"Kamu lucu banget"
"Aku tau"
"Mau jadi pacarku?"
Bus menjadi tempat pertemuan kita, kamu tau gak? Aku begitu menyukai bus, sama hal nya seperti aku menyukaimu.
-Huang Renjun
Warn!
bxb
Pagi pagi sekali ia harus bangun untuk bersiap ke sekolah barunya, siap bersapa dengan udara dingin yang terasa masih sama seperti kemarin. Sejuk, udara pagi menyambut permukaan kulitnya yang ia balut dengan jaket berwarna abu-abu.
Kakinya melangkah menuju halte bus di depan jalan, pagi ini masih sepi hanya ada satu-dua orang yang lewat hampir sama dengannya, menggunakan jaket sebab hari ini udara terasa cukup dingin, entah karena matahari belum muncul atau hujan akan turun.
Bus datang, Renjun sedikit berlari sebab belum juga sampai di halte. Napasnya memburu berlomba memasuki paru-paru hingga kembang kempis di bagian dada.
Seperti biasa ia duduk di bangku ketiga dari depan, di samping jendela yang sepertinya baru saja dibersihkan sebab tak ada debu yang menempel sedikit pun. Mengambil ponsel dari saku kemudian membukanya, mencari sesuatu dalam benda pipih tersebut.
Renjun baru pindah ke sekolahnya yang baru, jadi dia ingin mencari alamat sekolah itu sepertinya kemarin ia mencatat urutan halte yang harus ia lewati di note dalam ponselnya itu. Total ada 10 halte yang harus ia tempuh untuk sampai ke tujuan. Jauh? Tentu saja.
Ini sudah halte ke-lima yang ia lewati, bus mulai penuh dan hampir semua bangku terisi hanya tersisa bangku di sampingnya dan 2 bangku di depan bagian prioritas.
"Boleh aku duduk disini?"
Renjun menoleh mendapati laki-laki berseragam SMA tapi tidak sama seperti yang ia kenakan, ia berdiri di samping bangku meminta persetujuannya. Renjun hanya mengangguk sebagai jawaban.
Kembali mengalihkan pandangan keluar jendela, ternyata hari sudah mulai terang, bahkan sinar matahari sudah terlihat walau masih samar. Perjalanan dengan jarak yang lumayan jauh memang kadang membosankan, apalagi jika tidak ada teman bicara, itu membuatnya mengantuk.
Bus kembali berhenti, satu halte sebelum pemberhentian terakhirnya, lumayan banyak yang turun, mungkin tujuan mereka sama. Ah laki-laki di sampingnya ikut bangkit, meninggalkan Renjun sendirian di sana.
Bus kembali berjalan menuju halte terakhir tujuan renjun. Sekolahnya sudah dekat, ia bahkan bisa melihat atap bangunan itu. Mungkin sekitar 500 meter lagi ia sampai, renjun bersiap untuk turun merapikan tali sepatu yang tiba-tiba lepas, ia menunduk untuk mengikatnya kembali.
"Apa ini?" monolognya saat melihat benda persegi berwarna coklat tergeletak di bawah bangku. Dengan ragu ia meraihnya untuk melihat lebih jelas.
"Ah dompet"
"Jangan jangan milik orang yang tadi" ia kembali membeo pada dirinya sendiri, kamudian membukanya berniat melihat siapa gerangan pemilik dompet yang sekarang ada ditangannya. Tapi naas ia tak menemukan satupun tanda pengenal disana, hanya ada beberapa lembar uang dan satu foto kecil dibagian depan yang dilapisi mika. Wajah anak kecil itu mirip dengan laki-laki yang tadi duduk di sampingnya, dan sudah Renjun simpulkan bahwa itu memang miliknya.
Renjun memasukannya ke dalam tas, berniat mengembalikan sepulang sekolah nanti. Kemudian ia bangkit sebab bus sudah berhenti sejak beberapa detik yang lalu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.