Bagian Dua

2 1 0
                                    

Tomo
[Yok, reuni Yok! Senggang nih Gua....kalian gimana?]

Hanin
[Setuju, dah kangen banget ih sama kalian]

Kenan
[Dimana woy! Ikut!]

Tomo
[Direstoran Gua gimana? Sekalian promosi hehe]

Sela
[Asik gratis, kan?]

Kenan
[Wah, makan besar nih!]

Tomo
[Beres dah. Yang lain gimana?]

Arum
[@Nayanika ikut nggak?]

Sela
[Jam berapa nih?]

Tomo
[Jam 7 gimana?]

Kenan
[Oke, siap]

Arum
[Nungguin Naya dah Aku]

Hanin
[Setuju]

Tomo
[Mana nih si Naya?]

                                                                            Naya
                                      [Tunggu ntar malem deh.]

Tomo
[Buset dah, sibuk terus buk Guru nih!]

Naya mengulum senyum. Terakhir kali bertemu teman semasa SMA ya ketika pas mereka kelulusan. Semenjak itu, sangat jarang sekali bertemu bahkan beberapa diantaranya tidak pernah.

"Ngapain senyum-senyum?" Rena bertanya. Rekan sesama guru, juga teman semasa SMA, kuliah dan sampai sekarang. Meskipun Naya tergolong pintar namun Naya sangat sedikit memiliki teman. Naya berpikir, tidak papa mempunyai teman sedikit asal benar-benar tulus.

"Kamu nggak buka grup kelas?" Naya bertanya, memperhatikan raut bingung Rena.

"Grup kelas mana? SMA apa kuliah?" Rena mendekat, melongok pada ponsel Naya.

"Oh, belum....nih mau Aku buka." Kemudian, jarinya menjelajahi aplikasi berwarna hijau dengan lambang telepon.

"Kamu ikut?"

Naya mengedikkan bahu, "entah," Menata buku pelajaran, kemudian memasukkannya ke map buku.

Naya beranjak dari kubikel, membuat Rena kelabakan. "Tunggu Naya!"

Keduanya berjalan beriringan di Koridor kelas, suasana sekolah sepi sebab lima belas menit yang lalu jam pulang anak-anak.

"Aku jemput ya?" Tawar Rena.

"Memang Aku udah bilang 'iya'?"

Rena menggeleng, namun tak kehabisan akal. "Ayolah, kapan lagi coba, bisa ketemuan sama mereka,"

Naya menghela nafas, "Aku cuman bingung, kenapa Aku harus banget ikut?"

"Hmmm, ya silaturahmi lah Naya."

Naya berdecak sebal. Silaturahmi yang bagaimana? Bahkan, selain Rena, Naya tidak tahu harus merindui siapa teman semasa SMAnya dulu.

"Ya?"

"Enggak!"

"Iya!"

"Enggak!"

"Iya!"

"Enggak!"

"Enggak!"

"Iya!"

"Yes! Akhirnya mau!" Rena cekikikan, lalu berlari duluan. Entah bagaimana kekuatan Rena sebenernya, tahu-tahu gadis itu sudah melambaikan tangan di dalam mobil yang melaju.

TRUE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang