007

12.6K 214 26
                                    

Gila! Aku rasanya benar - benar gila membayangkan hal apa yang kulakukan dengan bang Satria pagi tadi. Setelah dia memelukku dan menggumamkan kata maaf aku langsung keluar menuju rumahku sambil memikirkan 'apakah bang Satria menyesal telah menciumku sampai - sampai dia mengucapkan kata maaf begitu' dan ya pemikiran itu menyakiti hatiku sendiri.
Sepertinya dalam beberapa hari ini aku tak mampu untuk bertatap muka dengan bang Satria untuk menghilangkan rasa malu dan untuk menenangkan perasaan di hatiku.

"Hey ngelamun aja kamu dek" seseorang memeluk leherku dari belakang. Suara lembut bang Deri.
Aku memutar tubuhku dan memandangnya lama. Rasa ingin mencurahkan segala kegelisahan dan kesedihan hatiku berkumpul menjadi satu membuat mataku berair.

"Baang pelukk~" rengekku dan menerjang bang Deri kedalam pelukan.

"Eh kenapa sih Aira ku yang manis? Ada masalah? Sini cerita" ucap bang Deri sambil mengusap bahuku. Di perlakukan lembut seperti itu tambah membuatku ingin menangis. Aku pun mengeluarkan tangis tanpa suara ku di bahu bang Deri sampai lega. Berujung dengan aku yang tak menceritakan apa masalahku ke bang Deri karena aku memang tipe yang pemendam segala masalah dan menuangkannya kedalam bentuk tulisan. Entah di buku catatan harianku atau kedalam novel yang kubuat.

Beberapa hari ini kegiatan yang ku lakukan hanya bermain, wisata kuliner dan menonton film bersama bang Deri selagi dia belum mulai kerja. Dan oh ya satu lagi, menghindari bang Satria. Iya benar, sehari setelah kejadian itu dia menelponku tapi sengaja kuabaikan. Dan tadi malam kata ibu dia mencariku, tapi aku sudah tidur. Kegiatan rutin ku menulis pun tak ku sentuh sudah beberapa hari ini.

Sekarang aku sedang menunggu gojek yang akan mengantarkanku ke apartemen bang Deri. Kami berencana untuk berwisata kuliner lagi hari ini.
Sambil menunggu, tanganku sibuk menscroll timeline instagram yang kebanyakan postingannya adalah foto temanku bersama pasangannya. Sedih mataku melihatnya. Pengen juga seperti itu :')

"Aira, akhirnya abang bisa ketemu kamu" suara yang familiar terdengar dari hadapanku. Bang Satria.
Kapan dia kesini? Kok aku tak mendengar suara langkah nya? Oh atau aku yang terlalu fokus dengan hp sepertinya. Akhirnya tiba saatnya waktu untuk ku menghadapi bang Satria, tapi kenapa harus sekarang sih pas aku mau pergi? Aduh.

***
[Satria POV]

Rasanya aku hampir gila memikirkan kelakuan bejatku yang sampai membuat Aira menghindariku seperti ini. Sungguh aku menyesal melakukannya kalau tau setelahnya Aira malah menjauh. Sial!
Aku sudah menghubungi nya tapi tidak di jawab. Aira biasanya tidak seperti itu. Ketika aku beberapa kali kerumahnya pun aku tidak bisa menemuinya.
Aku rindu dan juga ingin meminta maaf dengan benar atas kesalahanku. Di satu sisi aku benar - benar bahagia dengan kebersamaan terakhir kami waktu itu tapi disisi lain aku menyesali hal yang sudah kulakukan sehingga membuat Aira seperti ini.
Hari ini jadwal mengajarku siang dan aku pagi ini akan kembali mendatangi rumah Aira untuk bisa menemuinya.
Saat aku sampai didepan gerbang rumahnya rasa lega memenuhi dadaku melihat gadis kesayanganku sedang duduk di depan rumahnya. Segera aku menuju kearahnya, jangan sampai dia menghindariku lagi kali ini.

"Aira akhirnya abang bisa ketemu kamu" seruku senang.
Dia melihat kearahku dengan wajah yang sepertinya kaget.
"Oh bang Satria.." ucapnya pelan.
"Abang mau bicara sama kamu boleh?" Pintaku.
"I-iya boleh" ucapnya pelan.
Aku menyampaikan permintaan maafku dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi. Sungguh tak apa jika itu bisa mengembalikan Aira ku seperti dulu. Aku sangat menyayanginya.
Tapi dia hanya mengangguk pelan tanpa berkata apa - apa yang tambah membuatku bingung.

"Ai kamu mau kemana?" Tanyaku setelah menyadari penampilan nya seperti mau pergi.
"Mau ke apartemen bang Deri" ucapnya.
Rasa marah seketika menyergapku. Rasanya aku tidak rela Aira menemui Derio.
"Ojekku udah sampai bang, aku pergi dulu ya" ucapnya sambil berlalu dari hadapanku.
Aira sepertinya masih menghindariku.

Suara langkah kaki terdengar disampingku.
"Eh ada Satria, Aira nya tadi pamit mau ke tempat Derio katanya" ucap tante Tari.
"Iya tante tadi udah sempat ketemu kok" ucapku sambil tersenyum.
"Kalian lagi ada masalah ya? Soalnya anak itu akhir - akhir ini kelihatan beda banget jadi suka main biasanya mana pernah" ucap tante Tari.
"Iya begitulah tante" jawabku. Tak mungkin aku menceritakan masalah yang sebenarnya kepada orang tua Aira, bisa mati aku di tembak oleh ayahnya.
"Yaudah diselesaikan baik - baik ya, udah sarapan belum? Yuk makan dulu ke dalam kalo belum. Om udah di meja makan tuh ayo sarapan bareng" ucap tante Tari sambil menepuk bahuku pelan.
"Ah nggak usah tante Satria tadi udah nyiapin bahan untuk sarapan kok" tolakku halus.
"Udah nggak papa ayo sarapan bareng aja, kamu jangan canggung gini sama kami ya, om sama tante udah anggap kamu seperti anak sendiri kok. Santai aja ya hehe" tanganku di tarik ke dalam oleh tante Tari.
Dan ya pagi ini aku sarapan bersama orang tua Aira, sekalian berusaha mengakrabkan diri dengan calon mertua pikirku.

[Satria POV End]

***
Aku merebahkan tubuh di ranjang bang Deri setelah sampai di apartemennya. Sang tuan rumah hanya tersenyum melihat hal itu.

"Ai sini deh peluk abang, kok rasanya rindu banget ya sama kamu padahal baru sebentar gak ketemu haha" ucap bang Deri.
Aku berdecih pelan mendengar ucapannya. Dasar raja gombal.
"Abang cari pacar gih, jangan Ai yang di jadiin sasaran dong ah" ucapku kesal.

Aku berguling guling tak karuan di atas ranjang bang Deri. Gelisah memikirkan bang Satria yang kutinggalkan sendirian di depan rumah tadi. Dia mau ngomong apa ya tadi? Pikirku.
Ah sudahlah lupakan, sekarang saatnya melanjutkan wisata kuliner bersama bang Deri.

Hari ini kami hanya makan makan di apartemen bang Deri melalui layanan pesan antar. Banyak sekali menu yang akan kami makan hari ini. Menu viral dan kekinian yang semuanya rata-rata menggunakan bahan keju mozarella.

"Ssshh bangh mhinta air dong" ucapku sambil menahan pedas.
"Iya tunggu sebentar" bang Deri segera mengambilkan air dari kulkas untuk kami.
Segera ku buka botolnya dan kuminum langsung dari botol karena sudah tak kuat menahan pedas. Setelah selesai bang Deri ikut minum dari botol yang sama. Padahal ada 2 botol meja, mungkin dia malas membuka botol 1 lagi.
Tangan bang Deri dengan sigap mengambil tisu dan mengusapkan ke sekitar mulut dan pipiku. Ah aku jadi ingat masa kecil kami. Dia selalu memperlakukanku begini, aku jadi seperti punya sosok kakak kandung yang selama ini ku idam idamkan. Aku sayang bang Deri.

"Aira.. bibirmu merah sekali padahal gak pakai lipstik" ucap bang Deri sambil mengusap bibirku dengan jempol tangannya.
"Iya bang kan barusan makan mie nya pedas banget" ucapku sambil tertawa lebar.
Tangan bang Deri masih berada di atas bibirku. Dari dulu dia bilang dia suka melihat bibirku, gemas katanya. Kubiarkan saja.
Pancaran matanya saat gemas terlihat berbeda, seperti berapi api.

Setelah puas makan dengan total 8 menu kami rebahan di karpet bulu milik bang Deri di ruang tamu. Sungguh nikmat, perut kenyang dan mataku mulai mengantuk. Perlahan mataku memberat dan mulai merangkak ke alam mimpi.
Di dalam mimpi aku seperti sedang berhadapan dengan bang Satria dan dia tiba-tiba menciumku. Aku membalas ciumannya dan sangat menikmatinya, sampai rasanya seperti nyata. Kenapa mimpi bisa terasa senyata ini ya?

TBC

Maaf kalo gak dapet feel nya ya..
Maaf juga kalo ada yg nungguin dan lama updatenya, soalnya aku sibuk bagi waktu antara kerjaan dan kuliah yg lagi padet banget kegiatannya😂
Semoga gak bosen dengan cerita ini, sampai jumpa di chapter selanjutnya👋

Tetangga Ku Cinta KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang