Karya 6 (bagian 1)

3 2 0
                                    

JUDUL : Kegagalan Bukan Akhir Segalanya
KARYA : Nazia

Pagi itu hujan deras tengah mengguyur kota Bandung . Seorang gadis tengah menunggu hujan reda di sebuah halte yang sepi.

"Kok hujannya belum reda juga ya ?" ujar sang gadis .

"Mau bareng?" tanya seorang pria.

"E-eh kakak.” Gadis itu terkejut.

"Saya tanya mau bareng ?"

"E-emang boleh kak ?" tanya gadis itu hati-hati.

"Boleh Kay ayo masuk.”

Iya dia adalah Hwang Kay Nayoon dan yang menawarinya tadi adalah Na jaemin.

"Iya kak , makasih kak Jaemin," ucapnya pada Jaemin.

"Iya sama-sama.”

***

"Makasih kak Jaemin  atas tumpangannya,"ucapnya lagi pada Jaemin.

"Ah iya Kay , yaudah sana ke kelas.”

"Duluan ya, Kak."

Tak lama setelah Kay pergi datang lah teman-teman Jaemin.

"Eh tadi berangkat sama siapa lu?"

Haechan yang pertama bertanya.

"Sama Kay , adiknya Hyunjin. Kenapa?”

"Cie PDKT nih ," cibir Yuta .

"Nggak lah, kan Kay sukanya sama Doy. Iya nggak Doy?" Jaemin sambil senggol bahu Doyoung .

"Lah malah pergi. Mau ke mana pak?" teriak Ji-Sung.

"Eh bocil sana masuk. Keburu masuk kelas lo," usir Jaehyun pada Ji-Sung.
"Iya-iya. Bye hyung!" Jisung melambaikan tangannya sambil terus berlari menjauh dari mereka.

**

"Permisi, Kak.”

"Mau ngapain lagi lo ke sini?" sinis Doy.

"Jangan galak - galak lah Doy," tegur Jaehyun.

"Ha? Mau apa? Mau kasih gue bekel lagi? Iya ? Lu gak capek gue tolak terus?” Doy pusing sendiri. Mengingat Kay itu rajin banget mengirimi Doy bekal.

"Anu bukan, Kak. Saya ke sini cuman mau kasih buku ke Kak Letta," kilah Kay.

"Hahahaha malu gue Doy," tawa Yuta.

"Makanya jangan sok-sok an lu Doy," ejek Jaemin.

"Nyesel baru tau rasa lo nanti," timpal Taeyong.

"Berisik lo pada," ketus Doyoung.

"Tumben si Kay. Gua ada salah kah? Ko cuek in gue, sih. Ah apaan sih Doy yang lo pikirin"

**

"Huaaa deg-deg an banget!" teriak Kay setelah sampai di kelas .

"Lo kenapa sih, Kay?" tanya Jena heran.

"Eh, nggak papa kok, hehe.”

**

"Kay kenapa ya ?" tanya Doy kepikiran sendiri, "anjir gue jadi kepikiran tadi. Udah lama juga kayaknya dia gak spam chat. Hari ini chat gak ya?" risaunya sambil mengecek ponsel.

"Nahkan dia gak chat," gerutunya. “Anjirlah gue kenapa sih.” Doy frustasi sendiri.

Keesokan harinya.

"Masih belum ngechat juga tu anak," dumel Doy mulai terganggu. "Arrghh sial! Kenapa gue jadi uring-uringan gini sih.”

"Apa gue chat duluan, ya ? Ah, apaan sih lu Doy. Daripada ngechat tuh anak mending cepetan mandi," racaunya sambil lalu.

Selesai mandi, Doy bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Ia turun ke bawah untuk sarapan , karena memang kamarnya ada di lantai dua.

"Pagi Pa ... Ma.”

"Pagi juga sayang, " balas papa dan mamanya kompak.

"Ayo sarapan nanti keburu telat," ucap mama Doy.

"Iya, Ma.”

Selesai sarapan. Doy langsung berangkat ke sekolah menggunakan kendaraan pribadinya. Ketika ia sedang berjalan melewati koridor, sayup-sayup terdengar suara bising yang cukup mengusik pendengarannya.

"Kay, Kay, ada Kak Doy tuh.”

"Apaan sih, Jen. Jangan malu-maluin gue deh," ketus Kay sambil lalu.

“Nah kan, dia ngehindarin gue. Ada apa sih?” Doy membatin sampai tak sadar terus menatap punggung yang menjauh darinya itu.

"WOYY! Biasa aja dong ngeliatin Kay-nya.” Jaemin mengejutkan Doy sambil terkekeh geli.

"Ck, apaan sih lo! Ngaco!” sewot Doy sambil lalu.

"Cih, kayak cewek lo! Sok gak mau padahal mah mau banget hahaha!”

**

Merayakan KegagalanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang