Thirty eight : D-day!

158 16 0
                                    

Pagi ini Clarin sangat excited. Ia sudah mengenakan seragam olahraganya dan membawa tas nya. Ia pun keluar kamar dan menuruni anak tangga dengan perasaan senangnya. Tentunya ia ke meja makan yang sudah ada keluarga nya disana.

"Pagi mom, dad, kak" sapa nya dengan senyum lebarnya.

Laura tersenyum bahagia melihat putrinya sangat semangat hari ini. Ia merangkul putrinya beberapa detik lalu membiarkan putrinya duduk di sampingnya. Ia pun menuangkan nasi goreng buatannya ke piring suaminya dan anak anaknya.

Mereka pun mulai sarapan.

"Kamu harus hati hati ya, Clarin. Kalo kakak mu udah ngizinin, harus jaga kepercayaannya dengan cara gak terluka, okey?!" ujar Rayhan setelah mengunyah satu suapan.

Clarin mengangguk dengan semangat, "Siap, dad!"

"Kalo sampe abis ini lo terluka ataupun sampe sakit, gue gak bakal—

"Iya Jas, tenang aja. Gue janji, sebisa mungkin gue jaga diri gue." potongnya.

"Lagian terluka karena game olahraga wajar kok" gumam Clarin dan melirik Jason yang dihadapannya dengan takut.

Clarin melihat pertanda bahwa Jason akan mengeluarkan ceramahnya. "Iya iya, sebisa mungkin gue ngejaga diri gue. Okey, kakakku yang posesif?"

Sebelum Jason berucap, Clarin sudah memotongnya.

Rayhan dan Laura terkekeh. "Kamu balikin aja, rin. Kalo dia terluka nanti kamu omelin." celetuk Laura.

Clarin yang mengunyah sisa nasi goreng di dalam mulutnya pun mengangguk dengan semangat.

"Awas aja ya lo kalo sampe terluka, gue gak bakal ngizinin lo lagi" ujarnya mengulang ucapan Jason dengan menunjuknya menggunakan sendok di tangannya ssmbari mengeluarkan suara dan ekspresi seperti Jason.

Semua orang tertawa. Kecuali si kambing hitam, Jason.


Mobil hitam Jason sudah memasuki gerbang sekolah dan berbelok ke parkiran. Sudah menjadi kesepakatan Clarin dan Xavier bahwa berangkat sekolah Clarin akan bersama Jason dan pulangnya baru bersama Xavier.

Padahal, Jason baik baik aja jika berangkat sendiri. Ia bisa mengenakan ninja nya, katanya. Tapi Clarin yakin dibalik semua itu pastinya ada rasa sedih karena kesepian. Well, Clarin mengenal Jason melebihi Jason sendiri. Lagipula, hal itu dilakukan agar hubungan kakak adik tidak renggang.

Mobil bmw Jason sudah terparkir rapih. Mereka pun turun.

Bagaikan kehadiran mereka sudah ditunggu-tunggu, balkon lantai 2,3,ataupun 4 terlihat penuh. Bahkan saat mereka mulai keluar dari parkiran dan berada di ujung lapangan, mereka bisa melihat dengan jelas bahwa semua orang menunggu mereka.

Lihatlah, tidak sedikit orang yang memotret mereka bak model papan atas.

Clarin menengok ke kakaknya, dan ia baru menyadari satu hal. "Well, lo pake seragam olahraga. Pantes aja." helanya pasrah.

Yang menjadi penyebab semua ini pun tak merasa berdosa samasekali. Ia malah merangkul adik tersayangnya, "Salah? Kan nih baju ketekan dari sono nya. Otot tangan gue jadi terekspos deh" balasnya dengan pede sembari menunjukkan otot di sebelah kirinya.

Dan ya, terdengar jeritan semua cewek.

Clarin tersenyum paksa dan menoleh ke arah Jason. "Caper lo!" sarkasnya sembari memukul dadanya.

Jason hanya terkekeh, lagi lagi ia berhasil mengganggu adiknya.

Mereka memilih menghiraukan jeritan atau bunyi potret yang terdengar dan memilih memasuki koridor. Mereka berjalan ke lapangan rumput yang letaknya di belakang sekolah. Dan ya, tempat ini sudah ramai.

CLARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang