12 WAITING (OPTION B)

573 34 1
                                    

(Lanjutan dari cerita nomer 9 jika kalian memilih B.)

...

Carter menaikkan kakinya ke atas ranjang, menyandarkan punggungnya ke headbox. Mengambil beberapa majalah lama yang tergeletak di meja di dekat ranjang, mencari selipan komik yang biasa ikut terbit di sana setiap seminggu sekali untuk menemaninya selagi menunggu Sam pulang ke rumah dan mengantarnya mencari ponsel. Sebenarnya ia bisa menelpon nomer pribadinya, namun sayangnya, ia sendirian saat ini, dan tak ada telepon rumah. Jadi mungkin lebih baik ia menunggu Sam, meminjam teleponnya, atau menyuruhnya mengantar mencari benda itu.

Beberapa saat kemudian, bosan dengan selipan bacaan superhero ditangannya, Carter meletakkan majalah lama itu kembali ke atas meja, kemudian beranjak dari sana sambil menyabet bantal. Ia turun ke lantai bawah, menghampiri ruang TV, lalu melempar bantalnya tersebut ke atas sofa sebelum pergi ke lemari es untuk mengambil satu kaleng cola.

Dengan santai, ia menyabet remote TV yang tergeletak di pojok sofa dan duduk di sana sambil mulai meneguk minuman dinginnya.

Beberapa kali ia memindah-mindah saluran TV, namun tak ada yang menarik bagi Carter. Hingga ia pun menyerah dengan membiarkan saluran TV pada satu channel yang tengah menayangkan acara anak-anak, kartun dari dongeng lama yang begitu terkenal, Pinocchio.

Carter berdiri kembali, pergi ke lemari penyimpanan, suara TV yang disetel terdengar hingga ke dapur. Percakapan antara Pinocchio dengan seorang pria tua yang dipanggil papa, Gepeto si pembuat boneka kayu. Carter masih ingat siapa tokoh pak tua tersebut, sangat ingat. Pria dengan perut agak buncit yang menginginkan seorang anak, hingga keajaiban terjadi pada boneka kayu yang baru ia buat, boneka berwujud seorang anak laki-laki itu hidup. Bisa berbicara, bergerak, bahkan menari. Dan Gepeto mengangkatnya sebagai anak.

Carter kembali ke sofanya setelah mendapatkan sebungkus penuh chips kentang milik Derek dari lemari penyimpanan yang juga dipenuhi oleh beberapa jenis sereal dan biskuit bayi milik Emily. Ia membuka kemasan chips tersebut dan mulai melahap sekeping demi sekeping sembari menaikkan kakinya ke atas meja. Ia tak peduli semarah apa Derek jika snack kentangnya berkurang satu bungkus. Sesekali, anak itu juga harus diet.

Semakin menikmati camilannya sambil menonton TV di mana remah-remahnya tak sadar mengotori sofa, tiba-tiba ia dikejutkan dengan suara ketukkan pintu. Carter mengecilkan volume TV-nya, menengok ke arah depan. Bayang-bayang seseorang terlihat dari tirai jendela, seorang pria.

Bocah itu berdiri dari sofanya, meletakkan jajanannya ke atas meja, lalu berjalan menghampiri pintu.

"Selamat pagi," Ujar seorang pria ketika Carter telah membuka pintu. Seorang polisi berseragam lengkap, di tangannya membawa beberapa berkas.

"Ada apa?" Tanya Carter.

"Hei, nak. Apa orang tuamu ada?" Tanya pria tiga puluh tahunan itu sambil melongok ke dalam rumah.

"Bekerja." Jawab Carter. Ia melirik ke berkas yang dipegang polisi muda itu. Seperti sebuah tabel nama beberapa orang yang mungkin adalah warga di lingkungan ini.

Polisi itu kemudian berbicara dengan walkie-talkienya, seorang pria lain mengatakan agar ia tetap menanyakan beberapa hal pada Carter meski orang tuanya tak di rumah.

"Ada apa?" Tanya Carter.

Polisi itu diam sejenak, memandangi Carter. Terutama di beberapa bagian luka Carter.

"Habis berkelahi?" Tanyanya.

"Ya."

"Dengan para badung kecil di daerah ini?"

Carter tak menjawab, berpikir sejenak. Bagaimana polisi itu bisa langsung mengatakan kalau Carter sedang berkelahi dengan anak-anak badung-di lingkungan itu, Jake. Ia tak nampak asal menebak. Bisa saja ia menduga kalau mungkin Carter sedang berkelahi dengan saudaranya, atau mungkin dengan teman sekolahnya.

"Ada keperluan apa kemari?" Tanya Carter.

Polisi itu menunduk, memeriksa berkas ditangannya, membolak-balik sejenak. "Kau... Mengenal bocah ini?" Tanyanya kemudian sambil menunjukkan sebuah foto pada Carter.

'Jake?!'

...



Cerita lanjut ke nomer 17
Up Minggu depan, jangan lupa nomer cerita yang kalian pilih, 17

NOT PINOCCHIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang