Prolog

940 95 12
                                    

Gadis kecil yang terlihat bahagia bersama dengan sang sahabatnya, berlari dengan tawa riangnya.

"Nara kita beli eskrim yok," ujar gadis kecil yang ternyata adalah Via kecil.

"Ya udah, ayok " ujar sang sahabat yang bernama Nara.

Sedangkan orang tua dari Via sedang bersenda gurau dengan tawa yang terdengar agak keras. Orang tua dari Nara meninggal beberapa Minggu yang lalu, jadi kini Nara tinggal bersama orang tua Via.

Orang tua Via begitu asik bercengkrama hingga Melupakan sang anak yang masih kecil sedang bermain tanpa pengawasan dari mereka.

Via kecil berjalan bersama Nara ke arah jalanan yang mana di sebrang jalan itu ada penjual eskrim yang sedang berhenti melayani pembeli.

Saat keduanya menyebrang, tanpa disadari ada sebuah mobil sedang melaju ke arah mereka.

"BRAK"

Bunyi nyaring yang membuat orang sekitar lantas menghentikan kegiatannya, melihat apa yang terjadi termasuk kedua orang tua Via kecil.

Betapa kagetnya mereka melihat tubuh kecil itu bersimbah darah

Bukan Vi yang tertabrak, melainkan Nara yang tergeletak dengan banyak darah yang keluar dari kepalanya.

Orang tua Via berlari, membopong tubuh Nara untuk dibawa ke rumah sakit.

Via shock dengan apa yang terjadi, dirinya hanya terdiam mematung hingga dirinya tersadar kala mobil orang tuanya telah berjalan.

Dirinya berlari ke arah mobil sang ayah. Namun ntah karna orang tua mereka kalut atau memang melupakan dirinya. Mereka meninggalkan Via begitu saja.

"Ma..... Pa..... Tungguin Via, jangan tinggalin Via ma, pa," teriak Via yang membuat semuanya iba

"Nak, ayok naik," ujar seseorang berhenti kemudian menawarkan tumpangan pada Via.

"Om, anterin saya ke papa dan mama yah om," ujar Via dengan derai air matanya.

"Ya sudah, sekarang kamu naik," ujar pria paruh baya itu yang menawarkan Via naik ke mobilnya.

Via naik, kemudian dengan cepat sang pemilik mobil mengikuti arah laju mobil orang tua Via.

Saat sampai pada sebuah rumah sakit, Via turun dengan tergesa-gesa, melupakan untuk mengucapkan terima kasih pada orang yang memberikannya tumpangan.

Via menuju ke ruang gawat darurat. Terlihat orang tuanya sedang berdiri sambil bolak-balik berharap cemas akan keadaan Nara didalam sana.

Via dengan langkah gemetar mendekati sang orang tua.

"Mah...." Panggil Via pelan namun masih bisa terdengar oleh orang tuanya.

Sang mama berbalik menatap sang anak yang sedang menundukkan kepalanya.

Plak!

"Pembunuh!" hardiknya kepada Via kecil.

"Kau ingin membunuh Nara sialan?!" Bentak sang mama kesetanan.

Via hanya diam dengan tubuh bergetar. Baru kali ini dia merasakan sebuah tamparan keras dari tangan sang mama.

"Awwss." Ringis Via saat sang Ayah menariknya dengan paksa sehingga terlihat seperti menyeret.

"Pergi kamu pembunuh! saya tidak punya anak seorang pembunuh seperti mu!" ujar sang ayah menghardik Via kecil.

"Jangan usir Via yah, mah," ujar Via berlutut didepan sang ayah dan mama.

"Pergi kamu sialan!" bentak sang ayah menginjak kaki Via kecil kemudian menendangnya

Natasya Silvia R.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang