Eleven : Rainy

426 34 3
                                    

Xavier sepenuhnya menjalankan motornya. Keluar gerbang dan membelah aspal. Motor berisiknya terus menggema menghiasi jalanan ini. Suara kendaraan saling bertabtakan membuat suara bising. Hingga lampu merah, motor Xavier berhenti.

Saat lampu hijau, Xavier mulai menjalankan motornya kembali. Selang beberapa menit, tapi tiba tiba hujan datang. Clarin terkejut dan langsung mentutup matanya dengan tangan satunya agar hujan tidak mengenai matanya.

Xavier pikir hanya gerimis atau hujan lewat, tapi ternyata makin lama makin deras. Xavier terpaksa menghentikan motornya untuk meneduh. Xavier menghentikan motornya disebuah halte yang sudah ada beberapa orang yang ikut meneduh juga.

Mereka segera turun dan membiarkan hujan membasahi motornya. Clarin membersihkan rambutnya yang kena hujan.

"Hujan kok tiba tiba gini sih," celetuk Clarin sembari membersihkan seragamnya yang terkena air hujan.

Xavier menatap sekeliling, ternyata hanya Clarin yang cewek sendiri. Ada satu lelaki dibelakang mereka yang sedang duduk. Dan ada dua lelaki yang duduk agak jauh dari mereka, serta ada satu lelaki yang disamping Clarin.

Xavier menatapnya. Mereka memandangi Clarin dengan niat jahat. Bukan hanya satu, tapi semua. Xavier risih melihatnya. Ia mulai menarik Clarin agar semakin mendekat ketubuhnya. Seolah mengatakan bahwa Clarin miliknya.

Clarin terkejut. Ia menoleh ke Xavier, meminta jawaban. Xavier menghiraukannya. Ia masih merangkul pinggang Clarin. Clarin menelan salivanya, tubuh mereka menempel. Bahkan di cuaca yang dingin seperti ini, Clarin bisa merasakan kehangatan Xavier walaupun Xavier tidak sepenuhnya memeluk dirinya.

Xavier menatap sekeliling. Masih ada beberapa yang menatap Clarin. Xavier berdecak, "Kita bablas aja." ucapnya.

Clarin menoleh, "Maksud lo?"

Xavier menatap Clarin, "Hujannya bakal awet. Kita bisa sampe malem disini. Dan gue gak suka disini,"

Clarin masih tak mengerti maksudnya tapi Xavier sudah melepas bombernya dan memakaikannya pada Clarin. Clarin hanya menurut saja tentunya. Kini Xavier tengah menarik kaitan bombernya agar tubuhnya tertutupi sepenuhnya.

Xavier menuntun Clarin ke motornya, namun Clarin memberhentikannya. "Lo gimana? Nanti lo bisa—

"Gue bakal baik baik aja" potongnya dengan wajah menahan amarah.

Sebenarnya apa yang membuatnya marah? Clarin tidak melakukan apapun sejak tadi yang membuatnya jengkel. Clarin berdecak kesal, ia seenaknya aja memerintah dirinya seperti ini. Tapi, Clarin tetap menurutinya.

Xavier memakai helmnya. Clarin menyempatkan dirinya untuk menatap sekitar. Dan ternyata ia baru sadar, kalau yang dihalte hanya dirinya perempuan satu satunya. Clarin bisa membaca pikiran para lelaki
itu. Clarin langsung mengalihkan pandangannya ke Xavier.

Ah, ternyata ini yang dimaksud Xavier.

Well, protektif sekali.

Xavier naik ke motornya, dan Clarin mengikuti jejaknya. Xavier terkejut karena kedua tangan Clarin bukan memegang pakaiannya, tapi kini memeluknya. Clarin menatap lelaki yang ada di halte tersebut, memberikan tatapan serta senyuman penuh arti. Lelaki itu langsung mengalihkan pandangannya.

CLARINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang