✎. halaman kedua

3.4K 796 236
                                    

✎. 𝐎𝐝𝐨𝐧𝐠-𝐨𝐝𝐨𝐧𝐠

•••

Pasangan Imaushi sedang kencan. Wakasa mengabaikan panggilan Takeomi dan pemimpinnya, Senju. Hari ini ia sudah janji untuk mengajak (Name) main.

Katanya, sang istri lagi ingin naik odong-odong. Jadilah Wakasa harus ke Indonesia dulu, nyari tukang odong-odong dan balik ke Jepang.

"Waka, kemarin dapat gak odong-odongnya?"

Tangan kanan Wakasa yang bebas-sebab tangan kirinya digandeng (Name), kini mencari-cari nomor diponselnya. Ia menempelkan ponselnya ke telinga dan berbincang sejenak.

(Name) sedikit menenggadah-walau wakasa tingginya dibawah rata-rata, (Name) lebih pemdek lagi. Hanya sedikit. Faktanya, mereka hampir sepantaran.

"Apa itu?"

Wakasa menoleh dengan wajah malasnya.

"Odong-odongnya nyasar ke segitiga bermuda."

"Waduh, odong-odongnya aman gak?"

"Odong-odongnya aman, orangnya enggak. Jadi gak bisa ke sini," jeda sejenak, Wakasa menatap istrinya dengan sedikit malas. "Lagian kamu ada angin apa pengen naik odong-odong? Pulang aja yuk, panas."

(Name) terdiam sejenak. Ia menunduk, membuat Wakasa tidak bisa melihat wajahnya. Apa (Name) marah?

Tapi perkiraannya salah.

Sang istri segera mengangkat kepala dengan semangat, lalu menunjuk taman.

"Apa?"

Wakasa menaikkan alisnya tidak mengerti. (Name) mengangguk semangat dengan binar dimatanya.

"Ayo! Aku punya ide!"

Daripada istrinya pundung, Wakasa mengikuti dengan patuh, menuju taman yang ditunjuk.

Suasana disana tidak terlalu ramai, mungkin karena siang ini cukup panas.

"Ide apa?"

(Name) menaik-turunkan alisnya.

"Jongkok."

"Buat?"

"NURUT SAMA ISTRI BISA GAK?!"

Wakasa yang merasa telinganya akan pecah segera berjongkok.

Ya tuhan panas sekali.

"Sekarang, telapak tangannya ke tanahin."

Mau tidak mau, Wakasa menurut. Pose ini sangat aneh. Mengingatkannya akan sesuatu yang buruk.

"Terus apa-!"

(Name) dengan wajah tanpa dosa segara menungganggi Wakasa layaknya kuda. Pantas saja perasaannya buruk!

"(NAME) KAMU NGAPAIN?!"

"NYIIIHAAAHHH, WAKA, AYO JALAN!"

Wakasa menenggadah marah. Tatapan sayunya berubah tajam.

"Panas tau! Cepet turun! Kamu berat!"

Sang istri membelalakkan matanya.

"Waka!"

(Name) menatap dingin suaminya.

"Aku tau kamu gak bisa goreng cumi."

"Apa korelasinya sama ini?"

"Ntar aku gorengin."

Wakasa langsung jalan dengan (Name) dipunggungnya.

Dia melakukannya dengan ikhlas tidak ikhlas. Sekarang, dia lagi mengabsen nama-nama binatang dalam hati. Dari anjing sampai zebra. Untung istri, kalau nggak, udah Wakasa hajar sampai ke afterlife.

Tanpa mereka ketahui, Senju sedang berteduh di bawah pohon dengan Takeomi. Diam-diam memperhatikan keduanya.

"Lihat, Wakasa di depan istrinya kek gak ada harga diri banget."

"Kalau istrinya kayak gorila ya wajar sih."

•••

13 Juli 2021

𝐌𝐄𝐑𝐊𝐔𝐑𝐈𝐔𝐒! imaushiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang