✎. halaman terakhir

3.6K 800 365
                                    

✎. 𝐏𝐞𝐫𝐚𝐧𝐠 𝐝𝐢𝐧𝐠𝐢𝐧

•••

Dalam hubungan itu, ada saja cobaannya. Tidak hanya canda tawa yang terdengar. Kadang, ada saatnya kedua belah pihak tidak sepakat.

Seperti sekarang.

Dua minggu kemudian, Wakasa sedang perang dingin dengan istrinya.

"Oi, ngapain kau? Tumben mukanya kelihatan makin muram?"

Takeomi bertanya. Wajah Wakasa memang selalu terlihat bosan dan sayu. Tapi sekarang, raut kalut terlihat, dan wajahnya semakin muram.

"Gak ada apa-apa."

Jawabannya mirip sama perempuan kalau lagi marah.

Senju yang tengah duduk di atas kulkas—biar adem katanya—menoleh.

"Apa masalah dengan Imaushi-san?"

Wakasa sedikit menenggadah.

"Aku juga Imaushi."

"Ya maksudku Imaushi (Name). Nee-san kenapa?" tanya Senju.

Sekedar info saja kalau mereka lumayan dekat. Soalnya, (Name) menganggap Senju adiknya sendiri. Secara tidak terduga juga kalau Senju diperlakukan dengan sangat baik oleh (Name). Membuat Wakasa diam-diam merasa iri.

Wakasa menenggelamkan sebagian wajah pada seragam Brahmannya. Matanya semakin sipit saat kelopak matanya bergerak turun.

"Tadi, (Name) lagi gak mau masak."

"Terus?"

"Sama sakit gigi. Jadi aku ajak beli bubur."

"Lalu lalu?"

"Dia marah gara-gara buburku gak diaduk," aura negatif semakin terlihat jelas. "Sedangkan dia sukanya bubur diaduk."

"..."

"..."

Takeomi dan Senju terdiam. Terkadang wanita memang aneh ya.

"Cuma itu—"

Ucapan Takeomi terpotong sebab ponsel Wakasa berdering. Dengan malas, pria itu mengeluarkan ponsel dari sakunya.

Wallpapernya adalah foto pernikahan dia dan (Name). Imut sekali kan?

"Halo?"

Wajah Wakasa seketika memucat. Mata sayunya membelalak kaget saat orang di seberang berbicara. Jantungnya terasa diremas, dan ia segara berdiri.

Tanpa berkata apapun, ia pergi meninggalkan Senju dan Takeomi.

•••

Wakasa mengedarkan pandangannya di dalam ruangan serba putih. Ia segera berlari ke sini begitu mendengar istrinya masuk rumah sakit. Tapi, sepertinya ini bukan rumah sakit umum.

Setelah bertanya dan masuk ke dalam sebuah ruangan, wanita berjas putih tersenyum padanya.

"Anda siapanya Imaushi (Name)?" dokter itu bertanya ramah.

Wakasa menjawab tanpa ragu.

"Saya istrinya."

"???"

"???"

(Name) yang tadi sedang duduk di depan meja dokter menatapnya datar.

"Waka ... "

Pria itu segera tersadar dan menatapnya malas.

"Maksud saya, suaminya."

Dokter itu terdiam sejenak sebelum akhirnya terkekeh.

Dipersilakannya Wakasa duduk, bersebelahan dengan sang istri. Kemudian, dokter tersebut dengan senyum ramahnya berkata—

"Selamat, istri anda sedang mengandung."

"..."

"..."

"KOK HAMIL?!"

Wakasa membekap mulutnya dan menoleh ke arah sang istri.

"(Name) ... apa aku bakal jadi seorang ibu?"

Senyuman dilempar tatkala umpatan ikut terlontar.

"Waka, kamu laki-laki."

•••

18 Juli 2021
©Lemo_Ra

-end

🎉 Kamu telah selesai membaca 𝐌𝐄𝐑𝐊𝐔𝐑𝐈𝐔𝐒! imaushi 🎉
𝐌𝐄𝐑𝐊𝐔𝐑𝐈𝐔𝐒! imaushiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang