∅5

187 50 3
                                    

"Heh mabok, lo nyetir yang bener kek!" Ujar Jisung ketika menyadari Chan hanya membuat mobilnya berjalan memutari lahan kosong di Desa Mati.

"Kan gue panik anjir. Gue juga gak tau kemana arah yang bener. Di sini sama sekali gak ada belokan, gak ada nama jalan, dan ini tanah bukan aspal." Jawab Chan yang langsung membelokkan setirnya ke arah lain.

Mereka tak lagi berjalan memutar, Chan mengendarai mobilnya tanpa arah yang benar, asal tidak menabrak pohon saja.

Cukup lama mereka melarikan diri. Chan mengebut seperti orang yang sedang dikejar setan.

Memang dikejar setan sih..

"Eh, dia udah gak ngejar!"

Sontak Chan tak lagi menginjak gas, tangannya juga berhenti memegang setir, ia pun mengerem mobilnya.

Mendengar suara Hyunjin, Chan menolehkan kepala ke arah belakang. "Apa?!"

"Dia udah gak ngejar. Dia hilang." Kali ini Changbin yang menjawab. Cowok itu duduk di kursi mobil paling belakang, ia sudah tak melihat makhluk yang sempat mebgejar mereka tadi.

Mereka menghela napas panjang secara bersamaan. Tadi itu hampir saja.

Tempat ini tidak seperti apa yang ada dipikiran mereka sebelumnya. Bukan hanya sekadar rumah-rumah di Desa Mati yang mengerikan, tetapi penghuni asli Desa Mati juga sama mengerikannya.

Tidak ada bangkai mayat sama sekali, karena semua mayat sudah diamankan oleh beberapa polisi yang sering berkunjung ke Desa Mati untuk melihat apakah ada korban baru atau tidak. Pemeriksaan biasanya dilakukan dua hari kemudian setelah hari kemarin dilakukan.

"Tadi itu apa?" Tanya Felix kembali membuka percakapan setelah cukup lama hening di antara mereka.

Seungmin menoleh ke arah Felix dengan wajah datar. "Arwah manusia." Cowok itu mendengus seraya melipat tangannya di depan dada. "Gue kira siluet itu cuman khayalan gue doang gara-gara selalu mikirin makhluk yang tinggal di sini. Ternyata bener, dan itu bukan khayalan."

Jisung meringis, ia mengusap-usap lengannya yang sudah merinding. "Pulang aja yuk, kayaknya kita gak bakal aman di sini lama-lama."

"Kita tersesat."

Mendengar ucapan Minho, merekapun membulatkan mata secara serempak. Tubuhnya menegang kembali, mereka panik tetapi tidak bisa berbuat apa-apa.

Otaknya seakan-akan buntu, memikirkan jalan keluar saja sudah membuat mereka frustasi sendiri. Mereka telah pergi ke tempat asing tanpa mengetahui peta lokasi tersebut. Bahkan jika dicari ke internet saja hanya ada tulisan 'Desa Mati', tidak ada arah jalan atau keterangan apapun.

"Minho, lo kan pernah ke sini sebelumnya, kenapa lo bilang kita tersesat? Seharusnya lo tau." Ucap Changbin geram.

"Gue belum pernah ke sini. Tanamannya aneh-aneh. Jalan ke rumah Nenek gua itu kanan-kirinya cuman ada pohon. Lo liat aja di sini, banyak semak-semak, akar pohonnya juga pada menjalar ke tanah, pohonnya tinggi-tinggi. Beda sama di jalan tadi yang pohonnya udah ditebangin, bahkan udah pada tumbang."

"Terus gimana ini? Sinyal juga sama sekali gak ada." Gumam Felix yang sudah panik tak karuan. Pikirannya menjelajah ke mana-mana sekarang. Apakah ia akan kembali pulang dengan kondisi baik? Atau malah ia terjebak di sini selamanya bersama arwah-arwah penghuni dari Desa Mati?

Tidak hanya itu. Bagaimana jika orangtuanya tahu anaknya hilang di tengah hutan? Bagaimana dengan masa depannya? Kalau polisi kembali ke hutan ini untuk melakukan penyelidikan, apakah para polisi akan menemukan mereka? Jika mereka tidak bisa kembali, pilihannya adalah bertahan hidup di hutan mengerikan ini atau mati bunuh diri seperti korban yang lain?

Pertanyaan-pertanyaan random yang tak ada habisnya memenuhi benak mereka masing-masing. Ini bisa membuatnya gila.

"Woy, bau teh botol." Hyunjin meringis ketika kepalanya didorong oleh Changbin dari samping. Mereka berdua memang di tempatkan di kursi mobil paling belakang.

"Bau melati goblok!"

"Shhtt! Jangan berisik! Ada yang ngeliatin kita!" Tegur Seungmin yang membuat semua pandangan beralih ke arahnya.

"Siluet itu lagi?"

Seungmin menggeleng pelan saat pertanyaan itu terlontar dari mulut Jisung. "Entah. Gue liat ada yang lari dari pohon ke pohon. Gue ngira sih dia lagi ngintai kita. Tapi sekarang udah gak ada." Cowok itu menggaruk tengkuknya. "Perasaan gue doang kali ya?"

"Udah malem." Ujar Chan tiba-tiba. Ia membaca jam yang tertera di ponselnya. "Jam tujuh. Buset ngapain aja kita di sini."

"Ada yang laper gak?" Tanya Hyunjin seraya mengeluarkan makanan yang sengaja ditaruh di belakang. "Ada roti nih, cemilan juga banyak."

"Nasi uduk ada?"

"Ya gak ada oon, lu kira apaan Hyunjin bawa-bawa nasi uduk ke sini."

"Awoawoka, Jisung oon." Felix tertawa mendengar perkataan Changbin yang sedang berbicara dengan Jisung tadi. "Temen gue gak ada yang bener emang. Stres semua."

"Emang kita temen lu?"

"Waduh ampun bang."

Di lain sisi Minho dan Chan membuka sedikit jendela mobil untuk segera mematikan mesin mobil. "Mending sekarang kalian buka jendela deh, sedikit aja biar ada udara masuk, mesin mobil mau gue matiin soalnya."

Mereka pun langsung mengikuti instruksi Chan yang menyuruh untuk membuka jendela. Memang tidak ada pilihan lain, ini sudah malam, dan mereka pasti tidak akan bisa mencari jalan keluar di tempat yang seperti ini.

"Kita tidur di mobil malem ini. Kalian tidur aja, gue gak akan tidur buat jaga-jaga." Ujar Minho setelah mengambil sebungkus roti dan dudu cokelat dari tangan Hyunjin. "Tidur lebih awal, biar bisa bangun pagi nantinya."

"Emang pagi ada apa?"

"Pertanyaan bagus." Minho tersenyum penuh arti pada Seungmin. "Lo bisa tau kalo lo ngerasain sendiri besok. Udah diem, jangan berisik."

Seungmin berdecak kesal. Temannya itu benar-benar..

"Kampret. Gue kira lo mau ngasih tau."

"Ya enggak dong. Enak aja. Nanti rencana gue gagal."

Desa Mati || Straykids [√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang