Lahirnya Dedengkot Silat
Jilid 1 : Liem Tou kembali ke Ie Hee cung
Puncak Ha Mo Leng yang terletak dekat kota Ceng Shia
dalam propinsi Coan See merupakan sebuah gunung yang
sangat tinggi, curam serta berbahaya. Batu-batu cadas
menghiasi seluruh puncak gunung disamping jurang yang tak
terhingga dalamnya, sedang jalan-jalan yang menghubungi
tempat itu pun tak ada, dengan demikian hubungan dengan
dunia luar boleh dikata putus sama sekali.
Sebaliknya pada lereng gunung banyak terdapat sungai
serta air terjun yang penuh dengan batu cadas yang tajam
disamping pusaran air yang amat dahsyat. Perahu yang berani
melayari tempat itu tak lebih hanya mencari mati saja.
Saat itu merupakan tengah malam pada pertengahan
musim gugur, bulan purnama yang berada jauh ditengah
awan menyinarii seluruh jagad dengan terangnya. Suasana
pada saat itu begitu sunyi serta tenangnya, hanya terlihat
mengalirnya air sungai mengisi keheningan malam yang
semakin kelam, tak ubahnya seperti irama surga membelah
bumi.
Tiba-tiba ditengah sungai yang tenang serta berkilauan
memantulkan cahaya rembulan itu beriak dan memecah
keempat penjuru disertai dengan suara deburan ombak yang
keras, pancaran air sungai memancar keatas setinggi
beberapa kali yang kemudian jatuh kembali kedalam sungai
yang saat itu mulai menjadi tenang kembali.
Tak selang lama kemudian dari permukaan sungai
muncullah seorang pemuda yang baru berusia kurang lebih
lima
enam belas tahun. Tampak dia terus berenang hingga
mencapai tepi sebuah batu cadas, sambil menengadah keatas,
mulutnya berkemak-kemik dengan perlahan:
‘Sungai kematian, Tebing maut, Jembatan pencabut nyawa,
bagaimana aku harus melalui tempat-tempat itu?’
Dia duduk sejenak diatas batu cadas tersebut, beberapa
saat kemudian mendadak meloncat bangun lagi, ujarnya
dengan nada yang penuh semangat.
Tiraikasih Website
http://kangzusi.com/
‘Bagaimanapun juga aku harus pergi sekalipun dipukul atau
dibinasakan oleh mereka aku tetap akan menemui cici Siauw
Ie’
Sehabis berkata kakinya menjejak tanah, sekali lagi
tubuhnya meluncur ketengah sungai yang kemudian berenang
dengan cepatnya kedepan.
Pada saat yang bersamaan ruangan Cie Eng Tong atau
ruangan para orang gagah didalam perkampungan Ie Hee