Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
JAEMIN DAN RENJUN sampai di sebuah rumah tradisional Korea yang ukurannya sangat kecil. Di dalamnya hanya ada empat kamar. Itu pun sempit-sempit. Jaraknya hanya dua block dari café dan memakan waktu sekitar 10 menit jika berjalan kaki. Jaemin mengeluarkan kunci dari celananya dan memasukkan ujung kunci ke lubang kemudian memutarnya.
Pintu terbuka, Jaemin masuk lebih dulu diikuti oleh Renjun di belakangnya. Ia menyuruh Renjun langsung masuk ke kamarnya saja karena mereka tidak punya ruang tamu. Dalam rumah hanok itu, isinya hanya tiga kamar.
Kamar Jaemin, kamar Jisung dan juga dapur yang menyatu dengan ruang keluarga. Renjun bisa melihat kerapian dari rumah kecil itu. Ia tidak pernah menyangka akan ada orang yang betah tinggal di rumah sesempit dan sekecil ini. Jika dibandingkan dengan ukuran kamar-kamar di rumahnya, rumah Jaemin mungkin hanya seluas ruang tamu rumahnya saja.
"Gue mandi dulu. Tunggu bentar ya." Jaemin melepaskan jaketnya di dalam kamar. Handuk yang menggantung di dekat pintu ia raih dan sampirkan pada bahu.
Celana panjang jeans hitam tadi tidak menanggalkan tubuh bagian bawahnya. Renjun bisa melihat celana yang memiliki banyak sobekan disana-sini itu, menjadi satu-satunya penutup tubuh Jaemin. Jaket SeNa miliknya dilempar ke atas kasur yang kini diduduki Renjun; sebuah futon yang tidak dilipat.
Tapi Renjun tidak peduli pada kamar Jaemin. Mau sesempit apapun kamarnya, saat ini pandangannya terkunci pada punggung sang ketua SeNa. Ada sebuah tato cukup besar disana. Tato sebuah tulisan hangul dengan sayap burung di sisi kanan dan kirinya. Ia tidak bisa membaca dengan jelas tulisan tersebut karena tertutup sampiran handuk di bahu sang ketua SeNa.
Renjun dibuat penasaran dengan tulisan apa yang tercetak di punggung Jaemin. Ingin bertanya, namun pria pemilik kamar sudah pergi keluar, menggeser kain yang menjadi pintu masuk kamar dan kemudian tak terlihat lagi.
Setelah kepergian Jaemin, Renjun mencoba merebahkan diri di kasur sang ketua SeNa tapi belum sempat punggungnya menyentuh empuk futon, perhatiannya kembali tersita pada beberapa foto polaroid yang ditempel di dinding. Jumlahnya ada banyak sekali. Jika dihitung mungkin ada sepuluh foto.
Renjun beranjak dari kasur dan mendekat pada foto-foto polaroid yang ditempel di dinding. Meskipun itu hanya tatami, Renjun tetap menganggapnya dinding.
Disana ada foto Jaemin dengan Jisung. Foto Jaemin membuat tato baru di punggungnya. Foto Jaemin dengan para anggota SeNa yang tidak pernah dia lihat sebelumnya. Di dalam foto itu ada sekitar 50 orang tapi Renjun masih bisa melihat Jaemin berada di paling depan dengan rambut warna pirang.
Ia beralih pada foto berikutnya, ada dua foto yang Renjun tak kenal siapa. Seseorang di dalam foto itu sangat manis. "Ini pasti mantannya kak Jaemin. Manis banget, tapi masih lebih cantik kak Lisa," pujinya berusaha menghilangkan perasaan memuakkan yang menggerayangi dada.
Cukup lama Renjun terpaku pada foto itu. Seseorang di dalamnya terlihat sangat muda. Mungkin kelas tiga SMP? Renjun hanya bisa mengira-ngira. Ia kemudian beralih pada foto Jisung dan Jaemin yang lebih banyak memenuhi dinding.