Pagi ini tidak seperti pagi biasanya. Suasana di meja makan begitu hening, tidak ada suara sedikitpun. Hanya dentingan piring dan sendok/garbu di atas meja makan. Tak ada yang berbicara sedikitpun. Bahkan Taeyong yang selalu mengusiliku pun kini memilih bungkam dan memakan makanannya dengan tenang.
Tidak seperti biasanya. Ini sudah hampir sebulan. Tapi Taeyong tidak kunjung berulah atau memulai aksi jahilnya. Seperti ada yang mencurigakan. Kutatap orang yang menjadi pusat perhatianku sedari tadi, karena sikapnya yang berbeda drastis akhir-akhir ini. Mencoba mencari cela untuk memancingnya.
Mataku menyipit melihat telur gulung buatan Eomma sisah satu di atas meja. Ini adalah moment yang tepat, Kami selalu berebut jika sudah seperti ini. Kutunggu waktu yang tepat sampai si Taeyong mulai berusaha mengambilnya. Sengaja kulahap pelan makananku menungguinya.
Aku memicingkan mataku begitu sumpit Taeyong hampir menyentuh telur gulung di atas piring. Sontak ku kerahkan semua kecepatanku untuk mengambilnya.. dan..
"Ini makanlah, dan berhenti menatapku seperti induk kucing yang tak mau anaknya disentuh!"
Aku langsung terperangah, benar-benar diluar dugaan. Dia dengan mudah memberikannya padaku? Wah.. ini benar-benar tidak beres. Sepertinya Taeyong benar-benar kesurupan hantu. Hantu baik yang mengalahkan ruh jahatnya. Ya! Sepertinya begitu.
Tapi jika tau seperti itu kenapa aku tidak bersyukur saja? Setidaknya anak itu sudah tidak menggangguku lagi. Harusnya aku senang karena memiliki hidup yang tenang tanpa gangguan apa pun. Itu impianku sedari dulu. Tapi kenapa aku merasa sedikit.. kehilangan(?)
——
"Dor!"
Tubuhku tersentak kaget merasakan tangan asing dari belakang menyentuhku. Tidak itu tidak asing. Aku menoleh, dan mendapati sesosok pria bersurai hitam dengan gigi seri lucu yang membuat parasnya mirip seperti kelinci lucu. Dia adalah Doyoung. Kim Doyoung, temanku.
"Sedang memikirkan apa?" Tanya Doyoung padaku, tak lupa mengambil duduk di bangku sebelahku yang memang itu adalah miliknya. Ah ralat. Maksudku tempat duduknya. Dan entah dapat pencerahan dari mana dia membawa dua susu kotak rasa strawberry favoritnya dan memberikan satu padaku.
"Bertengkar dengan Lee Taeyong lagi?"
Aku menggeleng lemah, "Aniya.."
"Lalu?"
"Dia bersikap baik akhir-akhir ini. Ini sungguh aneh. Tidak biasanya. Sungguh mencurigakan. Seperti ada sesuatu yang sudah terjadi namun aku tidak mengetahuinya."
Helaan nafasku terdengar nyaring, rasanya hatiku sedikit lapang usai menceritakan semuanya pada temanku Doyoung. Masa bodoh dia akan mengejekku atau apa pun itu. Akan kupikirkan nanti. Memikirkan Taeyong saja sudah membuatku pusing. Langsung saja kusedot cairan pink bringas guna menenangkan diriku. Ah rasanya enak sekali, pantas Doyoung suka.
Tunggu kenapa jadi bahas susu strawberry kesukaan Doyoung.
"Bukankah itu bagus? Kamu bisa tenang karena hyung mu itu sudah tidak mengusilimu lagi."
"Iyaa.. tapi.. aneh saja.. aku masih tidak percaya.. seperti.. seperti.. itu bukan Taeyong hyung yang sesungguhnya."
"Kalau kamu penasaran, kenapa kamu tidak coba pergi untuk memata-matainya. Setidaknya kamu bisa memastikannya, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Hate Revolutions
Teen Fiction"Menjadi adik seorang Lee Taeyong adalah takdirku yang benar-benar menyebalkan."-Ten