izin pulang

4 2 4
                                    




          "Papa lo dateng?!" pekik John kuat dan tersedak burgernya sendiri. Alu mengangguk mengiyakan nya sembari mengunyah burger. Nah, ini ni ujian ketangguhan yang harus John lalui... tapi, dia tidak pantang semangat dan akan terus melewati ujian agar dapat persetujuan papa Alu. Alu menghela napas, teringat kejadian terakhir dengan papanya, dia merapatkan jaket yang dikenakannya karena ntah kenapa akhir-akhir ini tangan nya lebih dingin dari sebelum nya.

          "sepertinya gue bakal izin pulang hari ini" ujar Alu tersenyum pahit. John menatap Alu dan tau apa yang dimaksud nya, dengan cepat John memegang tangan Alu yang sudah seperti mayat hidup... buku-buku jarinya memutih seperti tidak ada aliran darah, benar-benar dingin "ada apa? Apa makin parah?" John menatap panik dan begitu khawatir dengan keadaan Alu.

            Lagi-lagi Alu tersenyum layaknya tidak terjadi apa-apa, dia marah... bukan kepada Alu tapi kepada dirinya, jika begini dia tidak akan bisa apa-apa dia tidak bisa berguna untuk Alu 'kumohon... tunggu lah sebentar lagi' batin John bersemangat mencengkram kuat telapak tangan Alu dan menunduk geram, walau begitu... rasa panik dan khawatir tidak bisa ia kendali kan semudah itu, dia benar-benar tampak begitu menyedihkan hampir tenggelam dalam keputus asaan karena waktu untuknya sudah mulai habis dan dia tidak akan punya kesempatan untuk ke-2 kali nya.

             Alu menatap nya dalam. Dia dapat menebak apa yang membuat John sangat tertekan sekarang, inilah alasan kenapa dia menutup diri dari semua orang membuat cover dirinya yang sedang baik-baik saja mendesah kuat menarik tangan nya dari genggaman John. Ia mendongak terkejut menatap wajah Alu yang sudah tampak dingin dan datar.

           "jangan bersikap seolah-olah ini adalah kesalahan lo, gara-gara lo gue jadi ingin bunuh diri" ucap Alu dingin membuat John meringis meminta maaf. Alu kembali mengunyah burgernya dan menatap ke lapangan yang terbentang lebar itu, mereka duduk disalah satu jamur payung yang cukup dekat dengan lapangan. Istirahat mungkin akan habis sebentar lagi, tapi masih banyak anak yang berkeliaran di daerah sekolah "kak John" beberapa orang gadis yang bisa dibilang adik kelas mereka, membawa majalah masing-masing setiap mereka untuk di tanda tangani.

             Jujur, kalo misalnya Alu jadi mereka yang ngefans berat dengan John pasti sangat sangat senang dan beruntung karena idolanya satu sekolah dengan dia.. mungkin itulah yang dirasakan adik kelas mereka saat ini. "bisa minta tanda tangan?" ucap salah satunya yang tampak manis dengan suara lembut dan menenangkan beda banget sama Alu. John hanya menyengir entah apa yang harus dia lakukan, Alu tersenyum dan menyenggol nya sembari memberikan kode 'terima' kepada John. Ia menghela napas dan tersenyum menerima mereka "baiklah, nama lo siapa?"

              mirip meet and great aja, kawan artis emang beda.. Alu menikmatinya dan menatap mereka kesenangan sendiri "kenapa? Kok lo senyum-senyum sendiri?" ucap John setelah menyelesaikan meet and great dengan para fans nya. Alu tersenyum lebar dan menggeleng mengalihkan pandangannya ke lapangan lagi "oh... saking kece nya gue, lo ampek luluh yah.." mendengar ucapan itu senyum Alu memudar dan memberikan senyum mengerikannya tanda tidak setuju "lo salah paham" Alu semakin tidak mood dengan nya. Selalu aja mikir yang gak masuk akal, dan dia selalu PD banggain keunggulannya... dasar orang perfect?!

               Kringg~kring

             Bel yang menandakan masuk terdengar hingga ujung setiap koridor membuat para murid mengeluh kesah terpaksa masuk untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

              Alu bosan banget dengan pelajaran PKN dia sama sekali tidak tertarik dengan politik, tatapannya mengarah ke jendala yang menampakkan rumah penduduk dan langit biru yang terbentang luas, awan-awan putih bagai kumpulan kapas besar nan indah, saat dimana sinar matahari itu masuk menembus kaca menerpa wajah nya yang tampak lesu dan tidak bersemangat. Ia menghela napas berat sembari memasukan telapak tangannya kedalam sisi jaket, dia sedikit kesal dan tidak terima dengan hidupnya yang akan diperhitungkan dengan satu masalah.

                Bukan hanya Alu yang sedang gelisah dan tidak tenang, John terus memikirkan nya dan tidak fokus belajar, coretan tinta hitam terus memenuhi kertas putih di hadapannya, sesekali dia mendesah dan mengetuk ngetuk penanya keatas meja.

               Bagas yang cukup heran dengan tingkah mereka berdua, mereka layaknya orang yang sedang frustasi karena telah di pecat dari suatu perkerjaan, mereka sudah beberapa kali menghela napas berat dan sesekali mereka menghela napas bersamaan "kenapa bro?" bisik Bagas pelan. John mengangkat kepala dan tidak menjawab malah kembali menghela napas, membuat bagas berkerut tidak paham dan memilih untuk diam dan kembali fokus kepada pembelajarannya.

              Bel kembali berbunyi, waktu pergantian jam belajar "baik, anak-anak jangan lupa tugas untuk minggu depan" ucapnya mengingatkan sebelum akhirnya pergi menghilang dari depan kelas. Alu membereskan barang-barang nya cepat tidak menyisahkan satu pun di atas mejanya, dia juga mengunci ranselnya "lo mau kemana?" tanya Tasya membuat John ikut terkejut. Sebelum sempat di jawab seorang guru dengan jilbab sedada berdiri di depan pintu dan memanggil Alu segera serta membawa bawaan Alu. Seketika heboh satu kelas dan pada bertanya tanya apa yang membuat nya pulang duluan sedang jam pulang masih lama "sudah sudah?! Kalian lanjut belajar lagi" ucap ibu itu cepat. Mereka bersorak kesal karena pertanyaan mereka sama sekali tidak di jawab oleh ibu itu, begitu juga dengan Alu yang sama sekali tidak berkutik. Alu menatap John yang masih dengan keadaan terkejut tidak bisa berkata-kata. Terakhir Alu memberikan senyum terbaiknya untuk John.

                        "makasih banyak bu Erna" ucap Alu menyalimi bu Erna, wanita yang sudah menginjak umur 35 tahun dengan 2 anak ini adalah teman mama plus mata-mata Alu di sekolah. bu Erna tersenyum ramah "tidak apa kok" ujarnya "tapi, bu Erna janji kan gak kasih tau kak Devia, papa, atau malah mama" Alu menatap curiga, bu Erna mengangguk dan menepuk punggung Alu kuat membuatnya meringis kesakitan "ibu janji kok" ucap bu Erna paten memberikan jempol kedepan Alu. Alu masih agak curiga tapi tidak apalah, dia meminta izin pamit kemudian pergi berlari keluar gerbang sekolah.

JOHNALUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang