya dengan lemah. “ seperti yang saya katakan, Ibunya hanya ibu tunggal. Sepertinya Nak Rai paham apa yang saya maksudkan.” Jelas Kyai.

 
“ Ada, apa Nak Rai?” Tanya pak kyai yang mengetahui perubahan mimik wajah Raiden yang sedikit mengeras dari sebelumnya.

 
“ Tidak kyai, saya hanya bertanya saja.” Jawab Raiden dengan datar. Matanya melihat kedepan sana, lebih tepatnya kepada dua manusia yang sekarang ini menjadi sebab gejolak amarah dihatinya itu. Ternyata wanita itu ingin main-main dengan dirinya.

 
Bunda..

 
" Hah.. " Pria itu berdesis dengan seringai tajam di sudut bibirnya. Rupanya, wanita itu bersembunyi disini.  Wanita jalan itu ingin bermain – main denganya ternyata. Satu kesimpulan Raiden dapatkan.

RESILIUNT (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang