Persahabatan Pasif Kaima

10 1 0
                                    

Meski sering dicuekkin karena sifatnya yang aneh, Kaima tetap memiliki teman yang ada di sampingnya. Bukan teman sih, mereka cenderung tanpa segaja dekat karena hal yang tidak bisa dijelaskan, tahu-tahu ya mereka dekat. Tapi Kaima adalah orang yang tidak terlalu ribet, ia tidak akan sakit hati bila orang-orang itu meninggalkannya, ya karena mereka memang tidak diharapkan oleh Kaima.

Mereka adalah Valen, Miky dan Rama. Tanpa sadar aktivitas mereka selalu melibatkan Kaima, entah itu respon Kaima aktif ataupun pasif. Hal yang sering mereka lakukan adalah mencontek Kaima, dan Kaima mau-mau saja dicontek. Karena memang Kaima tidak punya motivasi apa-apa terhadap hidup. Lagi pula ketika teman-temannya mencontek, yang rugi mereka. Mereka akan merasa masalah mereka lebih berat ketika benar-benar mengerjakan tugasnya nanti.

"Lo liatin plastik mulu. Belajar noh! Bentar lagi ulangannya Bu Inaya." Rama melirik Valen yang sedang menonton MV Butter-nya BTS. Ini sudah kesekian juta kali Valen menonton. Bahkan jika ditanya, kapan V BTS menghela napas pendek sebelum nyanyi, Valen akan menunjukkannya dengan tepat, di menit ke berada dan detik berapa. Itulah kekuatan orang gabut.

"Iri bilang bos!" balas Valen sengit. Tapi matanya tak henti mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.

Suasana kelas siang ini ramai, seperti biasa. Sepertinya memang satu kelas tidak peduli akan ada ulangan Matematika, kelas Bu Inaya yang suka sekali hamil ketika semester akhir tiba.

Bahkan, si cerdik Kaima, ia tidak menyentuh buku sama sekali. Ia sibuk tidur, menaruh kepalanya di atas meja, seakan tidak peduli dengan huru-hara kelas yang begitu berisik.

"Gue takut remed nih." Rama menghela napas, ia menatap Valen dan Miky bersamaan. Miky sendiri sedang sibuk scroll tiktok, menyetel video-video viral kemudian ia akan mempraktekkannya. Sungguh masa remaja yang begitu sia-sia.

Rama mengabaikan dua manusia itu. Kini ia melihat ke arah Kaima yang macam mayat hidup.

"Lo kenapa sih Ma? Panik amat? Biasanya juga remed." Miky seakan sadar kegelisahan temannya.

"Hp gue bakal disita kalau nilai gue jeblok Ky. Benar saja, Rama kena boikot dari orang tuanya.

"Makanyaaaa pinter. Kaima aja enggak belajar bisa dapet nilai minimal 80." Valen sepertinya tidak berkaca. Bisa-bisanya ia mengatakan hal itu ketika dirinya saja juga tidak punya motivasi.

"Dih, dih, kek yang ngomong bener aja." Rama mencebik. Ia kini mulai membuka buku modul matematika, membaca seksama soal latihan. Beberapa detik kemudian, ia menutup buku itu dengan putus asa.

"Dah! Percayakan ke takdir aja!!" keluhnya dengan frustasi.

"Dasar orang aneh." cibir Valen pada Rama.

Rama tidak peduli, toh berdebat dengan Valen juga tidak menguntungkan.

Ulangan tiba, suasana yang tadi ramai mendadak hening. Hanya deru kipas yang mengisi kekosongan suara di kelas. Bu Inaya memulai ulangan seperti biasa, dan siswa mengerjakan ulangan dengan biasa juga. Mereka selalu berdecak kaget tiap melihat deretan angka tanpa penjelasan yang bisa mereka mengerti.

Mereka sama sekali tidak belajar dari kesalahan. Pada ulangan siang ini, mereka-Miky, Valen dan Rama-membuat kubu rahasia untuk menyebarkan jawaban Kaima dengan penuh kode, dan hanya mereka yang mengerti.

Kaima fokus mengerjakan soal, ia tahu jawabannya di lihat oleh Miky, namun ia tidak peduli. Maka Kaima mengerjakan dengan tenang, seperti tidak terjadi apa-apa.

"Ulangan tinggal sepuluh menit lagi." Bu Inaya duduk di mejanya. Kini guru usia 36 tahun itu sudah hamil 8 bulan. Maka duduk manis adalah jalan ninja yang ia buat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hujan KaimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang