Part 4

756 85 37
                                    

Terlihat Via sedang memakai baju serba hitamnya yang ntah apa tujuannya.

Setelah memakai jubahnya, Via bergegas pergi meninggalkan rumah dengan hati-hati.

Saat berhasil, dirinya menaiki sebuah motor hitam dan melaju cepat membelah jalanan.

Saat diperjalanan getaran pada saku celananya membuatnya berhenti untuk mengangkat telepon yang masuk.

Nama Bang putra terlihat di layar ponsel Via. Dengan ragu tapi pasti tangan Via mengangkatnya

"Halo bang?" Ucap Via saat sambungan tersambung

"Vi Lo lagi dimana sih?!" Tanya putra khawatir.

"Gue lagi keluar bentar bang," ucapnya membuat putra ingin marah namun tak bisa.

"Nyalain location Lo biar kalau ada apa-apa gw bisa tau Lo di mana!" Ujar putra memperingati

"Iya bang," ujarnya kemudian melakukan apa yang diperintahkan oleh putra, kemudian mematikan sambungan telepon untuk melanjutkan perjalanannya menuju ke suatu tempat.

...

Tiba di sebuah taman, Via kemudian duduk pada salah satu bangku yang tersedia.

"Huft...." Helahan nafas terdengar dari bibir Via.

Dirinya menatap langit yang tampak indah dengan taburan bintang yang bersinar.

Pandangan Via tertuju pada bulan yang bersinar terang di atas sana.

"Gue pengen jadi bulan, bersinar paling terang diantara yang lainnya," ujar Via

"Andai gue bisa kayak mereka semua, Gue pasti bakal bisa tertawa, tersenyum, dan bahagia dan itu semua hanya kata andai bagiku," ujarnya kembali mengutarakan apa yang di rasa.

"Gue pengen jadi bintang, yang bersinar dan disisinya banyak bintang lain, gak sendirian terus kayak gue," ujar seseorang disebelah Via yang membuatnya lantas menoleh dengan cepat saking terkejutnya.

Terlihat Zio menampilkan senyuman sambil menatap langit yang begitu indah. Sejak kapan dia duduk, pikir Via.

Via bangkit bermaksud ingin pergi namun sebuah tangan menahan pergerakannya.

"Lepas," ujar Via pada Zio yang sedang memegang tangannya.

"Duduk!" ujar Zio yang menyuruh Via agar duduk kembali. Ntah apa yang dirasakan Via tapi dirinya duduk mengikuti apa kata Zio.

"Lo tau nggak kenapa gue dingin sama orang?" Ujar Zio tiba-tiba pada Via, namun tatapannya masih mengarah pada langit malam penuh bintang.

"Gak," balas singkat Via seakan tak perduli namun jauh di dalam hatinya dia merasa penasaran.

Melihat bagaimana tatapan mata Zio yang menuju langit malam membuat Via tau bahwa ada sesuatu yang selalu di tutupi oleh laki-laki ini, tatapan kosong itu membuat Via memberanikan diri buat menepuk pelan bahu Zio.

"Cerita," ujar Via dengan lembut. Ntahlah apa yang membuatnya seperti itu namun dirinya sangat ingin mengurangi beban yang ada di pundak Zio saat ini.

"Gue dulu orang yang ceria, sama kayak orang-orang. Gak ada hari tanpa tertawa. Tapi saat gue ngeliat kakak gue meninggal karna seorang cewek, hal itu yang ngebuat gue gak mau berhubungan sama cewe. Gue dah coba buat bangkit dari semua ini, tapi gw gak bisa.  Tiba disaat gue suka dengan yang namanya Putri, hal itu berhasil bikin sikap gue jadi berubah, pokoknya gue selalu seneng pas sama dia. Tapi dia pergi ninggalin gue, sama seperti kakak gue, bedanya gue gak sebodoh itu buat bunuh diri cuman karna cewe. Lama gue gak kenal sama rasa suka, Tina di saat Lo datang.. gue jadi suka! Gue dah coba buat ngelawan rasa suka gue ke elo, tapi gue kalah sama rasa suka gue sama Lo Vi!" ujarnya dengan emosional yang dia tahan, menimbulkan sesak dalam dada hingga tanpa sadar dirinya mengungkapkan perasaannya pada Via.

