"Kamu lucu banget"
"Aku tau"
"Mau jadi pacarku?"
Bus menjadi tempat pertemuan kita, kamu tau gak? Aku begitu menyukai bus, sama hal nya seperti aku menyukaimu.
-Huang Renjun
Warn!
bxb
Haechan sudah menunggu di halte sejak keluar dari sekolah tapi pacarnya belum juga membalas semua pesan yang ia kirimkan, bahkan telponnya tidak diangkat. Ada sedikit kekhawatiran dalam dirinya, karena tak biasanya Renjun seperti ini.
Ada beberapa orang menatapnya heran tapi Haechan mengabaikannya saja. Apakah ia harus menyusul Renjun ke sekolahnya?
Setelah menunggu bus itu ia naik, tak terlalu jauh memang tapi kata Renjun, lebih enak naik bus. Haechan turun di depan sekolah bercat orange, ini sangat asing baginya, jujur saja Haechan belum pernah masuk ke sekolah ini.
Sekolahnya sepi, mungkin karena sudah lewat jam pulang sekolah. Haechan masuk ke area sekolah, ia terlihat menonjol karena menggunakan seragam berbeda. Ada beberapa murid sedang ekskul basket di lapangan depan sana, Haechan berpikir sejenak. Ia bingung harus bertanya pada siapa, tapi langkahnya terus berjalan hingga-
Bruk
Ia terjatuh, menabrak tiang yang entah bagaimana ada di depannya sekarang.
"Siapa sih yang bangun tiang di sini?"
"Kau mencelakaiku tiang jelek"
Haechan terus saja memarahi tiang(?) Suara gaduh itu membuat laki-laki menghampirinya.
"Kau siapa?" Tanya pemuda yang baru tiba.
"Ah, kenalkan aku Haechan" Haechan mengulurkan tangan berniat mengajak berkenalan.
"Hyunjin" Kata pemuda itu.
"Boleh tanya sesuatu?"
"Apa?"
"Apa kau kenal Renjun, ah Huang Renjun kelas 11 Mipa" Pertanyaan dari Haechan mendapat anggukan kepala, memberi harapan untuknya.
"Apa dia masih di sekolah?"
"Gak tau, tapi tadi dia bolos 3 jam pelajaran, katanya di uks" Haechan terkejut mendengar itu.
"Bisa tunjukkan di mana uks?" Hyunjin memberinya petunjuk, Haechan buru-buru pergi dengan perasaan khawatir, tak lupa mengucapkan terimakasih pada Hyunjin.
Cklek
"Haechan?"
Tanpa menjawab Haechan mendekat pada tempat tidur di mana Renjun mendudukan bokong.
"Kamu kenapa?" Haechan bertanya saat melihat tangan kiri Renjun di perban.
"Ah, anu, tadi- tadi aku jatuh lalu tanganku terluka" Renjun melirik Mark yang memasang wajah penuh tanya, mengapa Renjun menutupi kebenarannya? Pikir Mark.
"Kenapa pesan dan telponku tidak dibalas? aku khawatir" Haechan merengkuh tubuh Renjun membawanya dalam dekapan hangat.
Mark merasa tak berguna ada di sana, matanya memanas melihat adegan itu di depan mata.
"Ren, kakak duluan" Mark memilih keluar meninggalkan dua insan itu.
"Terima kasih kak Mark, maaf merepotkan" Ucap Renjun sebelum Mark membuka pintu.
Posisi keduanya masih saling berpelukan, lebih tepatnya Haechan yang memeluknya karena Renjun tidak bisa membalas berkat luka ditangan kirinya.
"Chan sesak" Renjun hampir tidak bisa bernapas, pelukan pacarnya makin erat.
"Maaf, hehe" Haechan melepas pelukan.
"Darimana kamu tau aku ada di sini?"
"Sulap"
"Ayo pulang aku antar sampai rumah" Ajak Haechan, membantu pacarnya turun dan membawakan tas Renjun.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.