Bagian Empat

1 0 0
                                    


Naya sedang mengerjakan RPP bulanan, Namun terhenti ketika ponselnya bergetar. Nama Dani tertera dilayar.

[Ada apa, Bang?]

Naya meng-save file yang baru saja selesai. Kemudian mematikan laptop berlogo apple, perlu digaris bawahi bahwa labtop itu adalah pemberian Rendra sebagai hadiah Naya waktu lulus sebagai sajarna bergelar PGSD. Naya yang misquen mana mampu membeli, gaji setahun aja tidak akan cukup.

[Dimana?]

[Di kamar,]

[Keluar, gih, Dek!]

[Keluar? Keluar kemana?]

[Halaman belakang]

[Males ah, ngantuk.]

[Pesta ceker, yakin nggak mau?]

Ceker, adalah bagian tubuh ayam yang paling Naya gemari. Bagaimana mungkin Naya bisa menolak.

[Oke]

Naya menyambar jilbab bergo digantungan sebelum melangkah keluar.

Dihalaman belakang, sudah ada Rendra, Dinda, tentu Dani. Meja bulat itu sudah terisi penuh berbagai makanan pedas.

"Wah, ada acara apanih?" Tanya Naya sembari duduk di dekat Dinda, "ulang tahunnya, Mbak Dinda ya?"

"Bukan, tapi acara sehari tanpa dimarahi Bos Besar," Ucap Dinda, "eh, durhaka ya Kamu. Hari brojol Mbak sendiri lupa." Lanjut Dinda perspetif.

Menyadari kesalahannya, Naya segera menggeleng, "aduh, bukan gitu, Mbak. Naya inget kok,"

"Tanggal berapa? Bulan berapa? Tahun berapa?" Mampus, Naya lupa.

"Udah-udah, ayok dimakan. Nanti keburu dingin." Huh, Naya harus berterimakasih pada Rendra yang menyelamatkan hidupnya. Bisa mati Naya kalau sampai Dinda tahu, Naya melupakan hari lahirnya.

"Cekernya gemuk-gemuk kayak pipinya, Naya," Celetuk Rendra.

"Abang Rendra ih, masa pipiku disamain sama ceker sih?" Cemberut Naya.

"Gak papa, Abang tetep cinta kok!" Ucap Dani lantang tanpa beban. Menghadirkan plototan tajam dari Rendra dan Dinda.

"Nggak usah modus ya Kamu Dandang!" Galak Dinda, namun Dani tetap santai memakan ceker ayam di tangannya.

"Serius kok." Ralat Dani.

"--disuruh ngawinin sekarang juga mau." Lanjut Dani santai.

"Nikah dulu, Dan. Jangan aneh-aneh deh!" Tajam Rendra memperingati.

"Iya, maksudnya juga gitu, Ren. Nikah dulu baru kawin." Cengiran Dani, membuat Naya yang sedari tadi diam saja tiba-tiba ingin menampol wajah Dani.

Kalau mereka hanya berdua Naya masih bisa mentoleransi setiap kata absurd yang keluar dari mulut Dani. Tapi kini, ada Rendra dan Dinda, bisa-bisanya Dani berkata semudah menelan permen kapas.

"Nggak Gue restuin. Pokoknya nunggu Aku nikah dulu!" Lontar Dinda tanpa bantahan.

"Yakali Din, lama. Kasian Si Joni lama nggak dibelai,"

Bukan hanya Naya yang terkejut, tapi Rendra juga Dinda. Naya yang menjadi objek obrolan merasa malu dan ingin menangis ditempat. Rendra terkejut sebentar sebelum berdehem menormalkan kecanggungan. Lain Dinda yang menatap sengit pada Dani.

"Sini, Gue kebiri!" Ancam Dinda membuat Dani melotot horor.

"Jangan gitu. Demi kelangsungan kehidupan keponakan yang lucu-lucu, buruan kasih kami restu,"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

TRUE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang