Jeongwoo nyemilin kripik singkong di ruang tengah keluarga Kim, matanya fokus menatap film yang terputar di layar televisi. Sementara sang pemilik rumah entah ada dimana. Seingat Jeongwoo, tadi Doyoung bilang dia mau mandi.Lensa Jeongwoo memang fokus menonton, namun pikirannya melayang kemana-mana. Terutama mengenai perbincangannya dengan Yuna, Doyoung, Haruto, dan Jihan tadi siang. Jeongwoo berbohong. Ia tidak bisa menepati janji bodoh tersebut. Jauh di dalam lubuk hatinya, Jeongwoo menaruh rasa pada Jihan––tetangganya sejak kecil. Tapi.. mengingat Jihan sendiri yang mengatakan untuk tidak saling menaruh hati, Jeongwoo jadi bimbang.
Mungkin memang seharusnya ia hapus rasa itu sejak dulu. They will never be a thing.
"Wets, ada Park Jonguuu!" seruan itu bikin Jeongwoo menoleh.
Junkyu––kakak laki-laki Doyoung––baru saja datang. Seragam sekolah masih melekat di tubuhnya. Pemuda Kim tersebut menaruh bokongnya di samping Jeongwoo, kemudian ikut mengambil kripik singkong dan menyuapinya ke dalam mulut.
"Ngapain lo kesini?" tanya Junkyu to the point.
"Ngacak-ngacak rumah lo lah, ngapain lagi?" sahut Jeongwoo. Pemuda itu lumayan dekat dengan Junkyu, beberapa waktu lalu mereka sempet bikin trio dadakan yang dipelopori Bang Yedam untuk pensi.
"Muka lo penuh beban banget dah, Woo. Tumben." Junkyu berujar. "Biasanya lo cangar-cengir kayak boneka mampang di lampu merah."
"Anjing." umpat Jeongwoo. "Daripada lo kayak monyetnya Dora."
"Istigfar anak muda." Junkyu mengelus dadanya.
Lalu, terjadi hening yang cukup lama di antara mereka. Satu-satunya yang bersuara adalah televisi di depan mereka yang sedang menampilkan film Teman Tapi Menikah.
"Bang, lo pernah suka sama temen sendiri ngga?" Jeongwoo memecah keheningan tersebut, ia menoleh ke arah Junkyu.
"Kayak film yang lagi lo tonton?" Junkyu membalas.
"Kinda." jawab Jeongwoo. "Tapi ya enggak sampe menikah juga lah, Nyet. Suka aja gitu.. demen."
"Nggak, ribet. Lo demen sama siapa sih? Yuna? Jihan?" Junkyu memicingkan matanya.
Dilihat seperti itu bikin Jeongwoo menghela nafas malas. "Jennie Blackpink!"
"Yeu si bangsat." cibir Junkyu. "Serius, siapa?"
"Kepo amat anying."
"Babi, yaudah gak usah cerita-cerita."
"Siapa juga yang mau cerita sama lo." balas Jeongwoo.
"Dih." Junkyu berjengit. "Ya kalo suka mah bilang aja, Woo. Mental tempe lo."
Rasanya, Jeongwoo mau nimpuk Junkyu pake botol susu milik Rowoon––adeknya Duo Kim––yang tergeletak di atas meja.
"Bukan mental tempe, Jir. Gue nggak mau makin complicated aja."
"Alesan." balas Junkyu.
"Ck," Jeongwoo berdecak malas. "Masalahnya, temen gue juga suka sama dia, Bang."
Sontak, Junkyu melebarkan matanya. "Woo, lo nggak mungkin suka sama Yujin kan?"
"Elahhh, ya kali sih." bantah Jeongwoo. "Nggak demen gua modelan kayak Yujin. Lagian kalo bener, gue bisa dibabat sama adek lo."
"Siapa tau kan." Junkyu mengangkat bahu. Namun sedetik kemudian, tatapannya pada Jeongwoo menjadi semakin tajam. "Lo suka sama orang yang sama kayak Haruto, ya?"
Gotcha!
Jeongwoo sempat terdiam sebentar. Pemuda itu sedikit tersentak saat Junkyu menembakkan tebakannya tepat sasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
A BROKEN PROMISE
Fanfiction[ BOOK 2 ] Ada banyak hal yang Haruto langgar begitu dirinya menginjak bangku Sekolah Menengah Atas, mulai dari menindik telinganya, membawa kendaraan tanpa SIM, serta... melanggar perjanjian untuk tidak saling mencintai dengan sahabatnya. Haruto be...