- 4 | Terluka (2) -

968 167 62
                                    

CHAPTER 4

💔[Terluka(2)]💔

©(My Hero Academia Official Anime)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

©(My Hero Academia Official Anime)

[Halo semua, ini adalah chapter yang sudah diedit. Setelah saya kembali menulis setelah sekian lama, saya tahu bahwa chapter ini terlalu banyak memiliki kesalahan, misalnya TYPO, penggunaan -san di nama depan, dsb. Oleh karena ini saya menulis ulang. Ada juga tambahan-jika anda adalah pembaca sebelum chapter ini diedit dan tidak tertarik membaca ulang, maka silahkan scroll ke bagian paling bawah dari chapter ini. Terimakasih!]]

[Saya menyarankan Anda membaca ulang jika Anda ingin bisa lebih mengerti, tapi tentunya saya tidak memaksa.]

<Jika ada kesalahan tata baca, TYPO, atau kesalahan penulisan nama atau quirk. Jangan ragu untuk memberi tahu saya. Saya sangat menghargai semua komentar Anda. Terimakasih banyak.>

***

© (My Hero Academia Official Anime)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

© (My Hero Academia Official Anime)

Ada hening di antara Izuku dan Takahashi. Beberapa detik setelahnya, Takahashi tertawa dengan nada aneh khasnya dan berkata, "Nah itu menjelaskan kekhawatiran Inko. Bukan begitu?"

Izuku terdiam, menatap Takahashi yang terus tertawa. Ini tentunya bukan reaksi yang dia harapkan. Tapi apa yang Izuku harapkan dari terbukanya rahasia terbesarnya? Rahasia yang ebih besar dari dia masih memiliki One For All. Kegelisahan Takahashi? Kebingungan? Kemarahan? Ketidakpercayaan?

Izuku cukup yakin bahwa jika serangan nuklir terjadi dan menabrak apartemen Takahashi, wanita itu hanya akan duduk santai dengan teh hijau. Tidak tertarik untuk melarikan diri sama sekali dan berdiri di balkon, melihat orang-orang berlarian dengan malas.

"Hm, jadi kamu dulunya adalah pahlawan ya?" Takahashi berkata setelah tertawa hampir selama beberapa menit, wanita itu meminum teh hijaunya sejenak sebelum melanjutkan dengan nada yang lebih tenang, "masa depan ... tidak terlalu baik."

Pahlawan yang Hilang | The Lost HeroTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang