Tari hanya mengangguk menanggapi nya. Lama kelamaan Tari merasa jenuh karena pertanyaan nya sedari tadi "ngapain ke candi" tidak dijawab oleh Mahes. Akhirnya Tari memutuskan untuk menutup matanya sejenak merilekskan tubuh dengan menidurkan dirinya di dalam mobil sebentar saja.
Tari membuka matanya perlahan mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang menusuk kedua bola matanya menyerngit heran melihat jok mobil disebelah nya tidak ada penghuninya dimana keberadaan mahes kakaknya?.
Tari keluar dari mobil tak lupa dengan ponsel berwarna hitam yang ia genggam di tangan kirinya. Menatap kearah candi yang tepat di seberang jalan, candi Tikus sudah terpampang jelas Tari tersenyum menolehkan kepala nya ke kanan dan kiri memastikan tak ada kendaraan yang lewat.
Tari sesegera mungkin menyebrang jalan masuk ke dalam area candi dimana terlihat Mahes yang sedang berdiri di depan papan info tentang candi Tikus tersebut.
"Mas ngapain?"
"Cari informasi," Jawab Mahes sambil memegang buku dan bolpoin di tangannya mencatat informasi yang baginya penting.
Tari hanya mengangguk memilih berjalan-jalan di area sekitar candi memotret keindahan candi Tikus tersebut, berfoto selfie dan menikmati semilir angin yang sangat segar di badannya. Namun penglihatan Tari malah fokus pada satu objek di depannya sebuah gelang pasangan yang sangat elegan menurutnya di tengah-tengah gelang tersebut terdapat sebuah mahkota kecil yang sangat indah,
gambar di atas hanya pemanis, seperti itulah gelang yang ditemukan oleh Tari.
Tari mengambil dua gelang tersebut menggenggam nya, meletakkan gelang tersebut di sakunya namun tepukan di pundaknya membuat ia terlonjak kaget menyerngit heran dan menoleh ke arah seseorang yang sedang menepuk bahunya.
"Eh astagfirullah kakek wonten nopo nggih?" Tanya Tari dengan logat Jawa kromo nya.
Kakek didepannya yang sedang menjadi lawan bicaranya tersenyum. "Nduk tulung di rawat sing apik barang yang kamu temukan tadi,"
"I-itu punya kakek?" Sambil mengeluarkan gelang yang tadi diletakkan di saku seragam sekolahnya.
"Iya nak tapi ambil saja kasihkan gelang itu ke seseorang yang benar-benar berharga, jika suatu saat kamu berpisah dengannya yakin sama saya kamu akan bertemu dia kembali dengan wujud raga dan jiwa yang sama namun kembali harus saling mengenal sebagai orang baru,"
Tari bingung mengerjapkan matanya sebentar namun pria tua yang ada didepannya tadi sudah menghilang hanya dalam hitungan detik bulu kuduknya berdiri sesegera mungkin Tari berlari ke arah mahes yang terlihat sudah selesai dengan kegiatannya.
"Mas ayo pulang cepet," Tangan mahes yang langsung ditarik oleh Tari membuat mahes sontak memukul kepala adiknya dengan buku yang sedang ia genggam.
"Main tarik ae, sakit de," Ujar mahes sewot.
"Wess aduhhh ayo pulangg gak mau disini horor,"
"Siang-siang mana ada setan yang ada takut sama kamu dek." Kekehan menghiasi wajah tampan mahes.
"Massss mahess ayo pulanggg." Rengek Tari.
"Ayo,"
Mahes langsung menggenggam tangan Tari menariknya perlahan menuju mobilnya tadi. Serasi bukan? Mungkin yang tidak mengetahui kalau mereka adalah seorang adik dan kakak mungkin mengira mereka adalah seorang couple yang sangat serasi.
Mahes dan Tari sudah duduk di dalam mobil, menyalakan starter mobil melajukan mobil dengan perlahan. Mahes menatap adik nya yang sudah terlelap di jok sampingnya tangannya tertarik untuk mengukur rambut adiknya yang hitam panjang tersebut.
Mahes tetap fokus mengendarai mobilnya membelokkan mobilnya ke arah jalan yang membawanya untuk pulang ke rumah.
Pukul 16.00 wib, Mahes dan Tari sampai di depan rumahnya terlihat dua orang kakak beradik, Hayam wuruk dan Dyah nertaja yang sedang menatap kedatangan nya Hayam wuruk berdiri melihat Mahes keluar dari mobil, "sampean darimana?"
"Dari keluar tadi jemput Tari," Mahes tersenyum.
"Dia tidur?"
Mahes mengangguk membukakan pintu untuk Tari Mahes yang hendak menggendong tari tangannya dicekal oleh Hayam wuruk. "Jangan di bangunkan biar saya saja yang bawa dia kedalam kasian pasti lelah."
Mahes tersenyum, "ah baiklah kalau begitu maturnuwun merepotkan."
Hayam wuruk hanya menanggapi dengan senyuman tangannya terulur menggendong Tari, Dyah nertaja yang sedang melihat Mahes hanya menundukkan kepalanya lantaran entah mengapa setiap melihat Mahes Dyah merasa grogi dan canggung.
Hayam wuruk menggendong Tari berjalan masuk kedalam rumahnya, memberi kode kepada Dyah nertaja untuk membantunya membukakan pintu untuk Meletakkan Tari ke kamarnya.
Dyah nertaja tersenyum melihat Hayam wuruk, setelah membawa Tari ke kamarnya Hayam wuruk duduk di depan ruang tamu yang ada di rumah mahes. Sedangkan Dyah nertaja terduduk termenung di kursi yang ada di kamar Tari menghadap jendela yang langsung terdapat pemandangan sawah yang hijau dan candi bajang ratu yang terlihat amat jelas.
Gimana?
Lama banget banget nunggu nya ya?
.
.
.
.
Jangan lupa votment biar aku semangat
Sorry tadi kepencet publish tapi kali ini di pu lish beneran kok :vHappy reading ya
KAMU SEDANG MEMBACA
MAJAPAHIT (thrown into the modern era) [Hiatus]
FantasyTari dan Mahes kakak beradik ini dibuat bingung akan kedatangan dua manusia berpakaian aneh yang mengaku sebagai Raja Majapahit dan Putri Kerajaan Majapahit. "Mas mereka datang dari mana?" Tanya tari heran kepada kakaknya. "Aku gak ngerti" Jawab Mah...