"M-Maksud Lo apaan?" Ujar Via yang tak bisa mencerna kata-kata dari Zio.

"Gue suka sama Lo Vi!" ujar Zio yang kini menggenggam erat tangan Via yang membuat Via terdiam mencerna apa yang dia alami saat ini.

"Gue?" Ujar via memastikan.

"Bukan!" ujar Zio melepas genggamannya dan menatap Via dengan tatapan jengah.

"Oh ya udah," ujar Via dengan nada sendu yang membuat Zio menatap Via kemudian tersenyum hangat .

"Lo masih belum paham Vi? Gue nembak Lo via sayang," ujar Zio dan dengan gemasnya mencubit pipi Via yang bersemu merah karna ucapannya.

"Apaan sih!" ujar Via yang salting

"Lo lucu juga yah ternyata," ujar Zio yang mengacak rambut Via hingga berantakan.

"Ihh gue capek benerin nya!" protes Via

"Aww ampun aww iya iya gak lagi," ujar Zio mengaduh kesakitan akibat cubitan yang didapatnya dari Via.

Malam ini adalah malam penuh bahagia dengan kupu-kupu yang berada terbang didalam perut mereka yang membuat mereka menjadi pasangan baru dengan canda tawa di bawah sebuah sinar bulan dan taburan bintang yang indah.

"Vi.. Lo jangan pernah ninggalin gue ya?" Ujar Zio tiba-tiba.

"Iya, gue gak bakal ninggalin Lo, kecuali Lo mau nantinya. Dan gue harap Lo bisa jaga hati dan perasaan gue, karna disaat gue dah nyerah akan sebuah hubungan maka gue gak bakal bisa mengingat orang itu dan gak akan mau mengingatnya!" ujar Via yang membuat Zio mengangguk paham.

"Iya sayang," ujar Zio yang membuat kedua pipi Via menjadi bersemu merah.

"Gak usah manggil gitu, gue jijik!" ujar Via mengelak dari rasa tersipu nya.

"Katanya Jijik trus itu pipi kenapa?" Goda Zio pada Via.

"Aah udah lah," ujar Via menghindar dan menutupi mukanya dengan rambutnya.

"Pulang?" Tanya Zio pada Via yang terlihat cemas.

"Iya, gue pulang duluan bye," ujar Via kemudian bangkit meninggalkan Zio yang belum menjawab dan mengatakan sesuatu.

"Hufft.... Untung gue sayang," ujar Zio dengan helahan nafas kemudian tersenyum membayangkan bagaimana dirinya dan Via bersama menghabiskan waktu yang indah malam ini.

Setelahnya, Zio pergi meninggalkan area taman dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.

Lain dengan Zio, Via justru mendapat sedikit sebuah masalah di perjalannya.

Terlihat seorang berjubah hitam sedang menghadang Via yang membuat Via harus turun.

Sebenarnya via sangat malas untuk meladeni seseorang saat ini. Hanya saja, dirinya tidak akan melepas orang yang menganggu nya.

"Hai cewek cantik." genit preman itu.

"Diam aja neng," kata rekan preman itu

"Mau main gak sama Abang?" Ucapan itu yang berhasil membuat via memberikan sebuah tendangan pada perut preman itu.

"Ya udah yok main sama gue," ujar via kini berjalan mendekat ke arah preman itu.

Krakk!

Arrghh!

Suara tulang patah serta pekikan keras terdengar memekakkan telinga.

"Masih mau main-main?" Tanya via mengambil ancang-ancang untuk menendang preman itu, namun dengan cepat mereka lari terbirit-birit.

"cih" via meludah kemudian pergi melanjutkan perjalanannya.

"Sebenarnya Lo siapa via?" Monolog seseorang melihat kejadian itu.

.

.

.

Oke jangan lupa tinggalkan jejak

Vote and komen

Jadi gini, cerita ini Hiatus agak lama soalnya lagi fokus ke cerita lainnya jadi jangan lupa mampir di cerita gw yang lainnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Natasya Silvia R.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang