Yeyy kita ketemu lagi, hihi. Jangan lupa vote nya, yaa. ❤️
Happy Reading 💞
* * *
Plak ...
"Berani-beraninya lo ngerusak vas bunga kesayangan gue, Utara!"
Utara memejamkan kedua matanya sambil menahan perih di pipinya yang baru saja di tampar oleh Mawar, sepupunya.
Mawar merasa kesal saat Utara hanya diam, tanpa menjawab ucapannya barusan. Ia langsung saja mencengkram dagu Utara, membuat Utara terpaksa mendongakkan kepalanya ke atas menatap Mawar.
"Kenapa diem aja? Bisu, lo?"
Utara meringis pelan saat dagunya di cengkram dengan kasar oleh Mawar. Dengan susah payah ia menahan air matanya agar tidak meluncur karena rasa perih di dagunya.
"Kak, sakit ..."
Mawar langsung melepaskan cengkraman tangannya di dagu Utara dengan kasar. Ia menatap tajam Utara yang sedang menundukkan kepalanya dalam.
"Sekali lagi lo ngerusakin barang-barang gue," Mawar menjeda ucapannya sebentar sambil terus menatap tajam Utara. "Gue gak akan segan-segan bilang ke Mama biar lo di usir dari rumah gue!"
Setelahnya, Mawar langsung melangkah pergi meninggalkan Utara sendiri disana.
Utara menutupi wajahnya menggunakan kedua tangannya sambil menangis dalam diam disana. Di tengah Isak tangisnya, ia menyebut nama Mama dan Papanya.
"Mama ... Papa ..." lirih Utara di tengah-tengah isak tangisnya.
"UTARA!"
Utara langsung menghentikan tangisannya saat mendengar suara Sarah --Bibi nya-- memanggil dirinya. Ia langsung berdiri dari duduknya dan langsung menghampiri Sarah yang sedang menatapnya tajam di dekat meja makan.
"Kenapa kamu belum beres-beres di dapur juga, Utara?!" Tanya Sarah dengan tatapan tajamnya yang terus menyorot ke arah Utara.
Utara menundukkan kepalanya. "Maaf Bibi, tadi Ara habis dari kam---"
"Jangan banyak omong! Cepet beresin!" Sarah memotong ucapan Utara, setelahnya, ia langsung meninggalkan Utara.
Utara menghembuskan nafasnya pasrah. Ia mulai membawa piring-piring kotor yang ada di atas meja makan menuju wastafel. Utara menyalakan air kran, kemudian, ia langsung mencuci semua piring-piring yang kotor.
Setelah mencuci piring, Utara mengambil sapu ijuk yang ada di sudut dapur, lalu ia langsung menyapu seluruh sudut-sudut ruangan di rumah megah itu.
Sesekali, Utara menyeka keringat yang membasahi kening dan wajahnya. Ia sangat cape, sungguh. Apalagi ia belum makan dari tadi, membuat perutnya yang belum terisi apapun berbunyi terus-menerus meminta diisi.
Utara mendudukkan dirinya di depan rumah Arka sambil memegang sapu ijuk. Ia memegang perutnya yang terasa lapar. Ia berfikir, apakah ia harus meminta makanan kepada Sarah?
Utara menggelengkan kepalanya pelan. "Pasti gak bakal di kasih." Ia menghembuskan nafasnya kasar.
Saat tengah melamun, tiba-tiba, ponselnya berdering. Ia langsung mengambil ponselnya yang ada di saku bajunya, kemudian, ia langsung menekan tombol warna hijau yang ada di layar ponselnya.
"Hallo gadis manis," sapa seseorang diseberang sana sambil terkekeh pelan.
"Geli ih Ara dengernya." Utara tertawa pelan setelah mendengar ucapan Selatan.
Selatan terkekeh, lagi. "Ara udah makan belum?"
"Em---"
"Iya Ata tahu pasti Ara belum makan, 'kan? Ya udah, Ara tunggu disana, ya! Sebentar lagi Ata mau kesana. Kita makan di cafe yang biasa yaa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Utara [Sequel Cerita Antaris]
Fiksi RemajaTerapi penyembuhan terbesar adalah persahabatan dan cinta. ~Utara Bianca Auristela Saat senyuman berubah jadi kagum, saat gelak tawa berubah menjadi sayang, dan saat persahabatan berubah menjadi cinta. ...