✎. halaman keempat

2.9K 743 156
                                    

✎. 𝐁𝐨𝐬𝐚𝐧

•••

Jadi ibu rumah tangga itu, kadang bikin (Name) merasa bosan setengah mati. Apalagi dia tidak kerja.

Usai membersihkan rumah, mulai dari cuci piring, cuci baju, beresin celana garis-garisnya Wakasa, sampai motongin air pun sudah.

Di dalam kamar, (Name) memutuskan untuk membuka ponselnya.

Sekarang masih pukul tiga, Wakasa sepertinya belum memiliki niat untuk pulang.

Wanita itu kemudian berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengetik, dan mengirim pesan pada suaminya.

•••

Wakasa menggelengkan kepala saat Takeomi menawarinya rokok.

Kali ini, mereka nongki di bawah jembatan. Alasannya, biar ganti suasana aja gitu.

Takeomi menemaninya. Pria itu menyulut rokok, dan memperhatikan Wakasa yang menggigit tongkat kecil di dalam mulutnya.

"Padahal sekarang gak ada acara apa-apa, kenapa gak pulang?"

Wakasa menggelengkan kepalanya malas.

"Capek jalannya."

Pria dengan luka memanjang di mata kanannya kini mengangguk-angguk. Ia melepaskan batang rokok dari sela bibir, mengeluarkan segumpal asap dari dalam mulutnya.

"Oh ya, aku baru tahu kamu sudah punya istri akhir-akhir ini."

Wakasa menaikkan alisnya.

"Terus?"

"Maksudku, kalian kapan nikahnya? Kaget doang sih. Gak nyangka aja gitu, eksekutif—om-om berandalan kayak kamu punya istri."

"Brengsek, kamu juga om-om."

Takeomi terkekeh.

"Lagian aku kan pakai cincin pernikahan," tangannya diangkat, memperlihatkan cincin yang tersemat dijari manis.

"Gak kelihatan. Tanganmu sering ketutupan."

"Hmm," pria dengan anting di telinga kiri kini berjongkok. "Aku menikah dengannya sudah hampir setengah tahun."

"Masih baru ya?"

"Hm."

Pemilik surai bergaris kini menatap ke arah air sungai di depannya.

Wah, pemandangan yang sangat estetik ditambah bau got begitu menyengat. Epic sekali tempat nongkinya, pikir Wakasa.

"Aku bertemu (Name) itu waktu dia masih dua puluh tahun. Berarti kira-kira aku masih dua puluh empatan."

Takeomi melirik pria di sebelahnya—yang tengah berjongkok.

"Lalu?"

"Dia galak banget," nadanya terdengar sedikit ketus. "Dia menamparku cuma gara-gara ikan asinnya jatuh ke solokan."

"Anjir, gimana ceritanya?"

"Kesenggol."

Takeomi tertawa kencang. Ia baru tahu kalau Wakasa pernah mengalami hal seperti ini.

"Yah, pokoknya kami memutuskan untuk menikah. Lagian sebenarnya, (Name) itu ... "

Wakasa sedikit menenggadah, ia mengukir senyum samar.

"... perhatian."

Ponselnya berbunyi, Wakasa mengeceknya. Jaga-jaga bila itu hal penting.

"Siapa?"

Wakasa sedikit mengangkat ponselnya. Menunjukkan sebuah pesan masuk.

"Istriku."

•••



















•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




























"EH ANJIR NGAPAIN NYEMPLUNG?!!"

"Nggak ... cuma tiba-tiba panas."

"Tapi sekarang musim hujan—"




























"Tapi sekarang musim hujan—"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

15 Juli 2021

𝐌𝐄𝐑𝐊𝐔𝐑𝐈𝐔𝐒! imaushiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang