006

15.1K 312 28
                                    

Warning ada adegan 18+, harap bijak dalam membaca.

Kami bertatapan intens cukup lama lalu aku tersadar dan menundukkan kepalaku. Bang satria masih setia menatap kearahku membuatku canggung setengah mati.
"Yaudah aku masuk dulu ya bang" ucapku sambil membereskan peralatan lalu berdiri.

"Abang baru datang dan sebenernya masih kangen mau lihat kamu tapi kamu udah mau masuk aja" ucapnya sambil memegang tanganku.
Wajahku memerah mendengar perkataan bang Satria. Dia juga kangen sama aku!

"Tapi tadi abang yang nyuruh aku untuk masuk kan katanya angin malam gak bagus buat kesehatan" ucapku pura-pura bingung.
Bang Satria melepaskan pegangan tangannya lalu bergerak mengusap lehernya.
"Tunggu sebentar disini jangan kemana mana ya" ucapnya. Dia berjalan dengan cepat kearah rumahnya lalu menghilang dibalik pintu.

Tak lama bang Satria sudah datang kembali dengan selimut ditangannya. Niat sekali dia.
Bang Satria duduk disebelahku dan membentang  selimut untuk menutupi bahu kami berdua. Nyaris tak ada jarak diantara kami berdua. Semoga detak jantungku yang kelewat kencang tidak terdengar oleh bang Satria.

"Sini dong geser lebih dekat lagi katanya tadi mau abang peluk" ucapnya sambil terkekeh. Aku sontak menutup wajahku menggunakan tangan saking malu nya.
"ih abang kan tadi cuma bercanda ajaaa" rengekku.
"Beneran juga gak papa kok" ucapnya sambil meraih bahuku agar mendekat dan memaksa kepalaku untuk bersandar didadanya.
"Nah gini kan lebih hangat" ucapnya sambil memelukku erat.

"Abang jangan peluk - peluk dong nanti aku baper gimana?" Ucapku keceplosan.
Bang Satria langsung tertawa sambil mengusap-usap rambutku. Aduh aku baper beneran ini mah!
"Gak papa kok baper nanti abang tanggung jawab" ucapnya pelan.
Dag dig dug di jantungku semakin kencang mendengar perkataan bang Satria. Kepalaku mulai membayangkan yang tidak-tidak karena perkataan dan perbuatannya yang kian erat memelukku.

Aku memejamkan mataku. Nyaman sekali bersandar di dada lelaki yang kuidam-idamkan ini.
"Sshhh~" bang Satria mendesah pelan.
"Abang kenapa?" Tanyaku bingung.
"Nafas kamu geli banget kena leher abang" ucapnya.
Aku segera bergerak untuk menjauhkan kepalaku dari bang Satria tapi tangan kekarnya tak membiarkan hal itu terjadi.
"Udah diem gapapa kok Ai, kamu bersandar aja kayak tadi" ucapnya.

Sudah setengah jam berlalu dan tidak ada perubahan posisi diantara kami. Kepalaku sudah pegal. Apalagi bahu bang Satria, kurasa lebih pegal. Tapi kenapa dia tak melepaskan pelukannya ya?

"Bang pegal gak bahunya? Udahan yuk masuk kerumah aja udah malem juga nih makin banyak nyamuknya. Aku juga udah ngantuk" ajakku.
"Ayo!" Ucapnya sambil menggandeng tanganku untuk berdiri. Tangannya bergerak melilitkan selimut kebadanku.
"Biar kamu gak kedinginan Ai"

Tangannya sibuk membereskan peralatanku tadi dan membawanya di kedua tangannya.
Aku sudah seperti kepompong yang dililit selimut hanya bisa berjalan duluan lalu dibelakangku bang Satria mengikuti.
Sampai di dalam rumah aku segera membuka selimut dan memberikannya ke bang Satria. Sementara barang-barangku sudah diletakkannya di meja ruang tengah.
"Makasih ya bang" ucapku sambil tersenyum lebar.
Dia balas tersenyum dengam manis hingga membuatku meleleh. "Iya sama-sama. Abang pulang dulu ya" ucapnya sambil berlalu keluar.
Aku membalikkan punggungku dan berjalan menuju kamar. Tiba-tiba bahuku diputar, sekilas kulihat bahwa itu Bang Satria dan kurasakan kecupan di jidatku.
"Lupa tadi" gumamnya yang masih bisa kudengar jelas. Lalu dia keluar rumah benar-benar menghilang dari hadapanku tapi aku masih terpaku mendapatkan serangan yang tiba-tiba tadi. Benar-benar tak bagus untuk kesehatan jantungku!

***
Pagi ini aku memantapkan niat untuk lari pagi di area taman komplek perumahanku. Mendadak memang karena waktu bangun tidur tadi aku menimbang berat badan, aku dibuat shok dengan jumlah jarum yang mengarah ke kanan. Aku sudah terlalu terlena dengan rutinitasku yang sangat jarang berolahraga dan lebih banyak berdiam diri dikamar. Efeknya membuat lemak ditubuhku semakin bertambah. Aku izin pada ibu dan langsung lari menuju taman. Ayah sendiri masih tidur dikamarnya.

