✎. halaman kelima

2.8K 709 112
                                    

✎. 𝐓𝐢𝐝𝐮𝐫

•••

Sekarang sudah tengah malam. Pasangan Imaushi sudah mematikan lampu, dan bersiap untuk tidur. Bergulung selimut dan saling memunggungi.

Namun setelah beberapa waktu berlalu, Wakasa tetap tidak bisa menutup matanya.

"(Name), dah tidur?"

Ditatapnya punggung sang istri. (Name) tidur membelakanginya.

"Belum, kenapa?"

Wakasa memutar tubuhnya, mengarah sepenuhnya kepada sang istri.

"Aku gak ngantuk."

"Coba tidur. Tutup matanya."

Pria itu menghela napas sejenak. Ia menatap sayu wanita di hadapannya. Berpikir, kok bisa dia suka sama wanita modelan (Name)?

Mendapat ide, ia mengulas senyuman tipis.

"(Name), tau gak hewan apa yang lebih kecil dari semut?"

Wanita yang tengah mencoba untuk tidur kini bergumam. Masih berusaha melayani keabsurdan suaminya.

"Gak."

"Anaknyalah!"

"Haha—garing. Cepet tidur, Waka."

Wanita itu tertawa tanpa niat, membuat Wakasa merasa candaannya terlihat sangat garing.

"(Name), kambing apa yang bisa terbang?"

"Emang ada?"

"Gak ada."

"Waka, candaanmu garing. Kayak jokes bapak-bapak faceb*ok. Tidur aja bisa?"

Wakasa terdiam. Pria itu merasa sangat sulit untuk membuat istrinya bersikap manis.

"(Name), barang dapur apa—"

"Waka, bisa diem gak—"

Wanita dengan surai hitam panjang kini membalikkan tubuhnya emosi. Wakasa ini, disuruh tidur malah makin membuatnya kesal.

Namun decakkannya seolah tidak berguna, dan napasnya seakan terhenti saat ia membalikkan tubuh. Dimana Wakasa berada tepat di belakangnya. Keningnya hampir bertubrukkan dengan dagu Wakasa.

Rambutnya digerai, dan antingnya dilepas. Matanya menatap sayu, dan senyumnya perlahan tumbuh.

"Waka— kamu ... terlalu deket."

Pria itu sedikit menaikkan alisnya.

"Emang kenapa? Toh udah sah."

(Name) sedikit memalingkan wajanya.

"Tidur aja sana ... "

"Gak ngantuk."

Ditatapnya jam, (Name) menyadari ini sudah hampir pukul satu dini hari.

"Waka, katanya besok mau kumpul sama anak Brahman?"

"Terus?"

Wanita itu menatapnya, mencoba terlihat tegas namun luluh saat Wakasa tersenyum.

"Kamu ... harus tidur."

Tangan kanan Wakasa bergerak, menariknya mendekat. Menyatukan kening dan tersenyum. Menatapnya hangat, memberikan rasa menggelitik di dalam perut.

"(Name), tidurnya nanti lagi ya?"

•••

16 Juli 2021

𝐌𝐄𝐑𝐊𝐔𝐑𝐈𝐔𝐒! imaushiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang