Kakiku bergerak tak karuan kala melihat jarum jam yang hampir mengarah ke angka delapan. Seisi rumah sudah sepi saat aku terbangun. Hanya satu lembar kertas note yang di tinggalkan oleh Lee Taeyong untukku, berisi"Teruntuk dongsaengku tersayang. Berhubung Hyungmu yang baik hati ramah dan tidak sombong ini ada janji untuk berangkat bersama Yuta. Jadi untuk hari ini hyung mu tersayang ini tidak bisa mengantarkanmu ke sekolah. Untuk itu harap naik bis saja ya dik! Semangat!"
- dari hyung terganteng TY
"LEE TAEYONG SIALAANNN ARGHT-!!!!" Teriakku frustasi disela-sela nafasku yang tersengal sengal di perjalanan ke sekolah. Taeyong hyung sudah g*la, setidaknya bangunkan aku lebih awal jika tidak bisa mengantarku ke sekolah.
Yah.. paling tidak aku tidak terlambat untuk naik bis, kan?! Dan sekarang... Dengan tidak elitnya aku mau tidak mau harus berlari sekuat tenaga untuk pergi ke sekolah.
"Hah.. hah.. hah.."
Kakiku berhenti. Senyumku mengembang kala melihat gerbang sekolah sudah terlihat di depan mata. Ku menghela nafas lega seraya mengusap peluh keringatku yang nyaris membuat seragamku basah kuyup seperti di guyur hujan.
Ku langkahkan kaki ku yang nyaris mati rasa karena sehabis berlari maraton dadakan untuk mengejar waktu berangkat kesekolah. Dan..
"Tunggu.. apa?!" Gerbang tertutup disaat hanya kuperlukan lima langkah memasuki gerbang sekolah. Tubuhku membeku seketika sambil menelan ludah saat melihat pria kekar dengan tinggi bak attack on titan yang sudah bersendekap di pos satpam.
Langsung kutarik langkahku mundur sebelum pandangan super tajam itu mengarahkan tembakan leser ke arahku. Cepat cepat ku bersembunyi di pagar tembok samping sekolah.
Gawat!! Ini sungguh gawat. Pelajaran akan dimulai sebentar lagi dan aku harus masuk tanpa diketahui oleh penjaga yang menyeramkan itu. Tapi aku harus bagaimana?
Oh ya tuhan.. tolong bukakan jalan untukku.. ku mohon...
"Kamu juga terlambat?"
"AAIGO KKAMJAGI—mmmpph.." Jantungku nyaris melompat dan terhenti seperkian detik, saat seorang lelaki muncul tepat di depanku.
Dengan kasar pemuda berseragam sama denganku itu membungkam mulutku dengan tangan besarnya. Dia juga tak segan menarikku dengan kasar seperti ahjeossi ahjeossi penculik yang ada di televisi.
"Apa apa—"
"Ssshh.." secara refleks aku membungkam mulutku. "Kamu mau kita ketauan terlambat?" Aku menggeleng cepat. Siapa juga yang mau ketahuan oleh penjaga sekolah seram seperti hulk itu. Aku tidak bisa membayangkan badanku remuk dalam genggamannya.. hiii.. ngerii..
"Sudah, jangan banyak bicara, cepat naik."
Ucapnya tiba-tiba, membuatku harus mencerna otakku terlebih dahulu ketika melihat musuh bebuyutanku Jung Jaehyun berjongkok mempersiapkan punggungnya.
"Kenapa diam saja? Ayo naik, dan masuk ke sana." Aku mengerjap cepat. Ini tidak salah? Seorang Jung Jaehyun membantuku menyusup masuk ke dalam sekolah?
"Lalu kau??"
"Masuk saja, lalu bantu aku naik dari dalam."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love & Hate Revolutions
Ficção Adolescente"Menjadi adik seorang Lee Taeyong adalah takdirku yang benar-benar menyebalkan."-Ten