Sepi. Itu yang dapat kurasakan di taman ini. Mungkin karena ini adalah hari kerja. Aku lari mengintari lapangan yang ada di taman sebanyak 3 putaran. Nafasku sudah terputus-putus tapi semangat untuk membuang lemak kembali membuatku berapi-api. Hingga putaran ke 7 aku sudah tak sanggup lagi. Keringat sudah bercucuran dan aku lupa membawa handuk ataupun minum. Ceroboh karena tidak ada persiapan sekali.
Aku duduk di bangku taman sambil melihat matahari yang mulai terbit.
Setelah hilang lelahku, aku mulai berjalan menuju rumah.

Saat melewati rumah bang Satria kulihat dia sedang menyiram tanaman di halaman rumahnya menggunakan selang.
Iseng ku dekati dan menyapa bang Satria.
"Rajin banget sih" seruku. Dia terkaget dan menoleh kearahku.
"Ai kamu bikin kaget aja, kamu darimana?" Tanya nya dengan kening berkerut. Macho sekali.
"Abis lari di taman kompleks bang" jawabku.
"Kok gak ajak abang sih?" Tanyanya dengan suara yang terdengar sedikit.. kesal. Tapi kenapa bang Satria harus kesal ya? Mungkin perasaanku saja.
"Ai kira abang kerja kan biasanya juga kerja" jawabku jujur.
Bang Satria menghela nafas pelan.
"3 hari ini abang libur kerja" jawabnya.
"Oh gitu.. oke deh besok kita lari bareng aja bang" ajakku.
"Oke!" jawabnya yang terdengar sangat semangat.

Bang Satria masih memgang selang yang mengalirkan air. Membuatku sangat ingin mencuci muka.
"Bang minta air nya dong mau cuci muka, gerah nih" ucapku.
Bang Satria bukannya meminjamkan selangnya malah iseng menyipratkan air kearah wajahku. Membuatku kesal dan membalas perbuatannya. Jahil sekali dia. Kami melakukan kegiatan itu sampai tak sadar baju kami sudah sama-sama basah.
"ih abang baju aku jadi basah kan!"seruku kesal. Dia hanya tertawa melihatku. Membuatku tambah kesal saja.
"Udah ah mau pulang aja" ucapku.
"Eh tunggu. Ayo sini masuk, keringin dulu badannya nanti di tanyain ibu kamu abang jadi gak enak" ucapnya sambil mematikan kran air dan menggandeng tanganku menuju kedalam rumah.

Bang Satria memberiku handuk dan mengambil handuk untuk dirinya sendiri. Aku mengeringkan wajah dan baju kaos putihku yang sudah basah.
"Ai sini duduk di sofa kenapa berdiri di dekat pintu sih?" Ucap bang Satria.
"Nggak mau bang nanti sofanya basah, ini baju aku lagi basah" ucapku.
"Ngga apa-apa kok udah sini, kasian kaki kamu berdiri terus pasti capek"

Aku duduk di sofa sambil mengeringkan rambutku yang juga basah.
"Ai tolong bantu keringin rambut abang dong, susah" ucapnya sambil memelas.
Kubantu untuk mengeringkan rambut bang Satria sambil terus merapalkan untuk tetap fokus pada rambutnya bukan untuk mencuri pandang kearah wajahnya yang berlipat kali lebih tampan saat ini.

Posisi kami saat ini terkesan sangat intim. Bang Satria awalnya menunduk kerena katanya pegal dia malah menumpukan kepalanya di dadaku. Jantungku sudah tak karuan, tanganku juga sedikit tremor. Tidak pernah aku sedekat ini dengan laki-laki manapun.
Saat aku sedang berusaha mengeringkan rambut bang Satria yang sudah setengah mengering tiba-tiba kurasakan kecupan di dadaku. Membuatku langsung terdiam dan pikiranku kosong.
"Abang ngapain?" Lirihku lalu tanpa sadar menjatuhkan handuk ditanganku.
Bang Satria tidak menjawab dan terus melanjutkan kegiatannya. Tangannya memelukku erat, bibirnya mulai merambat kearah leherku membuatku geli . Sangat geli.

Kedua tangannya bergerak cepat mengangkatku kedalam pangkuannya.
Nafasnya terengah, seperti sedang marathon. Bibirnya terus naik dan menemui bibirku. Menciumku dengan pelan dan lembut. Membuatku terbuai sambil memejamkan mata. Tanganku tanpa sadar bergerak melingkari lehernya. Lidahnya mengabsen gigiku membuatku secara sukarela membuka mulut dan membuat lidah kami saling berperang dengan mesra. Sesekali dia menghisap bibir atas dan bawahku membuatku mendesah. Tangannya tidak tinggal diam. Mengusap punggunggku dengan lembut lalu sesekali meremas pinggulku pelan.
Aku pusing dan merasakan tak nyaman di area bawahku. Membuatku merapatkan kaki.
Terasa ada yang mengganjal dan aku tahu benda apa itu. Desahan kami saling bersahutan sampai aku merasa dia mendesah cukup keras dan badannya sedikit bergetar. Lalu setelah itu dia memelukku dengan erat dan menggumamkan kata maaf berulang kali.

TBC

Maaf kalo ga dapet feelnya karna belum pernah praktekin secara langsung🙈
Makasih untuk yang sudah baca dan nungguin, maaf lama update karena aku lagi lumayan sibuk di kerjaaan.
Tolong kasih tau kalo ada typo atau ada kalimat yang harus diperbaiki yaa, see u next🥰

Tetangga Ku Cinta KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang