Aku selalu begini. Menyalahkan semesta karena ulahmu, bodoh. Menyangkut- pautkan segala hal dalam segala bentuk mengingat hadirmu.
Egois, memang. Terasa menjadi korban, Padahal peran pelaku pun --kita pernah saling merasa. Alhasil kemarin hari, kita ralat aku dan kamu asing tak saling sapa.
Perkara indah bisa mengenal mu lewat percakapan teman saat itu. Bahkan, senang rasanya kala beban terbagi rata sama dipikul.
Tak lupa akan alismu yang tebal dan manis senyuman menulis kenangan indah. Sebelum perkara itu semua menjadi yang paling aku benci.
kesal, saat kamu menatapnya dalam penuh rasa. Sedang dulu kamu tak pernah menunjukkan itu.
Marah, saat kamu tertawa bahagia bersamanya lalu menarik kedalam dekapan hangatmu.
Terimakasih kamu. Menyadarkan jiwa bahwa dirimu se-brengsek itu.
Ndun, 8 July. Garut
KAMU SEDANG MEMBACA
Sejenak Rehat Beri Jeda
القصة القصيرةMengenang masa bersenggama dengan seksama.