3. It's Almost Easy

8.2K 1.3K 153
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


JAEMIN menunggu Mark Lee menambal motornya dengan hati gelisah. Mulut terus menyesap sebatang rokok dan tangannya sibuk mengetik balasan untuk Chenle. Bosnya itu mengatakan bahwa kado ulang tahun yang disapkan oleh Jaemin dari kemarin, sudah datang ke café mereka. Sebuah foto bergambar petugas ekspedisi membawa paketnya sedang mengacungkan jempol ke kamera bahkan dikirimkan Chenle ke pegawainya itu.

"Udah selesai."

Mark yang sedari tadi berjongkok menambal ban belakang motor Jaemin langsung meraih kain lap untuk membersihkan tangannya. Ia yang hanya mengenakan kaos hitam dan celana kolor bunga-bunga itu duduk di lantai pekarangan rumahnya, sedang Jaemin di kursi seperti tuan rumah.

"Thanks Mark." Jaemin menjatuhkan batang rokoknya yang sudah pendek lalu menginjak sumbunya.

"Easy bung. Gimana kabar Seoul Narada?" Mark mendongak untuk menatap Jaemin yang sudah berdiri, menghembuskan asap rokok terakhir ke samping kiri.

"Aman. Kabar lo sendiri gimana? Beneran tobat lo?" Jaemin mengambil langkah pendek untuk menuju ke motornya. Tangannya meraih helm batok putih dan memasangnya di kepala, mengaitkannya dengan mudah meski harus mendesis dan menampakkan sedikit gigi karena tenaga ekstra saat menekan kedua kait.

"Udah cacat gini masa nggak tobat." Mark menoleh ke kiri dan menunjukkan daun telinga sebelah kanannya yang cacat. Bekas luka teriris. Membuat penampilan telinganya nampak mengerikan. Hingga Mark selalu memakai hoodie ke kepalanya kemana pun ia pergi.

"Masih ganteng kok. Masih banyak yang mau sama lo." Jaemin menempatkan pantatnya pada jok motor dan menarik standar besarnya. Siap menyalakan stater mesin. "Cuma gara-gara telinga dipotong doang masa lo ninggalin sodara lo," kata Jaemin dan hanya dibalas dengan kekehan kecil Mark.

"Udah waktunya tobat Jaem. Suatu saat lo pasti bakal tobat juga kaya gue." Mark bangkit berdiri, membersihkan debu dengan menepuk pantatnya lalu berkacak pinggang di hadapan Jaemin.

"Seoul Narada itu keluarga gue. Mana bisa gue ninggalin keluarga gue sendiri." Jaemin menstarter motornya. Suara mesin yang terdengar halus tidak terlalu memekakan telinga sekitarnya. "Gue mau jemput Jisung dulu!" pamitnya sedikit meninggikan suara.

"Salam buat Jisung, selamat ulang tahun!" Saat Mark berseru keras, Jaemin sudah memutar balik dan mengacungkan jempol dari seberang jalan pada teman lamanya itu. Motornya kemudian melaju dengan kecepatan standar.

Selama mengendarai motor dengan santai, wajahnya yang sedikit tegang berangsur-angsur menunjukkan senyuman sumringah tak sabar. Jelas terlihat bahwa ia sedang bahagia hari ini. Namun ekspresi itu berubah menjadi dahi yang berkerut saat Jaemin melihat beberapa motor mendahuluinya dan belok ke kanan tanpa menyalakan lampu sein, membuat lalu lintas jadi sedikit kacau.

Jaemin menyipitkan mata dan langsung menangkap ada 3 motor yang melewatinya, dan salah satu dari orang tersebut memakai seragam Seoul Narada. Sebuah jaket hitam dengan simbol batu sungai ditumpuk bernaung lingkaran zen.

Bon Voyage ✦ Jaemren [nctbz]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang